PART INI SUDAH DI REVISI YA;)
___
Seperti biasa Dewy pulang kerja pada pukul 8 malam bersama Bima sang Suami. Padahal ini adalah hari Sabtu dimana biasanya para pekerja seperti mereka meluangkan waktunya untuk keluarga. Tapi mereka tidak.
Dewy menghampiri Lintang yang memang belum tidur. Lintang sedang mendengarkan lagu lagu anak anak yang memang sering ia dengarkan jika merasa bosan. Lintang memang tidak bisa melihat, tapi kemampuan daya ingatnya sangatlah kuat. Bahkan ia selalu ingat dimana ia menyimpan barang walaupun ia tidak bisa melihat, ia bahkan akan langsung ingat lagu lagu yang baru ia dengarkan. Begitulah manusia, punya kekurangan dan kelebihannya masing masing.
Bima menghampiri Milan yang sedang sibuk mengerjakan PR yang memang sengaja ia kerjakan di ruang keluarga, karena ia bisa sekalian menemani Lintang, karena Mba Ratih yang memang sudah pergi beristirahat terlebih dahulu.
"Sayang, kamu ngerjain PR apa?" tanya Bima seperti biasa. Basa basi.
"Matematika Pah" jawab Milan sopan. Ia tahu, bahwa sekesal apapun ia pada kedua orang tuanya ia tetap harus menghormati kedua nya.
"Gimana persiapan Olimpiade mu?" tanya Bima. Bima memang tau mengenai Olimpiade yang akan Milan laksanakan. Karena ia memang meminta izin terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya.
"Nanti Rabu Pah, Papah bisa dateng?" tanya Milan ragu.
"Rabu ya?" Bima mencoba mengingat jadwalnya pada hari Rabu.
"Gatau deh, nanti papah usahain" Milan hanya bisa mengangguk lemah. Jujur, ia sangat mengharapkan kedua orangtuanya akan hadir, lalu menyemangatinya. Dan saat ini, mungkin ia harus mengubur keinginannya itu dalam dalam.
Tetapi ada yang berbeda dari kedua orang tuanya ini. Biasanya mereka langsung pergi kekamar dan beristirahat di dalam. Jarang sekali mereka mengajak ngobrol Milan dan Lintang saat mereka baru pulang berkerja seperti saat ini.
Kalo boleh ia berharap, semoga saja Bima dan Dewy akan terus semakin memperhatikan mereka berdua. Ia hanya bisa berharap orang tuanya bisa berubah sedikit demi sedikit. Setidaknya mereka bisa meluangkan waktunya untuk anak-anaknya walaupun hanya beberapa menit seperti saat ini.
"Ohiya Mah, Pah, Milan mau minta izin"
"Minta izin apa, Sayang?" tanya Dewy yang sedang mengendong Lintang yang mulai tertidur di dalam gendongannya.
"Besok Milan diajak ke pulau seribu"
"Sama?" kini giliran Bima yang bertanya.
"Sama Bunda, Ayah, Dylan, Kekey, Al, Gilang." jawab Milan mengabsen satu per satu. Bima mengerutkan dahinya karena nama nama tersebut begitu asing di pendengarannya. Apalagi saat Milan menyebutkan nama Ayah dan Bunda yang membuat hati Bima dan Dewy terasa perih saat itu juga.
Bima sadar diri, ia memang bukan seorang Ayah yang baik atau seorang Ayah yang selalu bisa membagi waktu untuk kedua anaknya. Ia tahu, ia memang sangat egois. Tetapi mau bagaimana lagi? Jika ia tidak bekerja, ia tidak rela jika melihat ketiga wanita yang ia sayangi harus menahan pahit hidup yang makin kejam ini. Bima menarik nafasnya, ia harus kuat demi ketiga wanitanya itu.
Dewy tersenyum kecut saat mendengar ucapan Milan. Entah ia sedang sensitiv atau bagaimana. Tetapi ia merasa hatinya sedang di cabik cabik saat ini juga.
"Siapa mereka?" tanya Dewy, mencoba untuk mempertahankan dirinya.
"Ini loh Mah, tetangga kita" ucap Milan. Bahkan Dewy ingin menertawakan dirinya saat ini juga. tetangganya saja bisa sepeduli ini pada anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan]
Teen FictionRank: #12 IN TEEN FICTION 10 Mei 2017 Dylan itu anak yang baik, tapi jahil. Dylan itu pinter, tapi suka di bego-begoin. Dylan itu cinta Milan, tapi di sia-sia in. Tau cinta pada pandangan pertama? Ya, mungkin Dylan mengalami itu, tapi tidak dengan M...