CERITA PART INI SUDAH DI REVISI, SELAMAT MEMBACA DAN TERIMAKASIH😊
--------------
"Milan."
Tiba tiba Bu Yeni yang menjabat sebagai guru matematika datang kekelas X-2, dan memanggil namanya. Saat ini kelasnya sedang freeclass karena Bu Titi yang mengajar pelajaran Fisika tiba-tiba ada keperluan mendadak. Dan itu semua membuat X-2 ricuh, ramai, dan berantakan. Milan melangkahkan kakinya keluar kelas, menghampiri Bu Yeni—guru matematika yang tadi memanggilnya.
"Ada apa bu?" tanya Milan, sesudah mencium punggung tangan Bu Yeni.
"Ikut ibu ke ruang guru ya, sekarang." Milan membelalakan matanya, apa katanya? Ruang guru? Apa Milan membuat salah sampai-sampai bu Yeni memanggil, dan menghampirinya kekelas? Semoga saja tidak!
Milan mengikuti langkah bu Yeni dari belakang. Ia terus berfikir sepanjang jalan, mencari apa kesalahannya. Pasalnya, Milan adalah orang yang sedikit pelupa, dan kebiasaan nya itu membuat ia berfikir keras, apa kesalahan dia saat ini. "Duduk Mil." ucap bu Yeni, Milan pun menuruti lalu duduk berhadapan dengan guru matematikanya itu.
"Nggak usah tegang, kamu nggak buat salah kok." ucapan bu Yeni yang sepertinya bisa membaca mimik wajah Milan, membuat gadis itu menghembuskan nafas nya, lega.
"Jadi, ada apa bu?" tanya Milan akhirnya.
"Bentar lagi ada Olimpiade matematika tingkat se-provinsi. Berhubung kamu adalah salah satu siswi ibu yang sering mendapat nilai besar dan kamu itu anaknya rajin, jadi ibu akan membawa kamu untuk ikut Olimpiade itu. Kamu mau kan?" Milan sedikit membelalakan matanya. Olimpiade matematika? Padahal ia merasa bahwa ia sangatlah kurang di bidang pelajaran itu. Bukan hanya itu, catat sekali lagi. Milan adalah gadis yang pelupa. Bahkan, untuk ulangan harian matematika pun, Milan harus menghapal dari subuh dan saat disekolah—agar tidak lupa.
"Tapi Bu, Milan masih harus banyak belajar. Milan—nggak siap." jawab Milan jujur sambil tersenyum kecil.
"Ibu ngerti, makanya seminggu 3 kali kamu ada turtor sama kaka kelas kamu." ucap bu Yeni membuat Milan diam, bagaimana jika turtornya nanti ternyata adalah salah satu fans berat nya Dylan. Ia pasti tidak akan diberi ilmu oleh turtor nya itu, mungkin ia hanya akan disuguhi kata kata pedas serta ejekan setiap hari nya, dan hal itu sangat menjijikan bagi Milan. Milan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia terlalu banyak menonton sinetron! "Lagian, kamu masih punya banyak waktu kok, untuk menghapal dan mempersiapkan diri kamu. Ibu benar-benar berharap padamu."
"Assalamualaikum." Tiba-tiba seorang lelaki berperawakan tampan datang dan mencium punggung tangan bu Yeni, dan langsung menempati temoat duduk yang bersebelahan dengan Guru itu. Milan membelototkan matanya, dan mencoba membenarkan penglihatannya. Faris? Aduh, Milan sangat sangat belum siap bertemu lelaki itu. Ia masih sangat malu mengingat kejadian kemarin.
"Jadi Faris harus ngasih turtor kesiapa bu?" tanya lelaki itu sopan. Lagi-lagi Milan dibuat terkejut. Jangan bilang bahwa Faris kini yang akan menjadi turtornya?
"Kemarin ibu sudah ajak Dylan, awalnya dia mau. Tetapi saat ibu bilang turtor nya kamu, dia malah tidak jadi ikut. Yasudah jadi ibu mengajak Milan saja." Ucap bu Yeni, dan kini Faris menatap kearah Milan sambil mengangguk kecil. "Kalo boleh tau, apa kamu ada masalah sama Dylan, nak?" tanya Bu Yeni sedikit berhati-hati.
"Nggak kok Bu, kita baik baik aja." Ucap Faris sambil menggaruk tekuknya. Milan yang sedari tadi hanya memperhatikan Faris dan bu Yeni, bisa melihat rawut wajah Faris yang seketika berubah saat menyebut nama Dylan. Dan ia juga bisa melihat dari cara Faris berbicaranya pun, Faris sedang berbohong. Yang sedang Milan pikirkan saat ini, apa iya Faris dan Dylan saling kenal? Apa iya Faris dan Dylan saling mempunyai masalah? Padahal posisi mereka sangat jauh. Dylan anak ternakal disekolah bisa dikenal oleh Faris sang ketua OSIS teladan disekolah ini. Dan sebaliknya Faris sang ketua OSIS yang sangat disiplin, bisa dikenal oleh Dylan anak yang suka mengacaukan sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan]
Teen FictionRank: #12 IN TEEN FICTION 10 Mei 2017 Dylan itu anak yang baik, tapi jahil. Dylan itu pinter, tapi suka di bego-begoin. Dylan itu cinta Milan, tapi di sia-sia in. Tau cinta pada pandangan pertama? Ya, mungkin Dylan mengalami itu, tapi tidak dengan M...