12:40 Niall Horan

286 64 4
                                    

"Biar kuangkat, sobat."

Susah payah Niall membuka kedua matanya yang terasa seperti diberi perekat. Seluruh tubuhnya terasa lemas. Tak ada sedikitpun energi yang tersisa dalam tubuhnya setelah ia menuruni ratusan tangga.

Bayangan pria bertubuh besar mengerumuninya tampak samar. Dia merasakan tubuhnya diangkat oleh mereka.

Rasa nyeri di kepalanya membuat ia meringis. Begitu ia mencoba menarik napasnya, katup tenggorokannya seakan tertutup rapat. Seperti dicekik, Niall berusaha mencari udara. Dadanya naik turun dengan cepat. Ia ingin menjerit meminta pertolongan namun yang ada rasa sakit itu memeluknya lebih erat.

Tuhan, kenapa kau tidak cabut saja nyawaku?

"Ya tuhan, dia sulit bernapas!"

Pekikan salah satu dari lelaki itu langsung direspon dengan cepat. Mereka berlari membopong Niall di atas tandu.

Langit biru tampak indah di atas sana, ditemani gumpalan awan putih. Mereka seakan menghiraukan kekacauan yang ada di bawah mereka. Setidaknya pemandangan ini jauh lebih baik bagi Niall untuk dilihatnya yang terakhir kali.

Maafkan aku, Sarah. Aku sepertinya tidak bisa memenuhi janjiku.

"Buka pintunya!"

Secerah harapan menyapa Niall saat tandunya didorong masuk ke ambulan. Tubuhnya mengejang dan lehernya kembali bergerak kesana kemari demi udara.

"Kode merah. Korban sulit bernapas. Tangan kanan patah dan luka di sudut kening."

Sebelum mendapat penanganan apapun, Niall hanya menatap dalam kegelapan dengan nyeri di dadanya dan semua suara yang tertangkap oleh pendengarannya mulai sayup dan hilang.

September Eleven | 1d ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang