Aku terdiam mendengar pertanyaan Agnia, kata-kata gadis jin itu seolah-olah membungkamku. Semilir angin menyibak rambutku, lalu membelai rambut Agnia lembut.
"Apa kau benar-benar menyukai Aya?"
Agnia mengulangi pertanyaannya, dengan nada meninggi dan tatapan mata yang menghujam menusuk dadaku. Aku seharusnya bisa menjawab pertanyaan itu, tapi entah kenapa Aku terus membisu seperti orang tuli.
"Kau terlibat dengan semua hal berbahaya ini hanya untuk melarikan diri dari orang tuamu bukan?
Kalau memang hal itu benar, bagaimana jika hubunganmu dengan orang tuamu membaik?
Apa kau akan membuang gadis itu?"
Kata-kata Agnia memancing emosiku, kenapa dia menanyakan pertanyaan seperti itu? Tahu apa dia tentang hidupku dan juga Aya?
"Hubunganku dengan orang tuaku takkan pernah membaik!"
"Hal itu karena kau tak pernah menginginkannya bukan? Selama Ibumu tidak bercerai dengan Ayah Ajeng, maka kau takkan pernah berinisiatif untuk memperbaiki hubungan kalian, Aku benar bukan!
Kalau begitu bagaimana dengan Ajeng? Dia akan menjadi korban dari keegoisanmu!
Apa semua kebaikanmu padanya hanya kebohongan? Bersikap seolah-olah melindunginya hanya karena merasakan nasib yang sama...
Apa-apaan itu, kalau kau menerima Ayahnya, gadis itu takkan menderita seperti sekarang bukan?"
Wajahku memucat, peluh bercucuran membasahi wajahku. Apa yang dikatakan Agnia benar. Alasan kenapa saat itu Aku tidak membunuh Aya dan memilih untuk menyegel kekuatannya, alasan kenapa Aku mau melibatkan diri dengan semua hal melelahkan ini.
Semua itu hanyalah pelarian.
"Kau... Kenapa kau bisa mengetahuinya? Tentang Ajeng, dan juga keluargaku?"
Senyuman Agnia terkembang dengan misterius, tatapan dari sepasang matanya berubah menjadi lembut. Ia lalu mendekatiku, menggenggam erat kemenjaku lalu menyandarkan tubuh mungilnya kepadaku.
Jemari tangannya bergerak perlahan, kemudian berhenti saat Ia menyentuh dadaku.
"Aji... kau ingat dengan benih dosa yang kuambil darimu?
Kau pikir apa isi dari api kehitaman itu?
Tentu saja hal itu adalah perwujudan dari dosa-dosamu, ingatan, perasaan, sensasi... Semua hal itu tersimpan dalam benih dosa yang terbakar oleh api abadi yang takkan pernah bisa membakarnya habis.
Dan benih dosa itu sekarang tersimpan dalam tubuhku."
"Lepaskan Aku!"
Pegangan tangan Agnia pada pakaianku semakin menguat, Ia kini menggunakan kedua tangannya untuk menahanku agar terus berada di dekatnya.
"Kau tidak merasa bertanggung jawab dengan benih dosa yang tersimpan dalam tubuhku? Gara-gara benda itu di tubuhku Aku sering memimpikan hal-hal aneh berulang kali.
Tentang seorang bocah yang ditinggalkan oleh Ibunya."
"LEPASKAN!!!"
Aku memberontak, berusaha mendorong Agnia yang terus menempel bagai parasit dalam tubuhku. Agnia tidak melawan, Ia malah sengaja melepaskan tangannya, dan membuatnya terdorong sampai jatuh terduduk diatas lantai.
Nafasku terasa berat, Aku mungkin terlalu berlebihan. Agnia hanya membuka mataku pada kenyataan yang ada dihadapanku. Ia hanya mengatakan kejujuran dan Aku malah mendorongnya dengan keras. Apa Ia ingin membuatku merasa bersalah padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/59990340-288-k678161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Jumat [3] Paku Puntianak
FantastiqueBuku Ketiga Dari Seri Malam Jumat Setelah berhasil mengalahkan Chandra dan mendapatkan Aya kembali ke sisinya Aji dihadapkan dengan pengguna Paku Puntianak lainnya, dan juga sebuah organisasi bernama Gagak Hitam. Bagaimana nasib Aji dan Aya se...