Not Give up (2)

818 67 17
                                    

Ya allah lma bnget y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ya allah lma bnget y.... msh ad yg nnggu gk? Mdh"n msh. Jgn pda mrah y. My lovely reader. Muachhh:-* heheheh. Biasa lg mnggu ujian. Aku lgi UKK cmn dmi readers. Terharu ngebaca comment kalian yg nnya kpan update?. Aku jdi smngt. Mksh yh.. semua

Enjoy

Normal pov
Derap langkah menggema di lorong rumah sakit tersebut. Mendengar langkah yang tergesa mencerminkan betapa khawatirnya orang tersebut. Mata nya memancarkan kesedihan namun tidak ada satu pun air mata yang menetes. Entah karena lelah atau memang sudah habis. Dia terus berlari tanpa tau tujuan pasti. Namun kali ini hati nya menang sehingga menyeret langkah kakinya menuju ruang UGD.
Setibanya disana tubuhnya lemas, namun mata nya tidak lepas memandang ke dalam. Berusaha mencari tahu keadaan walau hanya setitik kecil.

"Shin hye."

Dan ketika panggilan lirih itu memanggilnya. Tubuh nya ambruk tidak kuat lagi menahan beban hati dan pikirannya. Dia menarik kedua lututnya. Menjadikan mereka tumpuan untuk menumpahkan kesedihan di hati nya.

"Ba-bagaimana." Bahkan untuk berucap saja dia tidak mampu. Tenggorokannya seolah menahan dia untuk menanyakan sesuatu yang akan menyakiti nya.

"Maaf... Aku,- Tendanganku mengenai jahitan yang ada di perutnya."

Begitu saja. Hanya seperti itu dia mengatakannya. Bahkan Shin Hye yang baru mendengarnya saja sudah meringis ngilu. Dia menutup mata kembali menangis. Hingga pintu ruangan terbuka dan mengalihkan nya.

"Bagaimana dia?." Tanyanya cepat. Tidak ingin membuang waktu sedikit pun.

"Anda keluarganya. Keluarga dari tuan.... Lee."

Shin Hye mengangguk. Otaknya sekarang blank. Bahkan jika bernafas saja membutuhkan memori maka dia pasti sudah melupakannya sedari tadi.

"Begini.. karena luka yang tidak segera ditangani menyebabkan dia kehilangan banyak darah. Sehingga membuatnya membutuhkan darah. Namun, darah pasien terbilang langka. Dan persediaan di rumah sakit sedang habis. Kami sedang berusaha mencarinya. Dan apa-"

"Ambil darah saya. Darah saya sama dengan pasien."

Shin hye memotong ucapan dokter dengan cepat.

"Baiklah... suster akan mengambil darah anda untuk tes. Silahkan ikuti suster." Kata dokter itu tersenyum dan berlalu.

"Mari silahkan nona."

Grep

Sebuah tangan menahan langkahnya yang hendak mengikuti suster. Jika dalam suasana romantis mungkin dia akan tersenyum dan bersemu. Namun kali ini berbeda!!! Di dalam ada seorang pasien yang sedang berjuang.

"Lepaskan aku." Pelan namun dingin. Membuat tangan nya bergetar namun tidak membuatnya melepas genggaman tersebut.

"Lepaskan Kim..Soo..Hyun sajang." Katanya sekali lagi dan mendengar itu mata Soo Hyun membola. 'Sajang'. Bahkan mereka bukan di kantor. Perlahan genggamannya melemah tidak seerat tadi, Shin Hye yang melihat itu melepaskan tangannya. Namun seperti tidak mau menyerah Soo Hyun menarik ujung baju Shin Hye menatapnya dengan pandangan dalam dan memohon. Shin Hye terenyuh namun, kali inu dengan terpaksa dia mengeraskan hati nya, menarik kasar tangannya yang di genggam dan bergegas pergi sebelum dia benar-benar luluh dengan tatapan itu.

Soo Hyun terduduk. Seperti orang linglung dia terdiam bahkan tatapan mata nya kini kosong. Dia ingin menangis tetapi lelaki kuat kan? Lelaki tidak menangis kan? Lalu kenapa sesakit ini? Saat melihatnya berpaling darimu bahkan dia tidak menghiraukan tatapan mu. Kenapa sesakit ini?. Memikirkan itu dada Soo Hyun menjadi sesak, matanya mengabur perlahan seiring dengan jatuh nya air mata. Dia menangis dalam terdiam terduduk di lorong rumah sakit yang sepi. Dia menangis menjadikan lututnya sebagai tumpuan kedua sikunya. Tangis pilu yang tidak bersuara.

Isakan lirih itu masih terdengar, bahkan lebih lirih namun justru lebih pilu. Lalu sebuah tangan menarik nya kedalam pelukan. Pelukan hangat sang kakak yang selalu menjadi guardian angel buat nya, membuatnya menangis lebih keras. Leeteuk terdiam sungguh dia ingin menangis. Bohong jika dia tidak sedih melihat adik nya seperti ini. Apa kebahagiaan memang membenci keluarga kim?. Kenapa adik nya susah untuk tertawa lepas?. Dia menahan air mata nya. Seorang kakak serapuh debu pun harus menjadi beton ketika melindungi adiknya. Tembok tertinggi dan terkuat dalam melindungi adik nya yang tersakiti.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ruangan itu terdengar sunyi. Hanya terdengar suara alat yang berpacu memberu harapan kepada orang di sekitarnya bahwa jantung sang pasien masih berjuang untuk mempertahankan detak nya.

Shin Hye terdiam seperti memandang sendu sang pasien. Namun mata tidak bisa berbohong saat kita melihatnya tidak ada refleksi disana hanya tatapan kosong yang terlihat. Sekelebat ingatan itu mempengaruhi nya. Bagaikan roll film yang di putar berulang seolah menyuruhnya untuk menyesal. Mata itu, tatapan terluka nya. Tapi dia bisa apa? Ada seseorang yang sedang sekarat di depannya bukan saat nya untuk egois dan memikirkan perasaan sendiri. Dia kembali menghela nafas... entah untuk yang keberapa. Hati nya menyuruhnya untuk pergi namun logika nya menolak.
Bagaimana pun logika mu berusaha menolak kata hati mu.Namun hati mu Selalu mempunyai cara untuk memenangkan pertarungan ini. Shin Hye menghela nafas, dia menyerah. Seketika dia bangkit dan hendak keluar ketika sebuah tangan mencekal nya menahan langkah nya untuk keluar. Dia melirik melalui sudut mata nya dan tersenyum lega saat melihat Jong suk perlahan-lahan membuka mata nya.

"Jong Suk - ah. Kau baik-baik saja? Sebentar aku panggilkan dokter." Dengan segera Shin Hye berlari keluar, Jong Suk menggeram di dalam masker nya. Dia tau, dia bukan orang bodoh Shin Hye memang menghawatirkannya namun lebih dari segala nya Shin Hye keluar karena ingin menemui 'dia' seseorang yang entah bagaimana berhasil mengalihkan gadis nya dari dirinya. Jong Suk mengepalkan tangan nya Shin hye tidak bisa berbohong, untuk apa panic button di atas nakas? Kau tidak perlu repot memanggil dokter. Kecuali ada hal lain selain itu yang ingin kau lakukan.
Shin Hye berlari mencari dokter terdekat, dan ketika menemukannya dia memberitahu kondisi Jong Suk dengan rinci dan juga lokasi ruangannya para dokter pergi meninggalkan Shin Hye. Mereka tergesa menuju kamar pasien berbanding terbalik dengan Shin Hye yang lebih memilih berjalan. Mata nya bergerak liar berusaha menemukan sosok yang ia cari. Tidak peduli dengan kondisi Jong suk untuk sekarang. Biarkan dia egois kali ini memilih mengikuti hati daripada logika.

Jong suk POV
Aku tersenyum mendengar pintu kamar yang terbuka namun tak lama karena setelah itu aku hanya melihat para dokter yang mengecek kondisi ku tidak ada Shin hye diantara mereka. Setelah para dokter keluar aku tidak bisa lagi menahan amarahku. Nafasku memburu tanganku mengepal erat hingga memutih. 'Kau pikir semudah itu Shin Hye?. Semudah itu aku melepasmu?. Jangan harap! Bahkan saat aku mati pun kau harus tetap di sisiku.'

You (kim soo hyun love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang