Author's note:
Hai semua! Maafkan gue karna udah sebulan cerita ini gak gue update, padahal biasanya gue cepet banget updatenya. Maaf kalau kalian terlalu lama menunggu cerita ini di update, karna ada begitu banyak masalah yang gue lewatin dalam bulan Juni-Juli ini sehingga gue sama sekali gak kepikiran untuk ngelanjutin cerita ini. Terlebih lagi gue sempet gak punya ide buat ngelanjutinnya, dan gue juga sempet ilang feeling sama cerita ini. Tadinya gue berniat untuk gak melanjutkan cerita ini, tapi karna gue tau rasanya digantung dan gak diberikan kepastian #cielah akhirnya gue berusaha menulis kembali lanjutan kisah Rinna-Neta-Regan-Hazel. Maafkan kalau chapter ini gak memuaskan karna gue juga buatnya buru-buru karna gue tau kalian pasti udah lumutan nungguin update-an cerita ini:')
Dan karna gue sekarang udah SMA dan gue berniat untuk join OSIS, sepertinya gue gak bisa update se-sering dulu, apa lagi katanya SMA itu lebih sibuk dari SMP. Bener atau enggaknya gue gak tau sih, karna gue baru aja tercatat sebagai siswi SMA HEHE. Semoga kalian selalu sabar nunggu update-annya dan gue juga selalu berusaha untuk nyempetin diri buat nulis kok.
Oke, karna sepertinya gue udah kebanyakan bacot, sampai sini dulu bacotan gue. Semoga suka ya sama chapter ter-maksa ini!
Aku mengaduk-aduk jus jeruk yang ada di hadapanku dengan kesal, sehingga terbuatlah pusaran besar seperti air laut kala badai menghadang. Ya, sekarangpun badai sedang menghadangku, dan itu semakin membuatku frustasi. Apa yang harus aku lakukan jika musuh terbesarku sudah mengetahui semuanya? Aku bisa gila!
"RINNA!" panggilan dengan suara menggelegar itu langsung menyadarkanku ke dunia, dan seketika badanku tersentak saking kagetnya.
"Lagi-lagi ngelamun," cibir Mela sembari menatapku dengan malas.
Aku hanya bisa tersenyum meminta maaf tanpa berniat menjawab omelannya. Demi Tuhan, aku masih memikirkan rencana gila apa yang sedang Aira susun agar bisa membongkar identitasku dan menghancurkan hidup Rinna.
"Hazel manggil elo tuh," celetukan dari Nara itu sukses membuatku menoleh.
"Manggil gue?"
"Dari tadi dia manggil elo, tapi elo gak peka! Tuh, orangnya ada di sebelah elo!" omel Niken sembari melirik tepat ke sebelah kananku.
Kontan saja aku mengikuti arah pandang mata Niken, dan betapa terkejutnya aku mendapati Hazel sedang duduk di sebelahku berbalut baju kebanggaan tim basket SMA kami yang selalu mereka pakai di setiap kejuaraan.
"Ngelamunin apa sih? Asyik banget kayaknya," ucapnya sembari menatapku dengan geli.
Aku terdiam, tidak sanggup berkata-kata. Fakta bahwa Aira telah mengetahui semuanya dan dia bisa saja memberi tahu Hazel tentang hal itu kapan saja selalu membuat otakku pusing, rasanya ingin meledak.
"Kita pulang duluan ya, Rin," ketiga orang yang sedang duduk di hadapanku langsung berdiri dan pergi dari meja ini, membuatku makin terlihat gugup karna hanya tersisa aku dan Hazel di sini.
"Kenapa sih? Ada masalah?" tanya Hazel sembari menatapku dengan intens, membuatku menghinadari tatapan itu sekuat tenaga.
"Nggak," jawabku dengan suara sesantai mungkin.
"Oh, kamu gak nyaman sama bau badan aku, ya? Maaf ya, aku tau kamu emang gak suka aku deketin kalau abis main basket, tapi kali ini aku bener-bener gak punya waktu buat ganti baju dulu."
Gak suka bau badan cowok sehabis main basket? Justru aku sangat menyukainya, terlebih kalau orang itu adalah Regan. Wangi parfum maskulinnya yang bercampur dengan keringat langsung menyeruak, memaksa hidungku untuk menciumnya. Aku selalu suka ketika Regan memakai baju tim basketnya, karna di mataku kapasitas ke-ganteng-an-nya naik 50% saat dia bermain basket dengan baju timnya dan berkeringat.
![](https://img.wattpad.com/cover/71914189-288-k199309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
180°
Teen FictionErinna Calla Janeeta dan Erlinda Kineta Tasanee adalah anak kembar yang sangat identik. Orang-orang bahkan tidak bisa membedakan mana Rinna atau mana Neta saat mereka bersama. Walaupun wajahnya mirip, mereka memiliki banyak perbedaan. Neta suka men...