Brooklyn, New York, United States
11 September 2001
12:50 AM**
Semilir angin menerpa wajah rupawan Ruby. Telinganya menangkap suara telivisi milik ibu kos yang menyeruak dari ruang tidurnya. Dia menyenderkan tubuhnya di tralis tangga. Efek meneguk bergelas-gelas minuman mulai tampak.
Dia ingin melupakan tragedi hari ini. Dia ingin saat ia membuka mata semuanya kembali normal.
Mobil-mobil melintas di depan rumah kosnya. Warga berbincang hangat, memulai aktifitas, di sisi jalan. Burung-burung berkicau bahagia. Dan kedatangan Liam yang tampak gagah dengan seragamnya.
Ruby membuka mata. Apa yang ia harapkan tampak sangat mustahil untuk terjadi. Lingkungannya terasa mati. Suara sirine dari kejauhan membuat suasana makin mencekam.
Dia menatap lurus pada trotoar. Memori memghantamnya kembali.
Malam musim panas dia dan Liam senang menghabiskan waktu di pinggir trotoar, berbincang banyak hal, tertawa, dan menatap langit. Di sana juga Liam mengeluarkan cincin dari kantongnya, mengajak Ruby untuk meningkatkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Liam pun berjanji tidak akan pernah meninggalkan Ruby.
Tapi lihatlah sekarang, dia ingkar. Kemungkinan besar dia meninggalkan Ruby sendirian dengan perasaan bersalah.
Momen terakhir yang mereka buat hanyalah pertengkaran tak berarti. Jikalau saja Ruby tahu itu untuk yang terakhir kalinya, dia akan merengkuh Liam, menyatakan betapa dia sangat mencintai Liam.
Andai saja...
KAMU SEDANG MEMBACA
September Eleven | 1d ✔️
FanfictionLima kisah berbeda tentang cinta dan kehilangan dalam tragedi Sebelas September. [On Editing] Copyright © 2016 by Kryptonitexx