PART INI SUDAH DI REVISI. SELAMAT MEMBACA😄
--------
Hari ini adalah jadwal nya Milan kembali turtor bersama Faris—semenjak kejadian kemarin. Tapi hari ini berbeda dengan hari- hari tutor sebelumnya. Karena hari ini Faris mengajak Milan untuk belajar di cafe yang berada di salah satu mall di daerah kota Bandung. Entah apa yang menyebabkan lelaki itu tiba-tiba mengajaknya untuk belajar diluar seperti ini. Jika biasanya mereka hanya akan belajar di kelas Faris, kali ini berbeda. Milan hanya berfikir, mungkin Faris memang butuh suasan baru.
"Lo mau mesen makan apa Mil?" tanya Faris sambil membuka buku menu di depannya.
"Lagsana sama matcha latte aja, Kak."
Faris mengangguk lalu menoleh kearah pelayan yang berdiri di samping meja mereka yang kini tengah duduk berhadapan. "Mas, matcha latte nya dua, lagsana nya satu, cheese cake with strawberry ice cream nya satu ya." ucap Faris kepada sang pelayan, dan langsung ditulis serta di angguki oleh sang pelayan.
Saat pelayan pergi, Faris langsung membuka tab nya dan seketika lelaki itu sudah sibuk dengan gadget-nya tanpa melirik kearah Milan yang kini sudah mati kebosanan di tempatnya. Milan hanya bisa menopang dagu dengan tangan kanannya, sambil memandangi kaca besar yang hanya menampilkan orang-orang di sekitar Mall yang sedang berlalu lalang dengan paper bag di tangannya.
5 menit berlalu makanan yang ia pesan, belum juga sampai, dan lagi, Faris masih sibuk dengan gadget nya membuat Milan sudah sangat kebosanan di tempatnya. Apalagi ponsel Milan kini mati karena ia lupa mencharge nya tadi. Jadilah Milan seperti orang linglung yang tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Apalagi meja mereka begitu sangat awkward, dan itu membuat Milan semakin ingin pulang saat ini juga.
"Kenapa?" tanya Faris saat melihat gerak-gerik Milan yang terlihat begitu tidak jelas di tempatnya.
"Ah—nggak kok Kak." Milan tersenyum canggung sambil menggaruk ujung pelipisnya. Faris mengangguk lalu kembali menenggelamkan dirinya pada gadget di hadapannya.
Setelah kurang lebih 10 menit berlalu, akhirnya pesanan mereka berdua pun datang dan itu membuat Milan menghela nafasnya senang. Setidaknya ia bisa menenggelamkan dirinya pada makanan yang ia pesan.
Mereka memakan makanan mereka dalam diam. Tidak ada percakapan apapun, dan entah apa yang harus mereka bahas. Saat lagsana yang Milan sudah kandas dengan cepat, Milan buru buru mengeluarkan buku catatan dan buku paket matematikanya. Milan harus cepat-cepat memulainya. Jika tidak, suasana canggung di meja mereka akan kembali terjalin.
Setelah Faris selesai memakan pesanannya, mereka pun memulai pembelajaran mereka hari ini. Faris terus menjelaskan mengenai rumus-rumus yang harus diketahui oleh Milan. Dan Milan hanya mengangguk- ngangguk sambil memperhatikan ucapan demi ucapan yang di lontarkan Faris. Bukan, bukan hanya ucapan Faris yang ia perhatikan. Tetapi wajah tampan Faris pun tak luput dari perhatiannya. Bahkan rasanya lelaki dihadapannya ini begitu sempurna, lelaki tanpa cela yang bisa membuat perempuan manapun bertekuk lutu padanya. Mungkin kekurangan Faris hanya satu, Faris adalah seorang lelaki yang sedikit membosankan untuknya.
"Ngerti?" ucapan Faris membuat Milan mengerjabkan matanya mencoba untuk memfokuskan kembali pada materi di depannya. Astaga, betapa malunya ia ketahuan memperhatikan wajah lelaki itu. "Santai aja kali, hahaha lucu banget sih ekspresi lo." Faris tertawa kecil sembari meminum matcha latte nya.
Milan sedikit melongo dengan ucapan Faris. Tetapi sedetik kemudian Milan tersenyum lebar, mungkin Faris ingin menghilangkan kecanggungan mereka berdua. "Apaan sih Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan]
Teen FictionRank: #12 IN TEEN FICTION 10 Mei 2017 Dylan itu anak yang baik, tapi jahil. Dylan itu pinter, tapi suka di bego-begoin. Dylan itu cinta Milan, tapi di sia-sia in. Tau cinta pada pandangan pertama? Ya, mungkin Dylan mengalami itu, tapi tidak dengan M...