Tubuh mungil itu terkulai lemah di atas kedua tanganku, tubuhnya memucat. Aura apinya terlihat sangat redup meski kugunakan mata ghaib untuk melihat auranya. Bahkan aura api lemah milik Paku Puntianak Wesi Abang masih lebih kuat dibandingkan milik Agnia yang Nampak selalu bisa menggunakan api sepanas neraka.
Mengkhawatirkan Agnia membuatku lupa kalau Aku berdiri di atas sebuah dinding yang tingginya nyaris 15 meter, Aya dan Widia yang terbang rendah melindungiku dari banaspati-banaspati hitam yang mencoba menyerangku.
Bocah kecil dengan paku puntianak di tangannya meninggalkan tempatnya yang kini digantikan oleh Baskara, Ia mendekatiku. Wajahnya terlihat lebih khawatir daripadaku.
"Ehm... Oi bocah. Bisa kau ceritakan mengapa kondisi Agnia sampai seperti ini?"
"Namaku Sigit, dan jangan panggil aku bocah!
Kak Agnia sepertinya terlalu memaksakan dirinya, Ia menggunakan dinding apinya selama nyaris lima belas menit lebih."
Mendengar penuturan Sigit, Aku jadi teringat saat terakhir kali Agnia menggunakan kemampuan dinding apinya. Seingatku Ia hanya menggunakannya dalam jangka waktu sedikit dan jarak jangkauan yang tak begitu jauh. Melihat luasnya bentangan dinding tempatku berdiri membuatku memikirkan sebesar apakah ukuran dinding api yang Ia buat, mengingat banaspati ireng nyaris menyerang dari segala arah.
"Menciptakan dinding perlindung sebesar itu pastilah sulit, tapi Sigit. Rasanya aneh sekali Agnia bisa pingsan seperti ini."
"Aku mengerti Kak, sebenarnya sebelum pertarungan juga Kak Agnia terlihat sedikit berbeda. Ia terlihat begitu kesakitan dan memegangi dadanya seperti orang yang sakit jantung."
Kugunakan mata ghaibku sekali lagi, kurasakan sesuatu yang ganjil di dada kurus Agnia. Ada sebuah titik dengan aura kuat disana, mengakar ke seluruh tubuh bagaikan pembuluh sulur-sulur akar yang menyatu dengan pembuluh darah. Energi tubuhnya masih tersisa banyak, tapi entah bagaimana energi itu tersumbat dan tak mau mengalir.
Kualihkan pandanganku pada Aya dan Widia yang sedang menghadapi banaspati-banaspati ireng. Kombinasi serangan Widia yang membuatnya bisa menghisap banaspati sampai habis, dan juga serangan cepat Aya membuat nyaris semua serangan banaspati pada kabut ungu gagal dan lubang besar yang tercipta kembali tertutup.
Dengan Agnia masih terkulai di tanganku, kuambil Atmaja dari Warangkanya, lalu dengan sekali serangan tanpa mantera kugunakan keris misterius itu untuk membuka kabut ungu selama beberapa detik.
"Aya, kembali!"
Mendengar perintahku, Aya segera meninggalkan sekumpulan banaspati ireng yang meledak bersamaan. Wajahnya terlihat tida suka melihat Agnia, tapi Ia mencoba menyembunyikannya dengan sangat.
"Ada apa dengan gadis ifrit itu?"
"Entahlah, bisa kau bawa kami turun ke bawah? Aku dan dia mungkin terlalu berat jika kau ajak terbang rendah melayang di atas reruntuhan, tapi kau bisa membawa kami ke bawah tanpa cedera bukan?"
Aya mengangguk pelan, lalu tanpa bicara sedikitpun Ia segera menyeret bahuku dan terjun bebas seperti burung layang-layang menuju Omah Rondo.
........................................................................................................................................................................................
Hilang, tidak ada, kosong.
Bahkan berkas aura milik gadis kecil itu menghilang.
Air terjun kecil tanpa nama, tempat pertemuan dimana seharusnya Lia dan Segara kini berada. Tapi tak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Joko yang sudah berpesan pada Segara untuk menghindari pertarungan tidak berguna melampiaskan kemarahannya dengan bersemedi di atas batu kali dan mempertajam mata demitnya untuk merasakan berkas energi yang mungkin tersisa dari gadis kecil yang selama ini telah ia awasi semenjak berusia tujuh tahun.
![](https://img.wattpad.com/cover/59990340-288-k678161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Jumat [3] Paku Puntianak
ParanormalBuku Ketiga Dari Seri Malam Jumat Setelah berhasil mengalahkan Chandra dan mendapatkan Aya kembali ke sisinya Aji dihadapkan dengan pengguna Paku Puntianak lainnya, dan juga sebuah organisasi bernama Gagak Hitam. Bagaimana nasib Aji dan Aya se...