Bener ga sebulan kan?
===
PIRIRIRIP PIRIRIRIP
"Jin Hyung?!" Jimin Hyung menjerit.
Semua tampak normal saja. Napas yang dihirup dan dikeluarkan Jin Hyung terdengar begitu teratur karena mesin yang terpasang. Hanya secara tiba-tiba irama denyut jantungnya menjadi tidak karuan. Setidaknya itu yang aku lihat dan pahami dari layar monitor.
Sebegitu besarkah kesalahanku pada Jin Hyung?
Aku sadar aku kelewatan.
Aku sadar aku keterlaluan.
Kondisi Jin Hyung berubah drastis tepat ketika aku memasuki ruangannya dan menyentuh tangannya ...
Sebegitu bencinya Jin Hyung denganku?
Aku sedih, aku tertekan dengan diriku sendiri. Keadaan Jin Hyung begitu membuatku terpikirkan dengan segala kesalahanku dan kebrutalanku menjadikannya kakak yang benar-benar hanya dianggap sebagai mainan.
"Kau penipu!"
"Masih saja berbohong."
"Karena dia pura-pura sakit jadi boleh absen latihan?"
"Apanya, dia tidak datang 'kan? Paling juga sedang bersantai di atas ranjang."
"Raja drama sudah hadir."
Kata-kata kejam penuh kebencian yang pernah kukatakan dulu kini berbalik menyerang batinku sendiri. Seperih inikah rasanya? Sesakit inikah yang Jin Hyung rasakan? Semenyesakkan inikah? Kini aku paham mengapa orang-orang mengatakan "lidah lebih tajam daripada pedang."
"Kim Seokjin? Kim Seokjin? Bisa dengar saya, Kim Seokjin?"
Hatiku runtuh. Jin Hyung benar-benar membenciku, sangat benci. Mungkin Jin Hyung tidak ingin aku muncul dalam hidupnya lagi sehingga ketika aku masuk dalam ruangannya dan menggenggam tangannya sebagai bentuk perhatianku sebagai seorang adik, Jin Hyung lebih memilih untuk menyerah. Pikiranku benar-benar kacau sekarang, tapi kurasa itu ada benarnya.
Perawat meminta kami untuk pergi. Nyonya Kim kembali duduk di depan ICU dengan tertunduk lemas. Aku yang melihatnya menjadi tak tega. Air mataku nyaris terjun dari pelupuk mataku. Sampai akhirnya Jimin Hyung menyadarkanku dari semua pikiranku.
"Yah, Jeongguk-ah, ada apa?" tanya Jimin Hyung.
"A-ah, tidak ... tidak apa-apa," jawabku.
Kau sudah membunuh Seokjin Hyung, Jeon Jungkook.
"Jelas-jelas wajahmu begitu tegang," ucap Jimin Hyung lagi.
"S-sungguh? Ah ... ahaha, kau yang harusnya ditanya kenapa, Hyung," jawabku sambil tertawa demi menyembunyikan sesal dan sedihku.
Kau pembunuh, Jungkook!
"Yah, wajahmu sulit berbohong. Itu sebabnya kau tidak pandai berakting," ucap Jimin Hyung.
"Begitukah Hyung? Kalau begitu ayo ajari aku!" jawabku sambil tertawa.
Sudah membunuh, sekarang kau menipu?
"Sebentar, Jeongguk-ah," kata Jimin sambil mengangkat teleponnya yang berdering.
"Ye, Seonbae?" sapa Jimin.
"..."
"Oh? Jin Hyung? Ah ... dia ...," ucap Jimin terbata.
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Off The Limits 2: A New Verge
FanfictionAku mulai tersenyum. Aku mulai tertawa. Aku mengerti dunia ini gila. Sabar? Aku sudah sangat sabar. Tabah? Aku lebih dari sekedar tabah. Lantas, mengapa aku masih merasa dunia memutarbalikkan keadaanku? Mereka bilang itu hanya gosip, hanya rumor, ha...