16. Cinta pertama

69.4K 5K 68
                                    

BAB INI SUDAH DI REVISI, SELAMAT MEMBACA DAN TERIMAKASIH😊

----

Satu kata untuk menggambarkan acara konser Coldplay hari ini, 'MENAKJUBKAN'.

Bagaimana tidak, Criss Martin dan teman-temannya begitu menampikan performa terbaik mereka, dan mereka menyanyikan lagu lebih dari satu Album serta diiringi dengan beberapa single terbaru mereka. Benar-benar tidak ada penyesalan apapun dari semua sanak manusia yang jauh-jauh datang ke Jakarta untuk hari ini. Semua orang berteriak dan meramaikan stadion ini. Apalagi saat Criss Martin mengajak salah satu penonton untuk naik ke atas panggung dan mendapatkan kesempatan bernyanyi bersama dengannya. Sungguh mengejutkan!

Andai saja Milan yang beruntung untuk mendapatkan kesempatan langka tersebut, pasti ia tak akan ada henti-hentinya untuk bersyukur saat itu juga.

"Mil parah, madep abis nih konser!" seru Dylan saat mereka baru saja keluar dari sebuah ruangan besar dimana acara konser diadakan.

"Ah serius, gue nggak nyesel bolos!"

"Kalo gue sih, nggak pernah nyesel kalo bolos. Seneng sih iya."

"Dylan?" tiba-tiba seseorang menepuk bahu Dylan pelan dari belakang, membuat sang empunya namanya membalikan badannya.

"Tari?" Gadis itu tersenyum saat Dylan membalikan badan kearahnya. "Kamu nonton juga?" tanya Dylan, sambil menatap Mentari dengan tatapan terkejutnya. Milan yang menyaksikan itu hanya bisa diam, walaupun ia sangat terkejut bisa bertemu dengan Mentari secara tidak sengaja seperti saat ini.

"Iya aku nonton." Mentari tersenyum lagi kearah Dylan. "Kamu ternyata masih suka Coldplay ya?" Mentari masih setia menampilkan senyumannya, dan menurut Milan itu benar-benar cantik. Milan tidak habis pikir dengan perempuan yang berstatus sebagai mantan pacar Dylan itu. Disaat Milan justru sudah terlihat sangat berantakan dengan rambut acak-acakan dan juga baju yang awut-awutan, tetapi penampilan Mentari justru terlihat baik-baik saja. Rambut gadis itu masih tertata rapih dengan poni di jepit sedikit, dan baju yang gadis itu kenakan pun masih rapih-rapih saja, tidak seperti bajunya dan juga baju Dylan yang bahkan sudah hampir setengah basah karena keringat yang disebabkan jingkrakan mereka saat Criss Martin menyanyi.

"Masih dong." Dylan tertawa kecil sambil menunjuk dirinya bangga. "Kan kamu yang nularin aku jadi suka Coldplay." Mendengar ucapan Dylan Mentari tertawa kecil.

"Enggak kok, kayaknya emang kamu udah duluan suka."

"Tapi kamu yang suka ngasih aku lagu-lagu baru mereka."

"Udah Dylan, jangan bahas." Mentari terlihat malu karena Dylan membahas masa-masa saat mereka berdua masih berpacaran. "Kamu kesini sama?" tanya Mentari yang sepertinya tidak merasakan kehadiran Milan yang memang sengaja berdiri di belakang Dylan. Lebih tepatnya di punggung badag lelaki itu.

"H-hai Tari." ucap Milan sambil menunjukan dirinya yang sedari tadi hanya diam menyimaki adegan antara dua mantan kekasih itu.

"Eh, kamu—" Mentari terlihat sedikit kaget saat melihat wajah Milan. Ya Mentari ingat jika ia pernah bertemu dengan gadis ini di suatu tempat, tapi ia lupa dimana ia bertemu dan kapan mereka bertemu.

"Milan." jawab Milan seperti mengingatkan Mentari.

"Iya bener, kamu Milan." Mentari menepuk dahinya sambil tertawa kecil. "Yang waktu itu kita ketemu di kantin? Iya kan?" Milan menggaruk tekuknya. Melihat Mentari itu sama dengan mengingat kejadian malunya yang menubruk Mentari hingga gadis itu terjatuh di lantai kantin. Seharusnya Mentari yang merasa malu karena gadis itulah yang terjatuh, tapi entahlah Milan merasa bahwa disini ia lah yang merasa paling malu.

Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang