MS 25

42.6K 994 29
                                    

Qiery berjalan dengan lunglai di koridor rumah sakit. Pikirannya terngiang - ngiang dengan ucapan dokter Ine. Tidak mungkin dia akan merelakan bayi yang sangat di harapkannya. Hanya bayi ini, hanya ini yang bisa dia miliki dari Sean. Dia sudah tidak bisa bersama Sean. Cukuplah baginya bersama buah cinta mereka berdua.

"Qie?" panggil suara berat yang sudah di hapal Qie. Dia berbalik dan mendapati pria yang baru saja singgah di pikirannya duduk diatas kursi roda

"Sean?" Sean tersenyum sumringah mendekati Qie. Qie berusaha menetralkan perasaannya

"Kamu sedang apa di sini?"

"Kontrol seperti biasa. Bagaimana keadaan mami?" tanya Qie berbasa - basi

"Mami sudah di ruang perawatan dia sudah lebih baik. Bisa kita bicara sebentar?" tanya Sean. Qie mengangguk pelan

"Tapi kau tak malu berjalan dengan pria cacat sepertiku?" tanya Sean

Qie tersenyum "Tak masalah. Ayo" Qie membantu mendorong kursi roda Sean. Hati Sean berbunga - bunga, dia benar - benar ingin membicarakan soal masa depan mereka yang sempat tertunda karena banyak hal.

Mereka tak pergi jauh dari rumah sakit hanya ke sebuag resto kecil di ujung jalan rumah sakit. Qie dan Sean memilih duduk di pojok resto menikmati pemandangan asri dengan angin sepoi - sepoi membuat suasana hati semakin baik.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sean menatap lekat wajah cantik wanita yang dicintainya. Qiery menahan diri berusaha untuk bersikap biasa saja. Menatap Sean dengan wajah datar

"Baik, kamu bagaimana?" tanya Qiery

"Seperti yang kamu liat" Sean tersenyum senang "Apa kau tidak merindukanmu?" lanjutnya

Qiery terdiam menatap mata Sean, ingin rasanya dia berteriak bahwa dia sangat merindukan pria ini. Pria yanh sangat dicintainya. Namun dia akan menjadi wanita bodoh untuk kesekian kalinya jika mengatakannya

"Qie, aku ingin bicara sesuatu" ujar Sean. Tangan Sean meraih jemari Qie
Qie hanya diam saja. Menunggu hal apa yang akan dibicarakan Sean. Sejujurnya sentuhan hangat Sean sangat dirindukan dan ini berpengaruh buruk pada kekuatan hatinya. Sudah susah payah move on sekarang harus dihadapkan dengan keadaan seperti ini.

"Aku akan bercerai dengan Amanda, dan setelah aku dan Amanda resmi bercerai maukah kamu menikah denganku Qie?" Qie tercekat dengan ucapan Sean. Benarkah ini? Jika saja 7 atau 8 bulan lalu Sean mengatakan ini. Dirinya akan menjadi wanita paling bahagia se-Indonesia. Sayanh sekali semua ini sudah terlambat baginya bersama Sean

"Qie..." panggil Sean sekali lagi. Qie menoleh dan tersenyum hangat pada Sean

****

Adam membanting semua yang ada di rumahnya. Perasaannya benar - benar hancur. Permainan apa yang hendak di mainkan Qiery? Seenaknya sajakah dia mempermainkan hati seseorang? Adam merasa sangat kecewa pada istri kesayangannya itu. Segala hal telah dilakukannya hanya untuk membuat Qiery bahagia. Bahkan menerima anak yang bukan darah dagingnya pun siap dilakukan oleh Adam. Adam sangat mencintai Qiery, namun Qie??

"Bulshiit!!!!!!!" teriak Adam keras menggema di seluruh ruangan. Adam sudah tak bisa menahannya. Jika memang dirinya hanya pelarian semata, harusnya Qie tidak memberikan harapan - harapan palsu pada dirinya. Seperti mengajaknya bercinta..

Adam sempat berpikir Qie mulai mencintainya saat Qie mengajaknya bercinta, namun semua pupus saat mendengar Sean mengajak Qie menikah. Dan Qie akan menikah dengan Sean? Haha! Lalu dirinya? Dirinya hanya seonggok sampah tak berguna yang siap dibuang begitu saja.

"Qiery.... Aaargghhhhh" Adam menjambak rambutnya frustasi dan terduduk di lantai. Menangis? Seorang pria pantaskah menangisi wanita yang dicintainya??

"Adam? Ya tuhan!!" Qiery terpekik kaget melihat keadaan rumah Adam hancur seperti habis terkena tornado besar. Dengan langkah pelan Qiery menghampiri Adam yang terduduk di lantai. Menyentuh bahunya pelan

"Adam??" Adam mengangkat kepalanya matanya memerah dan bibirnya tersenyum paksa. Qiery menjadi merasa aneh dengan sikap Adam

"Kamu dari mana sayang?" tanya Adam lembut

"Aku? Aku dari rumah sakit, kontrol" jawan Qie menatap mata Adam. Adam tau Qie berbohong sudah sangat jelas dia melihat Qie bersama Sean dan Qie telah di lamar Sean. Hatinya mendadak sakit. Setega itukah Qie membohonginya??

"Adam kamu kenapa? Aku ambilin minum ya?" Adam menahan tangan Qiery

"Gak usah. Aku akan pergi. Kamu baik - baim dirumah" Adam bangkit dan beranjak meninggalkan Qie tanpa sepatah katapun. Qiery hanya memandangi punggung tegap Adam yang akhirnya menghilang dari balik pintu

"Ada apa sih Adam??" gerutu Qie sendiri.

Malam semakin larut, dan Adam belum juga kembali. Tentu saja Qie mengkhawatirkan suaminya itu. Bagaimana tidak? Adam pergi dengan kondisi tidak baik dan dia tidak biasa pulang larut malam begini. Qie sudah mencoba menghubungi ponselnya namun hanya voicemail yang menerima panggilannya

To : Adam

Kamu dimana? Segeralah pulang aku menunggumu

Qie mengirimkan pesan singkat pada Adam. Jika Adam tak mau mengangkat panggilannya paling tidak Adam akan membaca pesan yang dia kirimkan itu. Perut Qie kembali mengalami kontraksi kecil namun dia berusaha mengabaikannya. Sekarang yang dipikirkan adalah suaminya, Adam. Yang belum tiba kerumah juga.

Lelah menanti sepanjang malam, Qie tanpa sadar tertidur di atas sofa. Menanti Adam yang tak kunjung pulang. Hingga sebuah cahaya menyilaukan mata Qie. Qie membuka mata dan berusaha menyesuaikan cahaya lampu ruangan ini

"Adam?" Qie menoleh kearah jam dinding. Sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Dan Adam baru tiba dirumah?

"Adam" panggil Qie sekali lagi. Dia mengikuti Adam menuju kamarnya. Adam tak menggubris panggilan Qie. Dia seolah tak mendengar panggilan istrinya itu

Qie menarik lengan Adam dan membuat Adam menghadap kearahnya. rasa mual dirasakan Qie saat Adam dihadapannya. Aroma alkhol begitu kuat tercium dari hembusan nafas Adam

"Kamu dari mana saja? Jam segin baru pulang? Dan apa kamu mabuk??"

Adam tertawa "ini bukan urusanmu!!"

Qiery tersentak mendengar jawabam Adam "Apa maksudmu? Kamu kenapa Adam??" Qiery menepuk pipi Adam pelan namun Adam sekuat tenaga menepis tangan Qie

"Jangan sentuh aku! Pergi dari hadapanku!!" teriak Adam lalu beranjak meninggalkan Qie yang terpaku dengan semua yang terjadi.

"Kamu kenapa Adam??"

"Kamu tanya aku kenapa hah???" Adam berbalik dan menatap mata Qiery dengan tatapan menyalang. Emosinya meluap - luap.

"Adam..??"

Plak!!!

Sebuah tamparan mengenai pipi Qie. Qie menengang memegangi kedua pipinya. Rasanya sakit dan perih. Adam menamparnya. Memang apa kesalahannya hingga Adam yang selama ini bersikap lembut bisa menjadi seperti ini??

"Hei Qiery! Kau wanita terbodoh yang pernah aku kenal!! Aku mencintaimu sepenuh hati, bahkan menerima anak harammu itu! Tapi kamu? Kamu masih mencintai pria lain, dan berencana akan menikah dengan pria lain?? Kau pikir aku apa? Sampah hah???"

Qiery menggeleng, bingung dengan semua perkataan Adam. Adam sedang mabuk. "kamu bicara apa?" Qiery memegangi lengan Adam

"Gak usah sok baik deh!! Kamu akan menikah dengan pria brengsek itu lalu mencampakkan aku bukan? Hah! Wanita gak tau diri!!!" Adam dengan tanpa sengaja mendorong tubuh Qie

Qie kehilangan keseimbangan karena perut buncitnya dan terjatuh ke lantai. Tanpa sengaja perutnya menabrak ujung ranjang "Aaaahhh..." jerit Qiery

Tbc

Main Serong (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang