Amanda POV
Dentuman musik, bahu alkohol, dan suasana yang udah gue tinggalin selama setahun ini. Kenapa gue harus kemakan rayuan si brengsek Vicky itu? Harusnya gue sadar, cowok cuma bisa nyakitin cewek!
"Amanda." panggil Sesil.
"Hey, udah lama banget nggak ketemu."
"Iya nih, lo kemana aja? Lo dapet tempat main baru ya."
Gue hanya tersenyum.
"Hm, Sil gue mau pesen minum dulu ya." Lebih baik menghindar, daripada disugguhkan seribu macam pertanyaan.
"Vodkanya satu!" ucap gue pada bartender.
"Udah nggak zaman minum-minum." ucap Flinn yang mengaggetkan gue.
"Eh, Flinn. Nih telephone lo." gue menyodorkan ponselnya. Ia hanya menyeringai.
"Ambil aja. Mand kamu mau nyobain ini nggak."
"Apaan?"
"ini, aku jamin rasanya enak." Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar.
"Ini apa?"
"Coba aja dulu."
Guepun memakannya dan gue tidak merasakan efek apa-apa.
"Ke Dance floor yuk mand!"
*
Kepala gue pusing banget, kayaknya gue udah mulai mabok deh. Lebih baik gue cari hotel.
"Flinn gue pulang dulu ya."
"Mau dianterin."
"Nggak perlu Vick."
Gue pergi keparkiran dan mengendarai mobil untuk mencari hotel yang pas. Sepertinya besok gue nggak masuk sekolah deh.
Untung didekat Club ini banyak hotel. Jadi gue nggak perlu susah-susah nyarinya. Gue juga udah nggak kuat.
"Mba saya mau Check in." nada bicara guepun udah berat.
"Gak bisa mba. Ini udah lebih dari jam 10. Hotel kita hanya menerima sampai jam 10." Ribet banget nih orang. Gak tau apa kalau gue udah nggak sepenuhnya sadar.
"Saya akan bayar 2 kali lipat."
"Gak bisa mba ini sudah prosedur. Lebih baik mba cari hotel murahan aja, yang terima tamu sampai kapanpun." ucapannya membuat gue muak.
Gue menggebrak meja. "Jadi resepsionis aja belagu. Kalau gue mau, ini hotel bisa gue beli!"
Wanita itu memanggil satpam, datanglah dua orang satpam. Yang tubuhnya sangat-sangat kekar.
"Eh, jangan diusir. Dia pacar saya. Mungkin karena mabuk, Jadi dia diluar kendali. Maafin kelakuannya ya." ucap seseorang yang menyebut gue sebagai pacarnya. Gue nggak bisa melihat wajahnya, karena mata gue udah mulai tertutup. Gue bener-bener mabuk berat.
***
Author POV
"Cathrine, apa Amanda sudah pulang." tanya Airin panik. Semalaman ia tidak tidur. Ia menunggu anaknya. Ia juga sudah beratus-ratus kali menelpon Dan mengirim Amanda SMS. Namun, hasilnya nihil.
"Belom, ma. Mungkin dia menginep dirumah temannya." jawab Cathrine tak kalah panik.
"Cath, makanya kalau adikmu pergi, tanya dia mau pergi kemana. Jadi kita 'kan tau dia ada dimana!"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice
Teen FictionPilihan! Singkat namun tak berujung. Tuhan selalu memberi kita pilihan, yang membuat kita bingung untuk memilihnya. Begitupun yang dialami seorang gadis yang bernama Amanda Relita Putri. Satu kesalahannya dalam memilih pilihan, membuat hidupnya beru...