22

1.1K 60 0
                                    




"Lo semua pulang duluan aja, gue mau ke rumah sakit soalnya," ucapku saat kulihat Mela, Fera, Niken, dan Nara sedang menungguku di depan pintu kelas.

"Lagi? Astaga, lo gak bosen apa ke sana terus?" balas Fera sembari melihatku dengan jengkel.

Aku tersenyum. "Nggak akan bosen lah, gimana sih lo?"

"Ah, ya, gue lupa," ucap Fera sembari cengengesan tidak jelas.

"Yaudah kalau gitu, kita duluan!" ujar Nara sembari tersenyum ke arahku dan dia melambaikan tangannya, diikuti oleh ketiga temanku yang lain.

Setelah mereka semua pergi, aku kembali membereskan beberapa barangku yang masih tercecer di meja, namun gerakanku terhenti saat tangan seseorang mencengkram tanganku. Seketika, aku langsung melepas cengkraman orang itu dan menengok ke arahnya dengan pandangan yang amat terkejut.

Dan, betapa leganya aku karna orang itu adalah Hazel.

Aku kira, tadi itu hantu.

"Bikin kaget aja sih!" omelku sembari menatap matanya dengan kesal.

Hazel tidak bersuara, dia hanya menatap kedua mataku dengan dalam dan tangannya kembali mencengkram tanganku.

Aku berdecak kesal. "Lepasin, aku gak bisa beres-beres kalau kamu pegangin begini!"

Hazel masih tetap diam, membuatku akhirnya melepaskan cengkramannya dengan paksa. Setelah tangannya terlepas dari tanganku, aku langsung memasukan barang-barangku yang masih tercecer di meja ke dalam tas. Saat aku ingin berjalan melewatinya, tangannya kembali menahanku.

"Apaan lagi sih? Kan udah aku bilang–"

Perkataanku seketika terhenti kala Hazel menarik tanganku dengan paksa agar aku mau mengikutinya. Astaga, ini orang kesurupan kali ya? Nggak ngomong, nggak apa, tapi main tarik-tarikan begini!

Setelah sampai di depan mobilnya, dia langsung mendorongku agar masuk ke mobil. Lalu setelah aku masuk ke dalam mobil, barulah Hazel masuk dan dia langsung menstater mobilnya dengan penuh amarah. Aku bahkan tidak berani bersuara karna wajahnya yang sangat seram, seakan-akan dia bisa saja membunuhku kalau aku membantah.

Entah apa yang sedang ada di pikirannya, tapi dia mengemudi dengan sangat cepat sampai-sampai aku terpaksa berpegangan pada jok mobil dengan erat. Astaga, dia pikir ini arena balap mobil apa?

"Hazel, kamu udah gila?!" omelku dengan suara menjerit saking ketakutannya.

"DIEM!!!"

Aku menengok ke arahnya dengan tidak percaya, namun kedua mata Hazel sepertinya enggan untuk menatapku. Dia terus melajukan mobilnya, dan kecepatannya semakin membabi buta. Setelah lima belas menit nyawaku hampir pergi dari raga, akhirnya mobil ini berhenti di sebuah tanah kosong dan sepi penghuni. Aku bahkan tidak melihat orang berlalu-lalang di sekitar sini.

Hazel keluar dari mobil, dan dia langsung berteriak sekuat tenaga sampai-sampai aku yang berada di dalam mobil menutup kedua telingaku saking kerasnya dia berteriak. Aku langsung turun dari mobil, dan menghampiri Hazel dengan amarah yang sudah berkumpul di hatiku, bersiap untuk aku tumpahkan.

"LO TUH KENAPA SIH?!" jeritku dengan kesal, "Kenapa lo bawa mobil ngebut banget kayak tadi? Kenapa lo cengkram tangan gue kenceng banget pas di kelas? Kenapa lo gak ngomong apa-apa ke gue? Terus kenapa lo tiba-tiba teriak gak jelas kayak gini? HAH? LO TUH KENAPA?!"

"KARNA GUE TAU, LO BUKAN RINNA!" balasnya kedua mata menatapku dengan penuh.

Aku balas menatapnya dengan tajam, berusaha menahan air mata di pelupuk mata yang daritadi memaksakan diri untuk terjun ke pipiku. "Lo tau dari Aira, 'kan?"

180°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang