13. Like A Butterfly

3.6K 359 156
                                    

Aku benci dengannya.

Enak sekali dengan alasan sakit lalu bisa absen di semua latihan!

Menampilkan tiga lagu tanpa masalah setelah sebelumnya terengah-engah seperti orang hampir tercabut nyawanya.

Apa itu yang namanya sakit?

Aku jadi ingin menendangnya keluar dari Bangtan.

---

"Jeongguk-ah!" panggil V Hyung.

"Eung, ada apa?"

"Kau melihat Jin Hyung?" Aish, kenapa harus dia lagi sih? Menyebalkan.

"Tidak." Sepertinya aku akan mengambil gelar Bangtan Ice Prince dari Yoongi Hyung.

"Yah, maknae macam apa kau ini?" cibir V Hyung lalu pergi.

"Lalu memangnya kau itu hyung macam apa?" tanyaku balik.

V Hyung menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berlalu. Aku tidak tahu kenapa semua orang bisa jatuh dalam tipu muslihat Jin Hyung. Hebatnya orang yang bisa akting? Mungkin saja begitu. Entahlah, aku kesal rasanya. Aku tahu kalau aku sangat tidak bisa akting, aku tidak bisa bergaya seperti orang sakit memang. Aku akui itu. Ketika aku sakit, tidak sebanyak ini perhatian dari para member untukku. Apa sih bagusnya Jin Hyung? Karena dia bisa memasak? Karena dia tampan? Karena dia wajah Bangtan?

Atau, karena dia lebih tua?

Kalau memang alasannya adalah menghormati yang lebih tua, lalu aku yang hanya sebagai maknae bisa apa?

Aku menghela napas dan mengempaskan tubuhku di atas sofa. Benar-benar dia merampas segalanya. Bahkan V Hyung yang biasa bermain denganku saja sekarang mencarinya. Dia sukses besar sebagai pencari perhatian. Ugh, kebencianku naik sampai di atas ubun-ubun.

"Hyung," panggilku. Tidak ada orang lain di sini selain Jimin Hyung, jadi dia tidak mungkin bertanya "Siapa yang kau maksud?".

"Kenapa Jungkook-ah?"

Aku tidak menjawab. Walaupun aku tahu aku yang memanggilnya untuk memulai pembicaraan, namun aku memilih untuk diam. Sebabnya adalah aku bingung. Di satu sisi, aku tidak ingin terlalu terlihat membenci Jin Hyung. Di sisi yang lain, aku sangat membencinya. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku sangat membencinya.

"Kenapa kau malah diam?" tanya Jimin Hyung.

Emosiku benar-benar bergolak. Ke mana aku harus menceritakan bahwa aku sangat membenci Jin Hyung? Ke Jimin Hyung? Yang benar saja.

"Jeon Jeongguk, kau kenapa?" tanya Jimin Hyung dengan nada yang sangat halus. Jarinya kemudian menyeka kedua sudut mataku yang ternyata mulai basah.

"A-aku ... aku tidak tahu, Hyung."

"Sudah kubilang, kalau kau memang ada masalah, ceritakanlah," kata Jimin Hyung.

"Antara aku harus melupakannya, atau aku harus terus berjuang dengan diriku sendiri dengan terus membawa beban ini ...."

"Ceritakan, sekarang."

"Aku ... aku rasa ...," kataku tidak yakin. Jimin Hyung terdiam, memberikanku waktu untuk meramu kata-kata yang tepat untuk berkilah. Aku menarik napasku, dan mengembuskannya kembali.

"Aku rasa sekarang bukan saat yang baik, aku mau mencuci mukaku dulu."

Aku pergi meninggalkan Jimin Hyung yang hendak mengganti bajunya. Aku mengambil earphone-ku dan menempatkannya dalam posisinya. Alunan lagu mulai mengalun.

Off The Limits 2: A New VergeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang