Gelap, seakan malam menjelang padahal belum.
Cahaya yang tertelan, menghilang begitu saja dalam kegelapan.
Apa yang Nampak di hadapan hanyalah dinding api atau Jidaru min Annar dan juga monster-monster yang mencoba menembusnya. Samar-samar kurasakan kekuatan apiku serasa terkikis perlahan, bersamaan dengan hal itu sebuah kabut keunguan keluar dari luar dinding dan membuat banaspati ireng menjadi layu dan mati lemas.
"Kita istirahat sebentar Kak Agnia, sekarang Kakak sudah boleh mematikan dinding api milik Kakak."
"Pendhut Wulung ya? Agak terlalu cepat dari dugaanku, akan tetapi lumayan. Akan kukurangi apiku perlahan-lahan."
Dinding api itu perlahan-lahan meleleh, merubah dirinya menjadi api kemerahan dan masuk kembali ke dalam tubuhku. Jika manusia tercipta dari tanah, maka kami Jin tercipta dari api. Dari api itulah kami menggunakan kekuatan kami untuk mengeluarkan api neraka.
"GRAAA!!!!"
Salah satu banaspati ireng tiba-tiba muncul di hadapanku, merekahkan tubuhnya dan bersiap untuk meledak. Awalnya kupikir kabut ungu di depanku bisa melindungiku. Tapi aku salah, kabut ungu itu hanya menghambat pergerakan mereka dan menghancurkan secara perlahan. Banaspati-banaspati abnormal itu tetap bisa meledakkan diri mereka.
"Bledek Wulung!"
Kilatan listrik menubruk tubuh banaspati itu, lalu melemparkannya. Tapi sayang, banaspati itu terlempar di tempat yang salah. Ledakan dari banaspati itu membuat sebuah lubang menganga yang ada pada pendhut wulung.
"Cih, sial. Jidaru min Annar!"
Tanpa berpikir panjang, segera kukeluarkan dinding api tanpa memikirkan kondisi fisikku. Degup jantungku tiba-tiba bertambah cepat dan keras, terasa semakin menyakitkan setiap dia berdetak.
"Kak Agnia!!!"
Sigit berteriak memanggilku dari kejauhan, Ia tiba-tiba mengeluarkan badai petir di sekililing tubuhku untuk melindungiku dari banaspati-banaspati yang mencuri kesempatan untuk menyerangku. Benar-benar mengejutkan, banaspati yang selama ini kukenal sangatlah bodoh dan sulit untuk menyerang dalam kelompok, apalagi melakukan koordinasi serangan terencana seperti ini.
Siapapun anggota gagak hitam yang melakukan serangan ini pastilah bukan orang biasa.
........................................................................................................................................................................................
Aroma udara yang terasa busuk, langit kelabu dengan angin yang bergerak berlawanan arah, lalu aura gelap yang terasa memekatkan udara.
Begitu Aku sampai di tempat tujuan, tidak ada satupun hal baik yang kudapatkan. Uwo kini masuk ke dalam hutan, melaporkan setiap hal melalui telepati sementara Aku menaiki punggung Segara untuk melihat reruntuhan omah rondo dari kejauhan.
Saat Aku menggunakan mata demit, sosok-sosok manusia dan juga demit-demit miliknya terlihat begitu banyak memenuhi hutan karet. Ada ratusan sosok dengan makhluk mengerikan di sekitar mereka. Uwo segera mengirimkan lokasi pertemuan begitu Ia menyingkirkan beberapa pion-pion kecil yang mungkin akan menjadi sangat mengganggu begitu kami mulai melakukan "pembersihan gagak"
"Segara! Segera susul Bayu dan juga Uwo begitu mereka menyelesaikan tugas mereka!"
"Sendhika Dhawuh Putri!"
Naga Segara segera meluncur menembus awan, sambil mengamati keadaan. Sampai kemudian sebuah panah api muncul menembaki kami.
"Tirta Samudra!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Jumat [3] Paku Puntianak
ParanormalBuku Ketiga Dari Seri Malam Jumat Setelah berhasil mengalahkan Chandra dan mendapatkan Aya kembali ke sisinya Aji dihadapkan dengan pengguna Paku Puntianak lainnya, dan juga sebuah organisasi bernama Gagak Hitam. Bagaimana nasib Aji dan Aya se...