08:50 Niall Horan

515 94 11
                                    

Manhattan, New York, United States
11 September 2001
08:50 AM

**
Mata biru lautnya melirik cepat ke balik komputer saat mendapati pergerakan yang terjadwalkan. Sarah dengan cepat memasukkan beberapa barang ke dalam tas dan menentengnya. Niall mendelik pada jam kecil di sudut mejanya. Tepat pukul sembilan. Kegiatan itu selalu dilakukan Sarah; pukul sembilan ia akan ke kafetaria dan kembali dengan segelas kertas kopi hangat. Wanita itu tak terlalu menyukai kopi sachet-an yang disediakan di dapur.

"Biar aku tebak, pagi ini Cappucino."

Sarah terkikik, menggelengkan kepalanya, dan berlalu melewati Niall yang tengah bersender pada kursi. "Kita lihat saja. Mau menitip sesuatu?"

Niall langsung bangkit dan berdiri di samping Sarah, "biar aku antarkan sampai lift."

Lagi-lagi perilaku Niall membuat Sarah terkikik. Mereka berdua berjalan berdampingan tanpa mengucap sepatah kata pun. Beberapa orang menatap Niall dengan sinis. Hingga saat ini hanya Niall lah yang berhasil mendekati Sarah yang sudah bertunangan. Pegawai lama yang masih lajang hanya bisa menggerutu kesal melihat mereka.

Niall langsung menekan tombol di samping lift sebelum Sarah melakukannya. Lift masih di lantai 60. Niall melipat kedua tangannya dengan resah sementara Sarah berdiri tenang di depan pintu lift, memandang bayangan mereka berdua dari pintu berbahan aluminium tersebut.

"Sarah," wanita itu menoleh setelah dipanggil oleh Niall, "bagaimana nanti siang kita makan bersama? Aku yang traktir."

Salah satu alis Sarah terangkat. "Yakin? Porsi makanku lumayan loh."

"Kau jangan membuatku ragu untuk mentraktirmu siang ini," Niall merengut. Lantas ia membeku saat melihat tawa lebar milik Sarah. Andai saja ia masih tak memiliki status dengan siapapun, Niall ingin langsung menikahinya saja. Dia benar-benar gadis yang sempurna menurutnya.

Kekaguman Niall terpotong oleh dentingan bel yang menandakan lift telah sampai. Sarah langsung masuk ke dalam lift yang kosong, ia menyunggingkan senyum termanis yang pernah diperlihatkannya. "Kuharap kau tidak terkena penyakit jantung saat melihat bill-mu nanti."

Jauh di belakang Niall, terdengar suara dengungan yang begitu keras. Beberapa orang menjerit dari dalam kantor. Kejadian itu hanya berlangsung sepersekian detik; Niall menoleh ke belakang, pintu lift tertutup, karyawan dari kantornya mulai berlari, dan hantaman keras dari lantai di atasnya.

Niall sontak langsung merapat ke dinding, berusaha menggapai sesuatu untuk menjadi pegangan. Lantai yang dipijaknya bergetar. Niall memikirkan apa yang tengah terjadi. Gempa? Bom? Entahlah rasanya tak ada satupun yang masuk akal baginya. Orang gila mana yang mau mem-bom gedung khas milik Manhattan.

Pekikan keras terdengar dari dalam lift. Niall langsung teringat akan Sarah. Dengan kebingungan dan juga ketakutan, Niall bersusah payah untuk menenangkan diri. Sarah memanggil namanya dengan panik.

Pintu lift tidak sepenuhnya tertutup. Menyisakan sedikit celah. Niall dapat melihat Sarah yang merapatkan dirinya ke dinding lift. Wajahnya memucat dan Sarah terlihat begitu terguncang.

"A- apa yang terjadi?" tanya Sarah dari dalam lift. Niall menengok ke dalam kantornya. Para karyawan tengah berkemas dengan cepat. Ada yang masih berdiri mematung di pinggir jendela, sesekali menengadah seakan melihat apa yang tengah terjadi di puncak gedung. Niall menggeleng bingung.

"Semuanya baik-baik saja bukan?" Niall termenung, tak tahu harus menjawab apa. Ia sendiri juga tak tahu menahu tentang ini. "Niall, jawab aku!"

Seorang karyawati melewatinya dengan kardus kecil dalam pelukannya, berjalan menuju tangga darurat yang hanya berjarak beberapa meter dari lift. Niall menahannya dan menanyakan apa yang telah terjadi.

Dengan bibir yang bergetar ia menjawab, "pesawat menabrak lantai atas. Kau harus segera keluar dari sini."

September Eleven | 1d ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang