MS 24

42.3K 996 44
                                    

"Hhhahh..." helaan napas lelah Sean terduduk sendirian di sebuah caffe dekat rumah sakit. Keadaan Natasha sudah lebih baik bahkan sekaranh sudah di pindahkan keruang perawatan.

Pikiran Sean kembali menerawang mengingat keadaan Qiery yang tengah hamil. Entah mengapa Sean begitu yakin bahwa anak yang dikandunh Qiery adalah anaknya buah cinta mereka. Tapi, kenapa Qie merahasiakannya? Dan memilih menikah dengan pria lain? Ada banyak pertanyaan menari - nari di kepalanya. Butuh jawaban namun entah bertanya pada siapa.

"Ehem" suara deheman memaksa Sean menoleh kearah sumber suara. Wanita yang sudah tidak muda lagi, wanita yang telah dinikahinya beberapa tahun ini

"Maaf menganggu, boleh aku duduk?" tanya Amanda. Sean menatapnya datar lalu mengangguk sekilas. Matanya kembali menatap cangkit kopi itu menikmati lamunan dengan segudang pertanyaan

Amanda menyodorkan sebuah map coklat kearah Sean, Sean meliriknya lalu menatap Amanda "apa ini?"

"Sean, kita sudah menikah lama. Bahkan kita sudah memiliki dua anak. Syafira dan Billy. Aku harap kau tidak lupa bahwa mereka anak - anakmu" Amanda tertawa hambar. Sean masih menatapnua dengan pandangan datar tanpa ekspresi

"Banyak hal yang kita lalui berdua, aku tau, kita jarang bisa berbicara dari hati ke hati. Sejak kita menikah, kita sangat minim komunikasi" Amanda menghela napas "Kita menikah tanpa dasar cinta yang kuat. Kita melakukan sebuah kesalahan karena pengaruh alkohol"

"Dan pernikahan kita adalah sumber masalah antara kamu dan Qiery" lanjutnya lagi. Sean masih setia mendengarkan

"Qie adalah cinta pertamamu, aku tau! Aku tidak akan pernah bisa menggantikan Qie dalam hatimu" lagi - lagi Amanda menghela napas. Berat rasanya melanjutkan setiap kata yang ingin dia ucapkan

"Melihatmu hancur karena kehilamgan Qie membuat hatiku terluka. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Cinta tak boleh egois bukan?" Amanda tersenyum kearah Sean

"Sean, jika kamu bahagia bersama Qiery maka..."Amanda memejamkan matanya "Ceraikan aku" ujar Amanda pelan. Amanda menahan air mata agar tak jatuh membasahi pipinya.

"Jadi ini surat cerai?" tanya Sean masih dengan ekspresi datarnya. Amanda mengangguk.

"Amanda, aku meminta maaf padamu. Mungkin selama ini aku tak bisa membahagiakan mu. Aku salah, bahkan terlalu salah karena sudah menghianatimu. Maafkan aku" ujar Sean mata Sean menggambarkan rasa penyesalan mendalam

"Mungkin perceraian kita akan menjadi jalan keluar yang baik. Karena biar bagaimanapun, aku masih mencintai Qiery. Maafkan aku Amanda"

Rasanya ada jutaan belati tertancap di dada Amanda, sakit dan perih. Namun sekuat tenaga dia berusaha menahannya. Ini adalah pilihannya. Biar bagaimanapun, dia ingin kebahagiaan untuk Sean. Dan dirinya? Dia sama sekali sudah tak kuat menahan rasa sakit ini. Biarlah, mungkin tak jodoh!

Amanda mengangguk pelan "Tidak apa, cinta tak bisa di paksakan. Aku harap setelah kepergianku, kamu dan Qie bisa kembali bersama" Sean tersenyum. Senyum ini yang sangay di nanti Amanda. Sebuah senyum manis yang telah lama hilang bersama hilangnya Qiery.

Sean meraih amplop coklat itu mengeluarkan isinya dan membacanya perlahan. Dia meraih pulpen yang berada di kantong kemejanya, dengan secepat kilat dia menandatangani surat perceraian itu. Ini keinginannya, sempat menyesal kenapa tidak sedari dulu Sean melakukan ini? Mungkin saat ini, dia dan Qie sudah hidup bahagia.

Amanda hanya bisa tersenyum tipis melihat begitu bersemangatnya Sean menandatangani surat cerai mereka, Sean begitu ingin semua berakhir dan bahagia bersama Qie. Dia tidak mau lagi jadi penghalang kebahagian dua insan manusia yang saling mencintai.

"Maafkan aku Amanda" Amanda tersenyum tulus saat Sean meraih tangannya. Di genggamnya tangan mungil yanh begitu kelelahan. Amanda benar ingin menangis namun sekuat tenaga lagi dia menahannya. Ingin tersenyum dan selalu nampak kuat di depan Sean.

****

Darah mengalir deras dari sela pahanya, Qiery berusaha memebersihkannya dengan pelan. Ini sudah terjadi berulang kali sejak kepindahannya ke Jakarta. Obat - obatan yang di berikan dokter tidak sepenuhnya dapat mengobati penyakitnya.

Dirasa pendarahannya sudah selesai, Qie dengan pelan meraih tasnya, dia harus kerumah sakit. Adam memasuki kamar Qie dan melihat sang istri sudag nampak rapi

"Mau kemana sayang?" tanya Adam lembut

"Aku ada urusan sebentar" jawab Qie

"Aku antar oke"

"Tidak usah Adam, aku sama sopir saja"

"Aku mau mengantarmu. Aku sedang free"

Qie menggeleng "Aku ingin pergi sendiri" tolak Qie. Qie berjalan melewati Adam. Adam mencekal lengannya

"Sebenarnya kau mau kemana?"

Qie menatap tajam Adam "Adam, kita menikah hanya pura - pura, setelah bayi ini lahir kita akan berpisah. Bukan begitu? Jadi aku mohon jangan ikut campur urusanku"

Adam menatap Qie tak percaya. Dadanya terasa sesak, mendapatkan jawaban kurang mengenakan dari istrinya. "Lepaskan!" Adam melepaskan cekalan tangan pada lengan Qie dan membiarkan Qie pergi berlalu dari hadapannya

Qie berjalan tergesa menuju ruang dokternya, kepalanya sudah terasa berat namun dia berusaha menahannya

"Siang dok" sapa Qie saat memasuki ruanhan dokter itu. Dokter itu melepas kaca matanya dan tersenyum kearah Qiery

"Ibu Qiery, silahkan" ujar dokter itu

"Saya mengalami pendarahan dok" ujar Qie pada dokter itu

"Biar saya periksa dulu" dokter itu mempersilahkan Qiery berbaring di ranjang. Dan mulai pemeriksaan.

"Bagaimana dok?"

"Ibu Qie, seperti saran saya sebelumnya.."

"Saya tetap dengan keputusan saya dok"

Dokter itu menghela napas lalu menulis resep obat dan memberikannya pada Qie "Semoga obat - obat ini bisa menghentikan pendarahan ibu" Qiery mengangguk

"Bagaimana keadaan putra saya dok?"

"Sehat dan berkembang dengan baik. Posisisnya juga sudah baik dengan asupan gizi yang cukup" ujar dokter itu dengan tersenyum

"Baiklah kalau begitu saya permisi dokter Ine" ujar Qiery. Dokter itu hanya mengangguk lemah menatap kepergian Qiery

"Ibu keras kepala " desahnya pelan

Tbc

Bakal lama ga update ya? Sabar

Ohya, sebelumnya aku mau ucapin selamat hari raya Idul Fitri Mohon Maaf lahir bathin ya?
Maafkan jika aku punya kesalahan pada teman - teman semuanya

Sampai jumpa habis lebaran ya

Qie : hai reader, selamat hari raya Idul Fitri ya? Maafkan aku ya? Ini kan hanya cerita, aku juga hanya berperan di sini sesuai mau author maafkan ya? Minal Aidin Wal Faidin

Sean : haii semuanya! *Cium satu - satu* gue mohon maaf lahir bathin ya kepada kalian semua yang bencii banget sama gue. Karena ini hanya sebuag cerita yang diimajinasikan authornya. Sebelum telat gue ucapin selamat Idul Fitri ya.. See you next part

Amanda : Hai cewe - cewe kece dan cowo - cowo cool di muka bumi, gue Amanda dengan tulus mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri bagi yang merayakan. Semoga bulan ramadhan ini membawa berkah untuk kalian yang merayakan ya? Maafkan aku jika memiliki salah pada kalian semua

Adam : Hai para pemirsah Main Serong Aku mau ucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri buat para umat Muslim sedunia ya? Mohon maaf lahir bathin, maafin aku atas segala kesalahanku. Ah ya, jangan lupa tunggu terus cerita Main Serong ya? Mudah - mudahan makin seru

💗

Main Serong (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang