Gelap, kegelapan yang menyembunyikan, melindungi dengan penuh kehangatan, dan kedamaian. Seakan, bagai berada di dalam pelukan seorang Ibu. Ah bukan, perasaan ini lebih tepat kalau dikatakan sebagai perasaan sesosok janin dalam rahim.
Kegelapan yang tidak membekukan, tapi melindungi.
Rasanya terlalu nyaman bahkan melenakan, membuat lupa akan masa lalu yang terpatri di dalam kepala. Dan juga membuat diri tidak waspada terhadap masa depan.
Kubuka kedua mataku dengan perlahan, langit-langit hitam di hadapan mataku perlahan membentuk sebuah batu-batu raksasa yang tergantung di atas kepala. Teringat pelajaran IPA sekolah dasar, Aku segera menyadari bahwa benda itu adalah stalaktit-batuan kapur nyaris lancip yang tergantung di langit-langit gua.
Begitu seluruh kesadaranku kembali, semua ingatan yang tercatat dalam memori sesaat sebelum Aku pingsan muncul dengan tiba-tiba bagai hantu. Refleks kubuka bajuku untuk melihat luka yang kudapatkan dari Puntianak mengerikan beraura hitam.
Sesaat Aku menyadari bahwa kemejaku telah diganti oleh seseorang dengan sebuah piyama berwarna hitam. Begitu kancing piyama terbuka, tak kutemukan satupun goresan luka disana.
Luka itu menghilang...
"Anda sudah bangun? Tuan Aji Saputra?"
Seorang gadis berambut hitam pendek muncul dari sebuah lorong gelap yang tertutup oleh tirai merah darah. Tangannya yang terlihat ganjil karena tersambung dengan sayap kelelawar raksasa membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman diatasnya.
Dalam remang-remang cahaya obor, terlihat begitu jelas pakaian kebaya hitam mengkilap dan kain jarik cokelat gelapnya. Ia melangkah tenang mendekatiku, membuat pikiranku seketika memunculkan begitu banyak pertanyaan.
"Anda tentu masih teringat dengan Saya bukan Tuan? Nama saya..."
"Ratri! Namamu Ratri bukan?
Katakan apa yang terjadi? Bagaimana dengan perangnya? Dimana Aya? Apa Baskara baik-baik saja?"
Setengah berteriak Aku melampiaskan semua rasa penasaranku pada gadis jenglot itu. Membuatnya terdiam sejenak seakan menunggu emosiku reda.
"Maaf Tuan, Saya tidak memiliki wewenang untuk menjawab, untuk sekarang anda harus makan dan setelah ini anda bisa mandi.
Tolong lakukan dengan segera, karena semua orang sudah menunggu anda!"
Mataku menatap nanar pada punggung Ratri yang menghilang di balik tirai, lalu mataku menatap nasi dalam periuk yang dilapisi daun pisang, perutku bergemuruh. Tapi entah kenpa Aku tidak bernafsu makan, meski ayam bakar dan tumis kangkung di atas meja batu menggodaku.
Mungkin semua itu karena pertanyaan-pertanyaan dalam kepalaku yang belum terjawab.
Kumasukan tanganku dalam kobokan berwadah tanah liat, air di dalamnya dingin dan segar dengan campuran dedaunan dan jeruk nipis. Kucoba memgambil sepotong ayam dan memakannya.
Sial, rasanya enak sekali sampai mataku berair. Sebenarnya berapa lama Aku pingsan?
...........
Kuturuti perintah Ratri dan mandi di sebuah sungai bawah tanah yang airnya terasa sejuk. Tak ada siapa-siapa di tempat ini, hanya Aku dan obor-obor kecil yang menempelkan dirinya di tembok. Sungai di dalam gua ini memiliki bentui unik, yakni cekungan yang nyaris bulat sempurna dengan satu cabang dari hilir dan cabang lain yang menuju hulu.
Benar-benar tempat pemandian yang hebat, seakan-akan rasanya seperti memiliki kolam renang raksasa.
Begitu selesai mandi, segera kukenakan pakaian yang telah Ratri letakkan di atas sebuah batu besar. Setelan pakaian itu terdiri dari pakaian batik dan celana panjang, Aku tidak tahu milik siapakah pakaian itu. Saat berpikir bahwa baju itu mungkin adalah milik Chandra, Aku segera menepis kemungkinan itu. Chandra terlalu tinggi dan kurus, untuk pakaian itu. Selain itu jika kemeja batik itu adalah pakaian lama Chandra, rasanya lebih tidak mungkin melihat betapa terawatnya pakaian itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Jumat [3] Paku Puntianak
ParanormaleBuku Ketiga Dari Seri Malam Jumat Setelah berhasil mengalahkan Chandra dan mendapatkan Aya kembali ke sisinya Aji dihadapkan dengan pengguna Paku Puntianak lainnya, dan juga sebuah organisasi bernama Gagak Hitam. Bagaimana nasib Aji dan Aya se...