12.00 Zayn Malik

373 78 5
                                    

Ia mempercepat kecepatan berlarinya, tak mengindahkan kakinya yang mulai pegal. Matanya bergerak cepat mencari keberadaan rumah sakit yang katanya menjadi tempat perawatan para korban WTC.

Harapan itu akhirnya kembali muncul. Dia yakin dengan informasi yang diberikan seorang perawat yang bahkan tidak sempat memberitahukan di mana letak tempat ia bekerja. Yang Zayn rencanakan adalah berkunjung ke tiap rumah sakit yang ada di seluruh penjuru New York demi bertemu lagi dengan Chelsea.

Zayn bergegas masuk ke dalam rumah sakit pertama. Lobi rumah sakit tersebut penuh dengan kerumunan orang, tepatnya mereka berkerumun di depan meja informasi.

Mereka memiliki nasib yang sama.

Sedikit menyelak barisan, Zayn berhasil sampai di meja informasi. Tiga perawat di balik meja itu sibuk melayani orang-orang yang banyaknya bertanya keberadaan orang yang mereka kasihi.

"Permisi!" ujar Zayn. Sayangnya suaranya kalah. Dia kembali berucap dengan suara lebih keras dan melambaikan tangannya untuk menarik perhatian salah seorang perawat.

Usaha itu berhasil. Perawat wanita berambut pirang menoleh padanya. Kedua alisnya langsung terangkat.

"Apa ada pasien baru bernama Chelsea Rowland, umurnya 23," Perawat tersebut langsung membalikkan kertas berisi sebuah daftar. Tangannya menyisiri tiap baris dari daftar tersebut. Zayn menanti tak sabar, memandang jemari perawat itu yang terus bergerak.

Halaman terakhir dibuka si perawat dan sepertinya nama Chealsea tidak ada di dalamnya.

"Maaf, tidak ada." Perawat itu langsung kembali beralih ke orang lain.

Zayn mundur dari kerumunan, mengingat-ingat lokasi rumah sakit lainnya.

Chelsea, di mana kau?


September Eleven | 1d ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang