MS 35 ( THE END )

102K 1.6K 191
                                    

Adam menatap foto pernikahannya bersama Qiery. Dua tahun berlalu sejak kepergian Qie dan Adam masih belum menghapus segala memory tentang Qiery

"Hai Qie, apa kabar?" tanya Adam pada foto yang terpampang di dinding rumahnya. Senyum Qie masih sama. Yang abadi adalah foto yang tak pernah berubah adalah foto karena di foto senyum itu tidak akan berubah meski si pemilik senyum telah pergi

"Aku bingung Qie.." desah Adam pelan "Entah apa yang harus aku lakukan. Entah apa yang tengah aku rasakan. Aku juga tidak tau"

Adam kembali menatap foto Qiery saat seseorang memyentuh pundaknya "Kita sudah terlambat" ujarnya dengan nada dingin. Adam menoleh dan mendapat tatapan acuh dari wanita itu

Ya, sejak Adam melarangnya pergi bersama Rian. Ine menjadi bersikap dingin pada Adam. Dia hanya akan bersikap baik jika Devan tengah bersama mereka. Ine kini tengah memakai gaun cantik sederhana dengan tatanan rambut simpel dan make up natural. Mereka akan pergi ke acara pernikahan Amanda dan William

"Kau sangat cantik" ujar Adam. Ine hanya tersenyum sinis. Adam menarik lengan Ine membuat Ine menatap dirinya

"Kau masih marah??" tanya Adam. Ine hanya mendengus pelan dan berjalan meninggalkan Adam. Adam hanya bisa menghela napasnya. Susah sekali untuk mengembalikan keceriaan Ine.

***

Sepasang pengantin tampak berbahagia berada di atas pelaminan. Tak sekalipun mereka berhenti menebar senyum mencoba membagi kebahagiaan yang sulit ditampung di hati mereka.

"Selamaat sayangg" Ine memeluk sahabatnya itu dan memberi ucapan selamat

"Selamat ya" ujar Adam menyalami kedua pengantin. Amanda dan William masih tersenyum manis

"Lalu kalian kapan??" tanya Amanda pada Adam dan Ine. Ine terdiam kaku saat melirik senyum jahil sahabatnya itu

"Ngapain kita?" tanya Adam dengan bodohnya. Amanda menepuk jidatnya

"Ah Adam! Apa kau tidak mau mencarikan ibu baru untuk Devandra??" tanya Amanda

Adam nampak berpikir "Rencananya sih gitu cuma..."

"Nyari yang cocok dengan kamu dan Devan donk" Ine mencubit lengan Amanda sampai membuat Amanda meringis sakit dan kemudian Ine mengalihkan topiknya. Dia bisa mati kutu jika Amanda melanjutkan ucapannya.

Adam dan Ine menuju kerumah, sepanjang perjalan hanya keheningan yang menemani mereka. Mereka terlalu hanyut pada pemikiran masing - masing.

"Terima kasih sudah mengantar. Salam buat Devan" ujar Ine seperti biasa saat hendak turun sari mobil Adam. Adam menahan tangan Ine

"Ine.. Aku..." Ine menatap Adam menunggu Adam melanjutkan ucapannya "Ekhem.. Ine selamat malam ya? Mimpi indah.. Sampai jumpa besok. Jangan lupa makan dan sehabis makan minum terus jangan lupa pakai selimut" ujar Adam membuat Ine menatapnya bingung. Apa sesuatu telah membuat Adam terbentur? Ine hanya mengangguk kikuk dan keluar dari mobil Adam

Adam memukul stirnya dan mengumpat kesal "Bodoh kau Adam!! Bodoh!!!"

Sesampai dirumah

Adam mendapat Natalie sedang duduk diruang makan menyesap secangkir teh di sana. Adam menghampiri mama mertuanya

"Malam ma?" sapanya hangat. Natalie menoleh dan tersenyum

"Hai Adam, baru pulang?" tanyanya. Adam mengangguk

"Kenapa mama malem - malam ke sini? Tumben" ujar Adam dan duduk di sebelah Natalie

"Tadi bibik telpon katanya Devan tidak bisa tidur, dia menangis. Jadi mama ke sini. Setelah membacakan dongeng, Devan tertidur" jelas Natalie. Adam mengangguk paham

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Main Serong (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang