16. Let Me Touch The Sky

2.8K 300 87
                                    

Maafkan ._.

===

"Selamat pagi, Seokjin-ah," sapa Dokter Lee yang memasuki ruanganku dan membuka tirai jendela.

"Ungh, selamat pagi," jawabku sambil mengerjapkan mataku membiasakannya dengan cahaya mentari pagi yang menusuk mata. Sejak kapan aku jadi puitis begini?

"Di mana teman-temanmu?" tanya Dokter Lee.

"Oh, mereka sedang di asrama mungkin."

"Keluargamu?"

"Sepertinya mereka akan kemari besok siang, Ssaem," jawabku.

"Seokjin-ah," panggil Dokter Lee sambil menarik kursi dan duduk di sebelah ranjangku.

"Ya, Ssaem?" tanyaku.

"Seokjin-ah, apa ada yang membebani pikiranmu belakangan ini?" tanya Dokter Lee.

"Umm, tidak ada," jawabku.

"Seokjin-ah, kau bisa ceritakan padaku."

"Ti-tidak, Ssaem, tidak ada apa-apa," jawabku lagi. Aku rasa tidak ada apa-apa antara aku dan teman-temanku, bukan begitu?

"Semuanya seperti tertulis di wajahmu, Seokjin-ah," tanggap Dokter Lee. Aku menenggak air liurku, menarik napas dan menghelanya.

"Apa ada yang sakit?" tanya Dokter Lee.

"Tidak, Ssaem," jawabku. Aku masih benar-benar bertanya-tanya. Apa mungkin ia hendak bertanya tentang surat penolakan terapi itu?

"Seokjin-ah, kau benar-benar bisa menceritakan padaku tentang apa pun," tegas Dokter Lee.

"Aku ...," kataku terputus sambil menatap wajah Dokter Lee. Wajahnya begitu tenang melihatku bertubuh sudah tak seperti dulu lagi. Kurus kering berbaring tanpa harapan pasti. Aku benar benar merinding dibuatnya. "Aku sudah tidak ingin hidup, Ssaem."

"Kenapa begitu?" tanggap Dokter Lee santai. Sangat santai dan sangat lembut.

Aku menarik napasku panjang, lalu membuangnya perlahan. Aku membuang pandanganku dari wajah Dokter Lee. Pandanganku kosong, digantikan genangan air. Entah kenapa dadaku terasa sesak dan mataku memanas. Tentu saja, tidak perlu lama-lama, air mataku sudah tidak di tempatnya lagi. Ia terjun bebas begitu saja dari pelupuk mataku. Lemah sekali kau, Kim Seokjin.

"Aku ... aku rasa ... sudah tidak ada gunanya aku hidup, Ssaem."

"Siapa bilang begitu?" tanya Dokter Lee.

"Aku, baru saja," jawabku.

"Seokjin-ah, jangan berpikiran seperti itu, semua hidup itu berharga."

"Hidupku? Hahaha," tanggapku dengan memaksakan tawa yang begitu garing. "Berapa harganya? Seratus won? Lima puluh won?"

"Ada yang salah denganmu," lirih Dokter Lee.

"Memang!" bentakku. "Memang ada yang salah denganku! Kesalahanku paling besar adalah ...."

BRAK

Pintu kamar rawatku digebrak kemudian dibuka secara kasar. Sesosok pria berambut pendek dan bertubuh cukup tinggi sesuai dengan rata-rata ... ah pokoknya itu Suga, kalian deskripsikanlah sendiri.

"Apa?" Matanya yang segitiga membulat dan begitu tajam menatapku. Suaranya juga tinggi.

"Yoongi-ya, tidak perlu ikut campur," tanggapku dingin tanpa memandangnya sedikit pun.

"Tidak perlu ikut campur, apa maksudmu?" balas Suga tidak kalah tinggi suaranya denganku.

"Ini urusanku!"

Off The Limits 2: A New VergeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang