8. Suspicions

3.4K 360 72
                                    

"Kita akan fan meeting."

"Assa! Akhirnya!" pekik V kegirangan.

"Di mana, Hyung?"

"Di Osaka."

---

Tentu saja untuk menghadapi fan meeting kami butuh berlatih. Mengingat sejenak larik demi larik lirik lagu kami yang sempat terlupa selama seminggu. Menggerakkan kembali anggota tubuh kami yang rasanya sudah lama sekali tidak bergerak walaupun kami banyak melakukan aktivitas di dalam dorm. Oh ayolah, aktivitas dalam dorm dan berlatih adalah dua hal yang amat sangat berbeda. Jujur saja aku lebih suka dengan agenda padat BTS. Walaupun memusingkan dan banyak menguras tenaga.

Latihan kali ini sangat menguras tenaga ekstra. Lagi-lagi, aku menjadi beban untuk latihan ini. Menghambat dengan pergerakan badanku yang menurut J-Hope tidak pernah pas. Menghambat latihan vokal dengan nadaku yang tidak akurat menurut Jungkook. Menghambat, menghambat, menghambat. Selalu saja aku menjadi penghambat. Aku merasa membebani mereka semua. Ah, bukannya selalu begitu? Membebani BTS adalah nama tengah tambahanku mungkin? Terbukti dengan keadaanku yang mulai mengenaskan. J-Hope terus mengomel dan terus memintaku untuk mengulang gerakan kuncian untuk koreografi "Run".

"Yah, Hoseok-ah, biarkan aku istirahat sebentar," kataku sembari terengah.

"Yang benar saja Hyung? Ini baru 45 menit, belum ada satu jam kita berlatih," omel J-Hope.

"Sebentar saja, lima menit, aku janji."

"Ya sudah, ya sudah, lima menit, dan tidak ada tawar-menawar." Aku mengangguk menyanggupi.

Aku menghela napasku panjang sambil mendaratkan bokongku ke lantai. Sesungguhnya tubuhku sudah tak sanggup lagi. Apakah aku kurang istirahat? Semalam apa yang kulakukan?

"Hyung," panggil Jungkook sambil berjalan ke arahku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Kau sudah lebih baik? Apakah masih sakit jika kupegang?" tanya Jungkook sambil menekan bahuku.

"Tidak sakit, Jungkook-ah."

Jungkook kembali menarik kerah baju bagian belakangku demi melihat kondisi punggungku. Aku segera menariknya kembali sebelum member lain melihatnya.

"Yah! Jungkook-ah, apa yang kau lakukan?" bisikku tegas pada Jungkook.

"Punggungmu masih lebam, Hyung," lirihnya.

Kami terdiam. Aku mengatur napasku yang memburu, Jungkook tampak termenung. Ia tampak sedikit murung.

"Ada apa Jungkook-ah?" tanyaku.

"Apa yang kau sembunyikan dari kami, Hyung?"

Pertanyaan singkat, sederhana, namun begitu berat untuk kujawab. Aku seakan berada di sebuah jalan dimana kiri dan kananku adalah jurang dalam. Jika aku jujur menjawab pertanyaan Jungkook, seluruh BTS akan khawatir dengan keadaanku. Di sisi lain, jika aku tidak menjawab pertanyaannya, mereka akan sangat curiga denganku dan rahasia-rahasia yang kupendam selama ini.

Aku menghela napasku berat. Cobaan ini begitu berat rasanya. Garis takdir ini memang begitu kejam.

"Tidak ada," jawabku. Bohong, rutukku dalam hati.

"Lalu lebam itu?" lanjut Jungkook dengan suara yang hanya bisa didengar oleh kami berdua.

"Entahlah Jungkook, aku tidak tahu," jawabku lagi. Dusta, makiku lebih keras dalam hati.

Off The Limits 2: A New VergeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang