Aku terhipnotis Awake ._. dan rambut pinknya ...
dan kali ini ARMY kalah sama patung.
Untung gua laki. HAHA.
===
"Hyung!"
"Hyun-ah, ada apa?"
"Hyung, kau benar-benar harus melihat ini."
Jihyun menarik Jimin yang hanya mengenakan celana pendek dan baru saja terbangun dari tidurnya ke arah ruang keluarga. Jimin menyipitkan matanya untuk melihat apa yang terjadi di layar televisi.
"BTS Jin dirawat di rumah sakit, Acute Myeloid Leukemia."
Jimin terpaku menatap layar kaca, mulutnya sedikit terbuka, dan matanya sedikit melotot. Jelas ia kaget. Yang Jimin tahu, agensi menutup rapat-rapat mengenai seluruh masalah kesehatan Jin. Ketika Jin tumbang saat fanmeeting di Jepang, agensi mengeluarkan pernyataan bahwa Jin baik-baik saja dan ia hanya kelelahan dan butuh istirahat. Pada saat Jin melarikan diri dari panggung, kantor agensi hampir dikosongkan demi tidak bocornya informasi mengenai masalah kesehatan anggota tertua BTS tersebut.
"Hyung, benarkah itu?" tanya Jihyun.
"I-itu ...," jawab Jimin terbata.
"Kau pulang ke Busan karena dia sakit?"
"Bu-bukan ... sungguh! Bukan karena itu!" elak Jimin.
Jimin berusaha memutar otaknya untuk merancang sebuah alasan yang tidak mencurigakan namun meyakinkan. Sayangnya, sekeras apa pun Jimin berusaha, ia tidak bisa memikirkan apa pun dalam benaknya.
"Lalu karena apa, Hyung?" tanya Jihyun lagi.
"Jeongguk menghilang, Hyunnie." Jimin menyerah, ia memberitahukan Jihyun masalah utamanya. Sayang, Jihyun tahu, itu belum semua.
"Jeongguk menghilang?" tanya Jihyun. Jimin mengangguk. "Kenapa? Maksudku, kenapa bisa?" tanya Jihyun lagi.
"Aku juga tidak tahu, Hyunnie." Jimin melepaskan napasnya panjang. "Aku belum pakai baju, Jihyun," tambah Jimin sambil beranjak ke kamarnya. Jihyun mengikutinya.
"Lalu kenapa kau pulang?" tanya Jihyun lagi dan lagi.
"Aku berharap menemukan Jeongguk di Busan." Jihyun menepuk bahu kakaknya yang baru saja mengenakan sehelai kaus, berusaha mengurangi sedikit kekhawatirannya.
"Kau sangat yakin kalau Jeongguk ada di Busan?"
"Entahlah ...," jawab Jimin sambil melepaskan napasnya yang berat dan duduk di ranjangnya. Ia sangat khawatir hingga kini. Jungkook belum memberikan kabar sedikit pun. Ponsel Jimin masih sepi notifikasi, kalaupun ada itu dari member Bangtan yang lain selain Jungkook.
"Sepertinya kau sangat mengkhawatirkannya, Hyung," ujar Jihyun.
Jimin menganggukkan kepalanya. "Iya, begitulah."
"Kau ada masalah dengannya?" tanya Jihyun.
Jimin kembali menghela napasnya. Jimin dengan sangat berat hati menganggukkan kepalanya. Ia sangat menyesal telah memukul Jungkook tempo hari. Jimin benar-benar menyesal. Ia ingin meminta maaf pada Jungkook, namun Jungkook kini hilang bak dibawa angin. Tak terlihat, tak terasa, tanpa kabar, tanpa jejak.
"Kau pernah meneleponnya?" tanya Jihyun dengan maksud memberi ide.
Jimin dengan malas mengangkat ponselnya yang berada di atas nakas, membuka kontak atas nama Jungkook, lalu menghubunginya. Tak lupa ia mengaktifkan pengeras suara. Jimin tahu bahwa Jungkook tidak bisa dihubungi, oleh sebab itu ia melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Off The Limits 2: A New Verge
FanfictionAku mulai tersenyum. Aku mulai tertawa. Aku mengerti dunia ini gila. Sabar? Aku sudah sangat sabar. Tabah? Aku lebih dari sekedar tabah. Lantas, mengapa aku masih merasa dunia memutarbalikkan keadaanku? Mereka bilang itu hanya gosip, hanya rumor, ha...