Ada sesuatu yang buruk terjadi di luar sana, tapi entah kenapa Aku, Aya, Baskara, dan Widia hanya berdiam diri di rumah pondok milik Gayatri. Wanita tua itu mengajak kami menuju ruang bawah tanahnya. Melangkah di atas tangga bambu reyot yang terlihat seakan nyaris patah.
Aroma kemenyan, rempah-rempah, dan juga samar-samar bau bankai tercium dari tempat ini.
Meskipun berada di bawah tanah dan tanpa lampu, tapi ruang bawah tanah yang Gayatri gunakan sebagai semacam tempat meramu ramuannya terlihat terang. Ada semacam sistem pencahayaan dengan kaca dan juga cahaya matahari yang Gayatri gunakan sebagai pengganti lampu.
Begitu menginjakkan kakiku di atas lantai bambu, pandangan mataku langsung terarah pada sebuah periuk raksasa dengan asap berwarna keunguan mengepul di atasnya. Diatas periuk itu, sebuah corong raksasa yang menghubungkan asap periuk itu dengan sebuah pipa besi hitam.
"Kabut Ungu..."
"Benar sekali nak Aji, ngomong-ngomong kabut ungu ini dibuat dengan batu warangan dan beberapa rempah-rempah yang membuatnya bisa melemahkan demit dan juga manusia yang berada di dalamnya.
Selain itu dengan beberapa tambahan batu mulia, Aku bisa membuat energy yang terhisap masuk kembali ke dalam periuk ini."
"Warangan itu bukannya racun arsenik?"
"Kau benar Baskara, seingatku racun itu cukup popular semenjak terjadinya kasus pembunuhan munir."
Gayatri terlihat tersenyum senang begitu tahu kami sudah tidak terlalu asing dengan benda-benda yang selalu Ia geluti.
"Wah anak-anak pintar, senang sekali Aku bertemu kalian.
Racun arsenik memang kandungan utama dalam Warangan, akan tetapi dalam penggunaannya batu warangan yang kugunakan tidaklah murni arsenik. Hal ini karena menggunakan arsenik murni itu terlalu berbahaya dan dapat mengikis lapisan dalam periuk.
Kasus pembunuhan Munir yang menggunakan racun arsenik benar-benar merepotkan, hal itu karena pemerintah mulai membatasi import batu warangan dari China. Padahal batu-batu itu tak juga digunakan dalam membuat ramuan kabut ungu, tapi juga untuk melapisi Keris-keris."
Bicara tentang Keris, Aku jadi teringat Keris Atmaja yang kini berada di dalam tubuhku. Pertempuranku dengan Chandra berhasil kuatasi berkat keris itu. Tapi saat itu orang yang mewujudkan bentuk keris itu adalah Kakek Slamet, sementara Aku hanya tinggal menggunakannya.
"Memikirkan sesuatu anak muda?"
Gayatri menyentuh bahuku dengan tangan berkukunya, tersenyum seperti seorang Ibu pada anaknya.
"Maaf kalau Aku tidak sopan, apa anda tahu bagaimana cara membangkitkan keris pusaka yang bersemayam di dalam tubuh seseorang?"
Sepasang matakeunguan Gayatri menatapku dengan bimbang. Tangan lembutnya lalu bergerak dengan perlahan dari bahuku, menuju dada kiriku.
"Hmm, jadi begitu ya? Benar-benar anak muda yang tidak biasa."
Langkah kaki Gayatri berjalan dengan lincah di atas lantai bambu seakan menari, suara hentakan kaki bergema di setiap sudut ruangan, lalu dengan sekali hentakan Gayatri menghempaskan dirinya di atas sebuah kursi goyang yang lagi-lagi terbuat dari bambu.
"Kalian tahu anak-anak? Dahulu saat Manusia diangkat sebagai makhluk yang akan membimbing masa depan dunia ini, Iblis membuat perjanjian dengan Tuhan bahwa setiap anak manusia yang terlahir di dunia ini harus memiliki satu Jin untuk menyertainya.
Jin itu selalu mencoba memainkan pikiran manusia, mempengaruhinya, bahkan menjatuhkannya.
Jika manusia bisa menguasai Jin dalam dirinya itu, maka manusia itu akan mendapatkan kekuatan yang benar-benar mengerikan.
Itulah kekuatan Jin Qarin. Makhluk yang selalu menyertai manusia."
Jin Qarin, seingatku gadis iblis itu juga mengatakan sesuatu tentang hal itu. Tapi kenapa wujud Jin Qarinku berwujud keris? Dan kenapa saat wujud aslinya muncul Ia memiliki wajah mirip denganku?
"Ada apa anak muda? Kau ingin mengeluarkan kekuatan Jinmu? Dilihat dari kondisi roh tubuhmu, entah kenapa Aku merasa bahwa setidaknya Jin dalam tubuhmu pernah keluar sekali."
Kemampuan mata ghaib? Ah tidak, mata Gayatri terlihat lebih tajam dari itu. Ia benar-benar terlihat seperti mata milik Aya yang dapat melihat demit tanpa menggunakan kemampuan mata ghaib.
"Apa kau bisa mengeluarkan milikku juga?"
Baskara maju mendekati Gayatri, sepasang mata dari laki-laki itu terlihat serius. Seakan Ia ingin menggunakan kekuatan Jin Qarin dalam dirinya untuk menutupi rasa malunya karena babak belur dihajar Kakek Slamet.
"Baiklah, kalau begitu biar Aku lihat."
Gayatri beranjak dari kursi goyangnya, menyentuh dada Baskara seperti yang Ia lakukan padaku kemudian tersenyum kecut.
"Sayang sekali Nak Baskara, Jin milikmu benar-benar terkunci. Aku ragu kau bahkan bisa mengendalikannya. Berbeda dengan Jin Qarin milik Aji yang pernah keluar dari wadahnya, Jin milikmu masih benar-benar belum tersentuh dunia luar dan bahkan kini berada di luar kendalimu."
Baskara mengumpat sambil berguman, Ia buang wajahnya lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding bambu ditemani Widia.
"Apa anda benar-benar bisa mengeluarkannya, Gayatri?"
"Panggil saja Ibu, menurutmu siapa Aku tidak bisa melakukan hal semudah itu.
Bikakno kula, Gapura manah!"
Jemari Gayatri dengan lincah menyentuh dadaku, dan seketika sebuah cahaya yang hanya bisa kulihat dengan mata ghaibku bermunculan. Cahaya itu terasa kabur, keabu-abuan, dan pucat.
Kurasakan sesuatu yang amat panas berada dalam dadaku, memaksa untuk keluar, menyeruak, merobek, lalu menghancurkan dadaku.
"Aaaaargh...."
"Tahanlah sebentar, biarkan Aku yang mengambil...
AAAAAHHH..."
Belum sempat Gayatri memasukkan tangannya ke dalam dadaku, Ia langsung menariknya dengan tiba-tiba seakan merasakan rasa sakit yang muncul tiba-tiba. Seketika, sebuah keris berwarna perak muncul keluar dari dalam diriku.
Aura keabu-abuan semakin pekat seakan ingin melahap semua hal yang ada di sekitarnya.
"Tenanglah dan turuti perintahku, Atmaja!"
Kupegang gagang keris itu dengan tiba-tiba, dan dalam sekejap sebuah warangka atau sarung keris muncul menyelimutinya tanpa kuperintahkan.
"Astaga, tak kusangka benda itu bisa berada di dalam tubuhmu Aji."
Gayatri menatap nanar pada bilah keris di tanganku, seolah-olah melihat monster mengerikan yang kini tunduk di tangan kananku. Kulihat tangan kanan Gayatri, sebuah luka bakar terlihat nyaris menghancurkan jemari tangan lentiknya.
"Keris Pusaka Atmaja, Keris yang bisa menghancurkan roh."
....................................................................................................................................................................................
Sementara itu, di sebuah rumah gelap yang sepi. Seorang gadis kecil terbaring dengan nyenyaknya. Tidak ada siapapun di rumah itu, begitu sepi, begitu sunyi. Akan tetapi diluar halaman rumah sosok-sosok mengerikan terlihat mencoba menyusup ke dalam rumah. Menghantamkan tubuh mereka pada dinding berwarna keemasan yang muncul dari enam buah bambu kuning di enam sudut halaman.
Keributan di luar itu seakan tak mengusik gadis kecil itu, sampai kemudian sebuah cahaya keperakan bersinar di dadanya.
Cahaya itu menyeruak keluar membentuk sebuah cupu keperakan. Keringat dingin menetes membasahi tubuh gadis kecil itu begitu cupu itu keluar dari tubuhnya. Selama beberapa detik cupu dengan ukiran-ukiran itu berputar di atas tubuh gadis kecil itu, lalu seketika melesat dengan cepat dan berubah wujud menyadi asap putih.
Asap putih itu memadat, membentuk sukma, lalu raga. Mencipta wujud juga sandang. Kemudian saat sudah sempurna asap itu perlahan menghilang, meninggalkan sesosok gadis kecil yang berwajah mirip dengan sesosok gadis kecil di atas tempat tidur.
"Akhirnya... Aku berhasil keluar dari raga itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Jumat [3] Paku Puntianak
ParanormalBuku Ketiga Dari Seri Malam Jumat Setelah berhasil mengalahkan Chandra dan mendapatkan Aya kembali ke sisinya Aji dihadapkan dengan pengguna Paku Puntianak lainnya, dan juga sebuah organisasi bernama Gagak Hitam. Bagaimana nasib Aji dan Aya se...