SUDAH DI REVISI.
SELAMAT MEMBACA, DAN TERIMAKASIH BANYAK😀😀😀
----
Hari ini adalah hari dimana Dylan dan Milan akan berangkat ke Jakarta, lebih tepatnya pergi untung menonton band asal Westren kesayangan mereka yaitu, Coldplay. Tetapi sebelum mereka berangkat menuju Terminal Bus, mereka menyempatkan diri untuk menengok Al yang masih terbaring lemah di rawat inap Rumah Sakit.
Keadaan Al sebanarnya sudah jauh lebih membaik dari hari sebelumnya. Hanya saja luka lebam dan beberapa jaitan di tubuh Al masih sedikit basah dan susah untuk di gerakan. Kondisi di dalam tubuhnya pun masih belum stabil, karena Al masih suka merasa nyeri jika duduk ataupun saat makanan masuk, Al masih suka merasa nyeri di area perutnya. Jika ingin buang air kecil pun, Al harus di dampingi oleh beberapa orang untuk menuntunnya. Dan prediksi Dokter, Al akan diperbolehkan pulang kira-kira beberapa hari kedepan.
Dan sore ini, Dylan dan Milan sedang berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Indra menuju Terminal Bus. Ya, Indra memang sengaja meluangkan setengah jam kerjanya untuk mengantarkan anaknya ke Terminal Bus yang akan mereka naiki sore ini.
"Nanti kalian berdua mesen 1 large room aja, tapi yang ada dua kamarnya. Soalnya kan Milan perempuan, Ayah takutnya dia ada apa-apa." ucap Indra. Dylan dan Milan saling berpandangan sebentar lalu akhirnya menggangguk. Sebelumnya mereka berdua memang sempat membahas tentang kamar hotel. Awal nya Dylan memang menyarankan sama seperti ucapan Ayahnya, tetapi Milan menolak karena merasa tidak nyaman. Tapi setelah Dylan menjelaskan sisi negativ mereka jika berbeda ruangan, dari mulai soal makanan pakaian dan lain-lainnya, akhirnya Milan setuju juga. apalagi kini Indra pun memiliki ide yang sama seperti Dylan. Jadi, Milan haru setuju bukan?
"Tapi kamu jangan macem macem!" lanjut Indra sambil melirik tajam kearah Dylan. Lelaki itu membulatkan matanya lalu mendengus kesal.
"Emang tampang gue kriminal banget apa ya?" tanya Dylan pada Milan yang sudah terkikik di bangku belakang.
"Ayah nggak bilang tampang kamu kriminal ya Bang."
"Iya emang Ayah enggak bilang kok."
"Yauda terus kenapa nanya kaya gitu coba?"
"Lagian Ayah sama Bunda tuh, syuudzonnnnn—mulu sama Abang. Kan sebel." Milan semakin terkikik geli mendengar keluhan Dylan.
"Halah, lebay kamu." Indra melirik Dylan mencemooh. "Ohiya Milan, Ayah kamu kerjanya di bidang apa nak?" tanya Indra sambil melihat kearah spion, dimana Milan duduk. Lalu setelahnya kembali memusatkan pandangan ke arah jalanan di hadapannya.
"Di bidang perfilman Om."
"Jangan panggil Om dong. Masa ke Bunda nya Dylan manggil Bunda, tapi kok ke Ayah manggilnya Om, kan Bunda pasangannya Ayah." Milan menggaruk tekuknya.
"Eh i-ya Yah, maaf hehe." Milan mengganguk kecil. Sebenarnya, ini adalah kali pertamanya ia bertemu langsung dengan Indra. Indra itu memang sibuk, dan jarang ada dirumah. Jadi Milan baru sempat bertemu hari ini dan baru sempat bertegur sapa hari ini.
"Jadi Ayahmu kerja di bidang perfilman?" tanya Indra kembali ke topik.
"Iya Yah, Papah juga kadang suka ngesutradarain film-film barat." ucap Milan semangat. Ya, ia akui jika ia memang sangat menyukai pekerjaan sang Ayah yang menurutnya sangat mengasyikan dan menghasilkan tentunya. Tetapi setahu Milan, selain menjadi sutradara Ayahnya pun bekerja menjadi bagian yang lain tetapi tetap di dalam bidang perfilman, tetapi Milan tidak tahu bagian apa. Yang ia tahu, Ayahnya itu super sibuk.
"Ohiya? Pasti Papah mu selalu bertemu artis-artis terkenal dong ya?"
"Papah memang dikenal dikalangan artis Yah, tapi cuma artis-artis Indonesia aja Yah. Dan itu juga artis lawas biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan]
Teen FictionRank: #12 IN TEEN FICTION 10 Mei 2017 Dylan itu anak yang baik, tapi jahil. Dylan itu pinter, tapi suka di bego-begoin. Dylan itu cinta Milan, tapi di sia-sia in. Tau cinta pada pandangan pertama? Ya, mungkin Dylan mengalami itu, tapi tidak dengan M...