9. Hari Pertama

101K 6.1K 134
                                    

PART INI SUDAH DIREVISI. TERIMAKASIH😊

------------

Hari ini, atau lebih tepatnya siang menuju sore ini, adalah hari pertama Milan di turtori oleh Faris.

Entahlah, Milan merasa bahwa ia malu, gugup dan juga senang dalam waktu yang bersamaan. Apalagi semenjak insiden ia menabrak Faris selama dua kali beruturut-turut dalam satu hari, membuat dirinya malu setengah mati. Dan kini, dia di hadapi harus di turtori oleh Kakak kelas pujaannya itu. Harus Milan akui. Ia memang menyukai Faris—tidak, ia lebih ke kagum dan juga tertarik pada lelaki itu. Tapi, ia tidak pernah berfikir atau mengharapkan sesuatu yang lebih seperti menjalin hubungan atau apapun itu pada Faris. Karena ia tahu, ia dan Faris berada di posisi yang sangat jauh berbeda, dan ia harus sadar akan posisi nya itu.

"Ih, kok senyum-senyum sih?" dari arah berlawanan, Dylan tampak datang dengan senyuman serta senggolan bahu lelaki itu pada bahu Milan.

"Apaan?" tanya Milan sambil sedikit menahan senyumnya. Entahlah, sepanjang perjalanan ia menuju kelas Faris, entah mengapa bibirnya selalu saja menyunggingkan senyuman. Padahal, ia sendiri pun tidak tau apa yang ia senyumkan.

"Lagian lo senyum-senyum gitu. Kenapa sih?" Dylan mencubit hidung Milan, gemas. Membuat gadis itu memberengut kesal.

"Enggak kok. Gue nggak senyum."

"Seneng ya ketemu gue? Jadi senyum senyum kan." Ucap Dylan disertai kekehan kecil. Membuat gadis itu mencubit pinggang Dylan. "Aw—ish sakit. Yauda yu, kita pulang." ajak Dylan sambil mengusap pinggang yang tadi di cubit oleh Milan.

"Gue ada tutor dulu, tungguin dong." Milan memberi tatapan memohon. Semenjak kejadian kemaren malam, Dylan dan Milan menjadi lebih akrab dari hari sebelum sebelumnya. Pasalnya saat mengambil buku catatan di kamar Milan, Dylan tidak langsung pulang kerumahnya. Tetapi, Bahkan mereka sempat mengobrol dan bercerita tentang kebiasaan satu sama lain. Bukan hanya itu, Milan juga menemani Dylan belajar Fisika sampai lelaki itu benar-benar paham. Dylan pun menggantikan posisi mba Ranti, untuk membaca kan Lintang buku cerita sampai Lintang tertidur di paha Dylan. Dan kejadian semalam itu menjadi moment yang menyenangkan bagi mereka berdua.

"Tutor apaan sih? Gaya banget." Ucap Dylan.

"Tutor ninja?" tanya Milan.

"Itu turtle." Ucap Dylan sambil mengacak-acak rambut Milan. "Yauda, gue tunggu di warung Bu Siti ya?" setelah Milan mengangguk dan tersenyum padanya. Dylan langsung melangkahkan kakinya menuju warung Bu Siti yang berada di sebelah sekolah, sambil sesekali bersenandung kecil.

Milan tertawa kecil melihat kelakuan Dylan. Dan setelah punggung tegap lelaki itu menghilang dari pandangannya, Milan kembali melangkahkan kakinya menuju kelas Kak Faris, dimana kakak kelasnya itu akan menguruinya.

***

"Gimana, lo ngerti kan?" tanya Faris sambil menunjuk salah satu bagian dibuku paket matematika.

"Pusing kak, satu-satu dulu aja deh ya. Nggak pa-pa kan?"

"Yauda deh, sekarang pulang aja dulu. Takut hujan juga soalnya." Ucapan Faris membuat Milan tersenyum lalu mengangguk. Dan setelah itu, Tiba tiba Milan mendengar ponselnya berdering, menandakan ada telepon yang masuk kedalam ponselnya. Milan menekan tombol hijau, dan menempelkannya pada telinga.

"Halo, Dyl?"

"...."

"Iya sabar dong. Yauda kalo ngga mau nunggu lo pulang aja, gue bisa naik angkot." Jawab Milan sebal.

"...."

"Yauda sih makanya tunggu bentaran. Ini juga gue mau pulang kok." Telepon itu pun langsung ditutup oleh Milan secara sepihak.

Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang