1

2.7K 114 0
                                    



"Kares, udah jam sepuluh. Istirahat dulu, ya? Lo 'kan mau koreksi PR gue kemaren. Oke?" pintaku kepada Kak Resti setelah selesai mengerjakan soal yang tadi dia beri kepadaku. 

Kak Resti menatapku sekilas, lalu dia mengangguk. "Yaudah, emang udah jadwalnya lo istirahat 'kan kalau jam segini." 

Setelah mendapat persetujuan dari Kak Resti, aku keluar dari kamarku. Dan, seperti hari-hari sebelumnya, handphoneku berdering menunjukan ada panggilan. Nama yang tertera di layar handphoneku seketika membuatku ingin meletup-letup. Akupun langsung menerima panggilan itu tanpa basa-basi lagi.

"Wow, tumben cepet banget angkat telfonnya?" begitulah suara yang pertama kali kudengar saat aku mengangkat telfonnya.

"Lo pasti ngerubah nama kontak lo di handphone gue, 'kan?!" ucapku langsung to the point.

"Ganti apaan deh? Seudzon mulu lo jadi orang sama pacar sendiri!" jawabnya dengan suara yang terdengar seperti sedang menahan tawa.

Aku berdecak sembari memutarkan kedua bola mataku. "Siapa lagi yang bakal ganti nama kontak lo di handphone gue menjadi 'Reganteng' selain diri lo sendiri?"

"Makasih loh, Ta. Gue tau kalau gue ganteng. Akhirnya lo mengakui itu," jawaban orang itu berhasil membuatku ingin memarahinya sekaligus terkikik geli.

"REGAN!"

"Kurang 'teng'nya, Ta. Ulangin lagi!" Regan berusaha merajuk kepadaku, membuat aku ingin mencubit pipinya sekarang juga.

"Sekoteng kali, ah, kalau kurang 'teng'!" jawabku sembari terkikik geli.

Kudengar Regan mendengus di ujung sana. "Ta, sumpah, lo garing."

"Baguslah gue garing, daripada elo, alot!" aku tertawa mendengar jawabanku sendiri. Duh, aku ini kenapa sih?

"Cih, alot-alot tapi kalau nonton minta bayarin! Dasar matre!" cibir Regan, membuatku semakin ingin mencubit pipinya.

"Salah sendiri, kenapa mau bayarin gue?" tantangku sembari tersenyum geli.

"'Kan– astaga, gue ga rela pulsa gue habis hanya karna omongan ga jelas kayak gini!"

"Lo lupa? Pulsa gue pernah habis karna lo suruh gue dengerin cerita absurd lo tentang pedagang Mie Ayam yang ngajak pedagang Bakso jadian, tau!"

Regan tertawa mendengar gerutuanku. "Tapi sumpah Ta, itu kocak mampus!"

"Gue tau cerita itu gak pernah terjadi, Gan," balasku sembari memutarkan kedua bola mata.

"Kurang 'teng'nya, Ta!"

Aku berdecak kesal. "Sumpah ya, nama lo tuh gak enak dipanggil dengan singkat, tau? Kalau gue panggil 'Gan', gue berasa pedagang online shop yang lagi melayani costumer cowok. Kalau gue panggil 'Reg', gue berasa lagi SMS Ki Joko Bodo tentang masalah jodoh."

Regan tertawa dengan sangat lepas di ujung sana, membuatku ikut tertawa walaupun tidak sekeras Regan. "Kurang ajar lo! Tapi, bener juga sih!" setelah tawanya reda, Regan kembali melanjutkan perkataannya, "Jam empat nanti lo bisa 'kan main sepedah bareng gue?"

Aku menimang-nimang sebentar, lalu mengangguk. "Bisa kok. Oh iya, gimana Rinna di sekolah?"

"Makin bawel kayak elo! Untung gue tau kalau dia kembaran lo. Kalau gue gak tau, kayaknya udah gue peluk tu orang sekarang!"

Tanpa sadar, kedua pipiku bersemu mendengar perkataannya. "Gak usah sok romantis. Lo gak berbakat dalam hal itu, tau?"

"Terserah. Yaudah, gue tutup telfonnya, ya? Gue udah kelaperan nih!"

180°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang