White Planes, New York, United States
11 September 2001**
Emilia dengan cekatan melanjutkan rajutan sweater merah yang akan dihadiahkannya untuk Harry saat natal nanti. Tiga tahun lalu, Emilia merajutkannya sepasang kaus kaki.
Emilia sama sekali tak menyangka betapa senangnya Harry menerima hadiah tersebut. Sepanjang natal ia mengenakannya dari pagi hingga malam sampai akhirnya robek. Semoga saja kali ini Harry tdak terlalu berlebihan menyukai pemberian Emilia.
"Mom, mom, bagus yang mana?" Allison mengangkat tinggi-tinggi dua boneka dengan gaun yang berbeda. Di sekitarnya banyak tumpukan gaun milik boneka tersebut. Allison sangat menggemari perhiasan bonekanya dan Harry amat gemar membuat kedua anaknya senang. Jadilah ketimpangan jauh antara koleksi pakaian Allison dan bonekanya.
Emilia menoleh, mengamati sesaat, dan menunjuk salah satu boneka, "Mom suka yang hijau."
Entah mengapa Emilia tertegun, melamunkan Harry. Ia tak mengerti mengapa tiba-tiba ia memikirkan Harry seharian ini; matanya, senyumnya, canda tawanya, dan rasa sayangnya. Tubuh Emilia juga terasa sangat lemas. Ia meyakinkan dirinya jika ini hanya efek karena semalaman menemani Harry menonton pertandingan tim American Football kesukaannya.
Rajutannya ia taruh di sofa dan ia pun meraih remote televisi di sampingnya. Allison, yang mendengar televisi dinyalakan, meninggalkan bonekanya dan menidurkan dirinya di pangkuan Emilia.
Emilia kembali mengecek suhu tubuh anaknya. Kini ia bisa lebih sedikit lega karena suhu tubuhnya sudah lebih baik. "Mau nonton apa, Tuan Puteri?"
"Spongebob!" Allison berseru dengan semangat. Emilia mencari-cari stasiun televisi yang biasa menayangkan kartun tersebut. Pergerakan tangannya terhenti saat layar televisi menampakan dua gedung yang amat familiar baginya. Dua gedung yang selalu dibangga-banggakan Harry tiap kali mereka melintasinya.
Awalnya Emilia tak mengerti. Asap kelabu yang menggantung di langit serta kehancuran di sisi gedung. Kata-kata di bawah gambar tersebut menjelaskan semuanya. Emilia merasa lebih lemas daripada sebelumnya.
Harry Styles. Lantai 73. Gedung selatan.
Emilia terus mengulang kata-kata itu di kepalanya. Harry pasti baik-baik saja. Dia aman.
Allison yang sedari tadi hanya memperhatikan wajah ibunya yang menegang bertanya pelan. "Ada apa, Mom?"
Cepat-cepat Emilia mengganti saluran televisi dan berterima kasih karena tak lama menemukan acara kartun (meskipun tidak sesuai dengan permintaan Allison). Emilia sedikit mengangkat kepala Allison dengan tangannya. "Sebentar, Sayang. Mom mau menelepon Dad."
Emilia langsung bergerak cepat ke meja telepon di sudut ruang keluarga setelah Allison bangun dan menghubungi Harry. Mata cokelatnya bergerak liar ke taman halaman belakang rumahnya. Sebagai penaha khawatir, ia menggigit bibir bawahnya. Ia hanya ingin memastikan jika perkiraannya benar.
Setelah beberapa saat menanti, telepon akhirnya di angkat. Suara Harry terdegar tegas dari ujung sana.
"Halo?"
Emilia merasakan sangat lega setelah mendengarnya. "Hei, Har. Ini aku, Emilia."
Meskipun tak dapat melihat secara langsung, Emilia tahu Harry tengah tersenyum di seberang sana. "Ada apa, Sayang?"
"Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," Emilia memilin kabel telepon, "Ada apa dengan gedung utara? Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Ya, semuanya baik-baik saja. Tadi ledakkannya cukup keras tapi tak memberikan efek apapun di sini," Harry berdeham, "omong-omong aku sudah dapat izin dari bos. Jam sebelas nanti aku bisa izin."
Senyuman kecil terulas di bibir Emilia, "itu bagus. Mungkin kamu bisa melatih Mile sebelum mulai."
"Kurasa tidak. Kau tahu sendiri aku payah bermain sepakbola," ucap Harry sembari terkekeh.
Mereka seakan kehabisan topik pembicaraan. Mereka berdua diam tetapi sama-sama ingin terus mendengar suara satu sama lain.
"Banyak yang harus kukerjakan. Aku akan menghubungimu lagi, Em." Harry akhirnya memecah kesunyian dengan bergumaman. Sadar jika hanya membuang waktu suaminya, Emilia meringis pelan namun tak merespon ucapan Harry.
"Sayang?" Harry memastikan sekali lagi jika Emilia masih terhubung dengannya.
"Aku mencintaimu, Harry."
Harry terdiam sesaat, "aku mencintaimu juga, Emilia. Sampai jumpa lagi, Em."
KAMU SEDANG MEMBACA
September Eleven | 1d ✔️
FanfictionLima kisah berbeda tentang cinta dan kehilangan dalam tragedi Sebelas September. [On Editing] Copyright © 2016 by Kryptonitexx