05 - Puntianak

803 48 24
                                    

Sayup-sayup keramaian dari ruang tengah sudah mulai sepi, sesekali terdengar suara TV menyala tanpa ada suara lain. Aku harap gadis-gadis itu segera tidur dengan nyenyak, selain agar besok mereka tidak kesiangan Aku juga berharap agar tidak satupun dari mereka mengganggu aktivitas yang kini kulakukan bersama Joko.

"Akhir-akhir ini kamu memang suka membaca koran, atau menghindari semuanya dengan membaca koran?"

"Apa maksudmu Aji?"

Joko menatapku dengan penuh tanda tanya, senyuman usil tersungging di wajahnya. Aku dan manusia raksasa itu kini sedang berada di hadapan sebuah komputer dengan layar plasma berwarna hitam. Berita-berita dari setiap situs berita kami saring dan mencari jejak kasus-kasus penulangan pejabat.

"Baiklah, sebenarnya alasanku adalah Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian.

Alasan kedua adalah Aku melakukan penyelidikan dengan membaca koran yang berbeda."

"Terserahlah, lalu... Bagaimana menurutmu dengan peringatan Kakek Slamet?"

"Kontrakotr Puntianak? Ya... Sebenarnya sebagai salah satu kaki tangan Ratu Laut Selatan, Aku memiliki sedikit banyak pengetahuan dari mereka.

Apalagi seperti manusia, bangsaku juga menyukai Puntianak."

Kuhela nafasku panjang, sepertinya Aku menyesal telah berterimakasih pada makhluk satu ini. Kini secara tak langsung dia telah menunjukkan ketertarikannya pada Aya setelah Ia mengaku kalau ia tak tertarik dengan wanita dewasa.

"Puntianak sendiri memiliki jenis yang bermacam-macam, diantaranya adalah Kuntilanak. Kemampuan mereka adalah pergerakan dan kekuatan mereka yang cepat, tapi sayangnya tubuh mereka lemah.

Kemudian ada Sundel Bolong yang endemik di Jawa Barat, kemampuan mereka adalah memakan aura. Dalam serangan fisik mereka tak terlalu kuat, tapi kecepatan mereka melebihi Puntianak.

Lubang di belakang tubuh mereka berfungsi untuk mengeluarkan sisa makanan setelah mereka mencerna nutrisi Aura dari tubuh mangsanya.

Puntianak selanjutnya adalah Wewe, mereka memiliki dua wujud. Yang pertama adalah Kalong, dan yang kedua adalah Gombel. Kemampuan mereka adalah manipulasi Aura, mereka bukanlah makhluk yang akan menyerang secara langsung.

Lalu ada juga Serunting yang hanya ditemukan di kota Palembang, kemampuannya adalah mengendalikan pohon.

Sejauh ini hanya itu yang kutahu."

Kubaca sekali lagi salah satu berita di laman situs berita nasional. "Pejabat Yang Berubah Menjadi Tulang", "Staff Pejabat Yang Dimakan". Entah kenapa aku lebih penasaran dengan berita staff pecabat yang dimakan, daripada Pejabat yang berubah menjadi tulang.

"Menurutmu, apakah semua Puntianak memakan darah?"

"Tidak, sebenarnya asal yang dimakan memiliki energi kehidupan atau aura, apa saja bisa dimakan.

Janin bayi, Darah, Daging, Rambut, apa saja bisa."

Kuanggukkan kepalaku, mendengar semua penjelasan itu otakku mulai bekerja cepat dan mempersempit pencarian pada kata penulangan.

"Lalu menurutmu Puntianak mana yang bisa mengubah manusia menjadi tulang dalam waktu sekejap?"

"Apa saja bisa, tapi kalau kamu ingin berasumsi bahwa hal itu dilakukan sendiri tanpa bantuan majikannya...

Maka Aku akan memilih Sundel Bolong atau Wewe. Akan tetapi kasus ini, Aku akan memilih Sundel Bolong."

"Kalau boleh Aku tahu, apa alasannya?"

"Mudah, jika yang melakukannya adalah Wewe, maka seharunya majikannya membunuh staff penjaga pejabat itu. Bukan memakannya, karena dasarnya Wewe menggunakan semacam "santet" untuk mengubah manusia menjadi tulang.

Sementara dalam kasus ini staff penjaganya dimakan, hal ini pasti berkaitan dengan kemampuan menyedot aura milik Sundel Bolong.

Karena pada dasarnya kemampuan Auranya harus diimbangi dengan nafsu makannya."

..................................................................................................................................................................

Setelah pulang sekolah, Aku dan Aya memutuskan untuk menyelidiki kasus penulangan pejabat. Kami melihat daftar pejabat yang masih hidup, menghubungkannya dengan kasus korupsi terbaru, dan juga posisi terdekat antara tempat dimana kasus terakhir kali terjadi.

Sebuah gedung milik pemerintah, tiga puluh meter tingginya, dengan sebuah atap besar dan luas dengan sebuah helipad yang siap menerima sebuah helikopter komersil untuk mendarat.

Kemampuan baru Aya membuatnya dapat membawaku terbang naik ke atap gedung tanpa terlihat oleh siapapun dengan menggunakan selubung aura miliknya. Bahkan mekipun di siang hari tubuh Aya terlihat segar bugar seperti manusia biasa.

Namun dengan semua kemampuan itu, Akulah yang harus menanggung efek dari kekuatannya. Karena perlahan-lahan auraku juga dihisap oleh Aya. Oleh karena itu akhir-akhir ini Aya dan Lia sering memasakkanku makanan sehat, agar Aku tak lekas mati.

"Bagaimana Aji? Aku sudah merasakan keberadaan mereka? Posisinya, kalau tidak salah ada di lantai tiga gedung ini."

"Makhluk itu bisa merasakan keberadaanmu juga bukan? Untuk kali ini Aku tidak ingin ikut campur urusan orang lain, jika korban mereka adalah orang-orang tak berdosa mungkin mereka takkan kumaafkan.

Namun seorang koruptor? Lebih baik biarkan saja mereka."

Aku berbicara sambil menatap pemandangan kota dari atas gedung, cahaya matahari tak sampai membakar kepalaku dengan awan putih yang siap melindungiku. Kedua tanganku bertumpu pada pagar pembatas yang terbuat dari beton, sementara kepalaku tertumpu padanya.

"Aji, kamu banyak berubah...

Seandainya kamu tak berubah, mungkin sekarang kamu sudah memaksa masuk ke dalam gedung untuk menyelamatkan orang-orang dari Puntianak dan Kontraktornya itu bukan?"

Aku terdiam, Aya menyandarkan tubuhnya pada pagar beton. Wujudnya sekarang adalah manusia bernama Aya Nathania, Aku mengembalikan wujudnya untuk menyamarkan keberadaannya sebagai Puntianak.

"Aji... mereka datang!"

Perasaanku tiba-tiba memburuk, dari arah tangga kulihat seorang laki-laki yang umurnya tak jauh denganku berjalan dengan tenang bersama seorang wanita muda.

Berbeda dengan Aya, wanita di belakangnya itu terlihat lebih tinggi dan lebih dewasa daripada Aya, dengan kemeja dan rok kuning Ia memancarkan keanggunan yang sangat memikat. Keanggunan khas yang dikeluarkan oleh Demit pemikat sekelas Kak Alina.

Laki-laki di depannya mengenakan jas dan kemeja, terlihat seperti seorang eksekutif muda daripada seorang Kontraktor Puntianak.

"Sepertinya kita memiliki tamu, Widia..."

"Anda benar sekali, Tuan Baskara..."

Gadis berambut panjang bernama Widia itu mendekatkan tubuhnya pada laki-laki bernama Baskara, melihat hal itu Aya segera melakukan hal yang sama. Sepertinya pertarungan kali ini benar-benar mengerikan.

Aku belum pernah melihat pertarungan antar dua Puntianak dengan kontrak sempurna.


Malam Jumat [3] Paku PuntianakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang