PART INI SUDAH DI REVISI YA;) GOW BACA GOW!
------
Jarum pendek sudah menunjukan pada angka 1 malam. Tetapi gadis itu tak kunjung bisa menutup kedua bola matanya. Padahal esok adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Hari yang akan menunjukan kerja kerasnya selama ini belajar.
Milan kembali membuka buku pemberian Dylan, dan mencoba membacanya secara acak agar matanya segera menutup. Bukannya mengantuk, gadis itu makin merasa gugup dan pusing secara bersamaan. Ia melentangkan tubuhnya diatas kasur dan mencoba untuk menghayalkan sesuatu agar ia bisa terlelap.
Belum juga ia memulai khayalannya, ponselnya sudah berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Milan melihat Id caller nya dan matanya langsung membulat saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. Tanpa memikir panjang, ia langsung menekan tombol hijau.
"Kenapa?" tanya Milan kepada sang penelepon di sebrang sana.
"Keapa lo belum tidur?" tanya sang penelepon.
"Kok lo tau gue belum tidur? Lo ngintip?" Milan memincingkan kedua bola matanya kearah jendela kamar.
"Lampu kamar tidur lo belum mati!" ucap Dylan. Karena memang ia heran saat melihat kearah jendela besar dikamarnya, lampu kamar Milan masih menyala. Itulah yang menyebabkan Dylan menelepon Milan pada tengah malam seperti ini. Karena biasanya Milan akan mematikan lampunya jika ia tidur.
"Segitunya ya sampe merhatiin kamar gue" goda Milan.
"A-paan sih!" sanggah Dylan.
"Ngaku lo!"
"Udah lo anak kecil mending tidur aja deh, udah malem. Eh salah, udah pagi maksud gue. Night." Dylan langsung memutuskan sambungnya. Tetapi mata nya masih tetap memandang kamar Milan yang tepat berada di samping kamarnya ini. Tiba-tiba lampu kamar Milan mati, yang menandakan sang empunya kamar akan segera tidur.
Dylan menghempaskan tubuhnya keatas kasur, dan menutup matanya yang sudah terasa berat, akibat pertarungan bola bersama sang Ayah di Playstation yang baru beres setengah jam yang lalu.
***
Hari ini adalah hari yang Milan nanti nantikan. Hari Olimpiade nya. Sungguh ia sangat gugup dan tentunya sangat resah.
Saat ia sedang mengobrol santai dengan Reina untunk mangatasi rasa gugupnya, tiba-tiba panita penyelenggara memberitahukan bahwa Olimpiade akan segera di mulai, dan menyuruhnya memasuki salah satu ruangan besar yang berada di Universitas Negeri di Bandung yang menjadi tempat Olimpiade berlangsung.
Sesuai janjinya Bima, Dewy, dan Lintang benar-benar datang untuk menyemangatinya. Milan senang luarbiasa saat mengetahui bahwa kedua orangtuanya hadir dan menemaninya.
Bukan hanya mereka saja yang datang dan menyemangati Milan. Keluarga Indra pun ikut hadir untuk memberi semangat kepada Milan. Apalagi Keyla dan Lintang sudah mulai akrab, walau pun Keyla terkadang lupa bahwa temannya ini tidak bisa melihat.
"Lintang, liat deh itu ada boneka dolaemon gede!" ucap Keyla histeris, sambil menunjuk seorang badut yang mengenakan kostum Doraemon yang berada di taman kampus tersebut.
"Gakeliatan Ka Kekey" ucap Lintang cemberut. Membuat Keyla yang berusia lebih tua 3 tahun itu memukul kening kecilnya, ia lupa.
"Hehe, Ka Kekey boong kok!" ucap Keyla berbohong. Karena ia tak mau melihat adik kecilnya tersedih. Tika dan Dewy pun saling berpandangan dan tertawa kecil melihat kedua anaknya yang begitu akrab, dan bisa mengerti kondisi dan keadaan masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan]
Teen FictionRank: #12 IN TEEN FICTION 10 Mei 2017 Dylan itu anak yang baik, tapi jahil. Dylan itu pinter, tapi suka di bego-begoin. Dylan itu cinta Milan, tapi di sia-sia in. Tau cinta pada pandangan pertama? Ya, mungkin Dylan mengalami itu, tapi tidak dengan M...