13

1.2K 68 0
                                    

"Sesuain sama tempo, dong! Rinna, lo kenapa sih? Biasanya lo gak begini! Ulang dari awal! Semua ke posisi!" bentakan dari pelatih kami, Kak Bunga, membuatku bergidik geri.

Aku sudah berkali-kali salah dan berkali-kali pula aku meminta maaf sambil meringis. Aku sudah pernah bilang kalau ini sama sekali bukan bidangku, bukan? Dan sudah sewajarnya namaku terus dipanggil karna selalu melakukan kesalahan. Astaga, aku tidak bisa lagi kalau seperti ini caranya!

Rasa maluku kembali bertambah karna di bagian lain lapangan sekolahku anak-anak basket sedang berlatih. Aku bisa melihat mata Hazel dan Regan terus-menerus menatapku. Hah, sekarang ini aku punya dua pacar dan hal itu membuatku semakin pusing!

"RINNA! POWER LO KE MANA SIH?! Posisi lo bukan di situ, posisi lo di sebelah Aira! 'Kan udah gue bilang, afalin temen sebelah kalian setiap ganti posisi biar gak salah!" bentakan dari Kak Bunga kembali terdengar, membuatku lagi-lagi mengucapkan kata maaf.

Semua kembali pada posisi awal dan memulainya lagi. Aku sudah benar-benar capek dan rasanya semua tulangku hampir patah!

Yang membuatku semakin gila adalah, aku akan diangkat oleh anggota cheerleader untuk formasi pyramid! Astaga, aku tidak bisa membayangkannya. Bagaimana kalau nanti aku gagal dan aku menghancurkan semuanya? Argh, benar-benar mimpi buruk!

Saat posisiku berada di sebelah Aira, cewek itu hanya tersenyum sinis sembari membisikan satu kalimat yang membuatku berhenti bergerak saat itu juga. "Gue tau lo bukan Rinna. Lo Neta, 'kan?"

Seketika, tubuhku terdorong oleh seseorang dan aku jatuh dengan bokongku menyentuh tanah duluan. Aku bisa merasakan kalau engkel ku keselo karna saat aku mencoba menggerakan kakiku, aku langsung bisa merasakan sakit yang amat hebat.

"RINNA! Lo nggak apa-apa?" sahutan dari anggota cheerleader yang lain hanya bisa aku hiraukan, karna perkataan Aira tadi sudah merenggut konsentrasiku sampai habis.

Tiba-tiba saja, aku melihat Hazel datang dan langsung menarik tanganku agar ditempatkan di lehernya, dan dia langsung mengangkat tubuhku di punggungnya bahkan sebelum aku tersadar kalau aku sedang digendong Hazel di depan mata banyak orang.

Aku langsung mengedarkan pandanganku, dan aku menemukan Regan sedang menatapku dengan pandangan khawatirnya, tanpa bisa melakukan apapun.

Oh, aku benci keadaan ini!

*

"Gue nggak mau jadi Rinna lagi!" rengekku kepada Regan ketika kami sedang berada di ruang keluarga rumahku.

"Kenapa emangnya? Tumben banget lo cengeng gini," balas Regan sembari melihatku dengan tatapan tidak mengertinya.

"Gue gak mau jadi pacar Hazel! Gue gak mau sering ketemu sama Aira! Gue gak mau!!!" aku langsung menutup mukaku dengan bantal saking tidak kuatnya lagi untuk menahan tangisanku.

"Aira? Aira yang itu?" tanya Regan memastikan.

Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis, menumpahkan seluruh rasa kesalku kepada Aira dan Hazel di depan Regan.

Sungguh, aku tidak kuat lagi berpura-pura romantis dengan Hazel, berpura-pura baik di depannya, berpura-pura menjadi pacarnya, berpura-pura rela saat Hazel memegang tanganku atau bahkan memeluk tubuhku! Tidak, aku sudah tidak kuat lagi! Aku menyerah!

"Ta ..."

"Kenapa gue harus selalu berkorban sih, Gan? Kenapa gue harus berkorban kalau gue bahkan gak tau alasannya kenapa?! Kenapa Rinna nyebelin?! Kenapa Ayah sama Bunda selalu belain Rinna daripada gue? Gue capek, Gan!" aku menumpahkan segala kata-kata yang telah lama aku pendam kepada Regan, dan aku semakin mengeratkan pelukanku kepada bantal yang sedang aku peluk agar tangisanku tidak terlihat oleh Regan.

180°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang