MS 5

132K 1.5K 49
                                    

Menghela napas kasar Qiery duduk di kursi kebesarannya. Tidak biasanya Sean terlambat masuk ke kantor. Apa Sean sedang asyik bersama keluarganya? Hingga melupakan dirinya? Bahkan memberi kabarpun Sean tak sempat. Semalaman Qiery tak bisa tidur dengan nyenyak, entahlah dia merasa gelisah. Dia membayangkan Sean sedang bercinta dengan Amanda. Ahh.. Sungguh menyakitkan jika itu terjadi.

Namun Qiery berusaha tenang, dia percaya Sean tak akan melakukannya dengan Amanda. Qiery mempercayai kekasihnya itu.

"Sayang?" sapa suara bass dari arah depan mejanya. Qiery yang tengah melamun mendadak kaget dan menoleh kearah Sean.

"Terlambat 3 jam dari jam masuk kantor pak" ketus Qiery. Sean tertawa

"Masuklah keruanganku sayang" ujar Sean kemudian melangkah meninggalkan Qiery. Qiery mendesah pelan sebenarnya dia masih marah pada Sean namun entah kemana marahnya itu? Emosinya meluap hanya melihat senyum manis Sean.

"Ini berkas yang harus kau tanda tangani" ketus Qiery memberikan setumpuk map berisi berkas - berkas penting.

Sean menarik tubuh Qiery agar duduk di pangkuannya, Qiery berusaha memalingkan wajahnya. Dia sedang merajuk

"Maafkan aku Qie sayang.. Please" bujuk Sean. Sean menarik tangan Qie agar mengalungkannya di leher Sean. Qiery menatap mata Sean

"Kau meninggalkanku semalam!"

"Syafira sakit sayang" Qiery hanya mendesah malas dan tatapan matanya tertuju pada leher Sean. Qiery menarik kerah Sean untuk melihat lebih jelas dan noda ini benar, ini noda bercak merah.

"Siapa yang melakukan ini padamu Sean??" Qiery menahan gemuruh di dadanya dan bangkit dari pangkuan Sean. Sean menatapnya bingung

"Kenapa sayang?"

"Jangan berlagak tak tau!! Aku tak pernah meninggalkan kiss mark dibagian lehermu!! Siapa yang melakukan ini padamu?? Amanda?? Kau bercinta dengannya????" teriak Qiery keras. Beruntung ruangan Sean kedap suara. Sean bangkit dari duduknya dia hendak mendekati Qiery namun Qiery mundur selangkah. Mata Qiery mulai berkaca - kaca. Bayangannya semalam menjadi nyata

"Qie dengarkan aku dulu.."

"Bulshit!! Kau pulang karena merindukan wanita itu bukan???"

"Tidak Qie, Syafira sakit dan-"

"Syafira sakit? Tapi kau dan Amanda melakukannya!! Brengsek kau Sean!!!" maki Qiery dan berbalik meninggalkan Sean.

Sean mendesah frustasi dan mengecek lehernya benar saja. Terdapat banyak noda merah di lehernya. "Sialan kau Amanda!!" desis Sean marah.

*******

Bagaimana ini? apa yang harus diperbuat Qiery? Dia merasa kalah! Bagaimana bisa Sean menghianatinya dengan Amanda??

"Siapa yang menghianatimu Qie? Sean? Haha" Qie berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Harusnya dia sadar, bahwa dialah yang membuat Sean menghianati Amanda. Dia harusnya sadar, bahwa Amanda jauh lebih berhak atas diri Sean bukan dirinya.

"Aku gak berhak menghakimi Sean! Dia adalah suami Amanda. Tapi mengapa rasanya begitu sakit?" Qie menghela napasnya. Dia lelah menangis seharian ini.

Rasa kecewa mendalam yang dirasakan Qie pada Sean membuatnya malas untuk meninggalkan tempat ini. Sean pasti mencarinya namun untuk saat ini dia tidak ingin bertemu Sean. Ponselpun telah dinonaktifkan Qie.

"Ada apa denganmu Qie?? Kenapa kau selemah ini!!" teriak Qie pada dirinya sendiri.

"Aku ingin Sean! Aku ingin dia menjadi milikku kembali!!" desis Qie egois. Dia memang ingin Sean kembali pada dirinya. Amanda telah merebut Sean darinya bukan? Jadi sah - sah saja jika Qie ingin kekasihnya kembali.

Main Serong (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang