Sepanjang perjalanan pulang kembali ke Jakarta, baik Adam maupun Ine tidak ada yang membuka suara. Mereka tetap bungkam setelah mendengar 'usul' dari Amanda. Mencarikan sosok Ibu untuk menjaga Devan.
Emma Watson As Iney Portman
Pikiran Ine melayang - layang. Bagaimana jika Adam mencari Ibu baru untuk Devan? Itu adalah musibah besar untuknya. Dia harus kehilangan dua sosok manusia yang dicintainya saat ini, Adam dan Devan.
Adampun berpikir, memang Devan sangat merindukan dan membutuhkan sosok seorang Ibu. Terbukti Devan sangat senang apabila ada Ine di dekatnya. Seolah Ine bisa menggantikan sosok Ibu yang diinginkan putranya. Tentu Adam yang sibuk tidak memiliki waktu lebih untuk menikmati tumbuh kembang Devan. Akankah saran Amanda di ikuti Adam?
"Terima kasih sudah mengantarku pulang. Sampai jumpa ya?" Ine tersenyum kearah Adam. Lalu dia mengelus rambut Devan dengan sayang. "Nite baby" ujar Ine kepada Devan yang tertidur nyenyak di kursi belakang. Adam terdiam melihat adegan itu, sahabatnya begitu dekat dengan putranya. Mungkinkah...??
"Bye Adam" seru Ine membuyarkan lamunan Adam. Adan tersenyum dan pergi menuju kediamannya.
Ine berbalik hendak masuk ke lobby apartemen namun dia dikejutkan oleh seorang wanita cantik menatapnya "Amanda?" wanita itu tersenyum
"Aku mau curhat" ujar Amanda. Ine tersenyum dan mengajak Amanda kekamarnya. Kini mereka sudah seperti sahabat. Sejak meninggalnya Qiery dan perceraiannya, Amanda hanya bercerita segala masalahnya pada Ine.
"Bagaimana kabar Billy dan Syafira?" tanya Ine sembari menyodorkan segelas air putih
"Baik" jawab Amanda singkat
"Ada apa Manda? Kenapa kau tidak curhat saat di Bandung tadi?" Amanda terkekeh
"Aku tidak enak dengan kondisi seperti itu. Aku ingin bertanya suatu hal padamu" ujar Amanda. Ine mengernyitkan keningnya melihat kegugupan Amanda
"Ada apa?"
"Apakah menurutmu, aku jahat jika menikah lagi?" cicit Amanda pelan. Ine dapat mendengarnya dan membulatkan matanya
"Kau ingin rujuk dengan Sean?" Amanda menggeleng cepat
"Aku ingin menikah dengan orang lain, namun aku tak tega meninggalkan Sean dia-"
"Amanda, kau berhak bahagia!" tegas Ine. Amanda menatap mata Ine
"Selama menikah dengan Sean, hidupmu tidak pernah bahagia. Kau mengaku bahagia atas nama cinta, sebenarnya kau menderita. Aku bisa melihatnya dari matamu" Amanda sudah hendak menangis
"Kini setelah bercerai dari Sean memang sulit untuk membangun bahtera rumah tangga dan meninggalkan mantan suami dengan kondisi seperti ini. Tapi, apakah kau akan terus menyiksa dirimu begini? Mengabdi pada Sean yang tak pernah menoleh kearahmu? Sean yang sudah tenggelam bersama kepergian Qiery?" Amanda sudah menangis
Ine tersenyum "Aku bahagia jika kau bahagia Amanda. Kau berhak mendapat kebahagiaanmu sendiri. Sementara Sean? Ini mungkin hukumannya telah menyakiti dua hati wanita dalam hidupnya" Ine membelai rambut Amanda. Amanda memeluk Ine
"Terima kasih Ine. Kau menghapus keraguan dalam hatiku" Ine melepas pelukan Amanda
"Siapa pria itu?" selidik Ine
Amanda tersipu malu "Dia rekan kerjaku. Kami bertemu saat dalam perjalanan bisnis menangani proyek di Sumatra beberapa bulan lalu"
"Dan kalian memutuskan menikah? Secepat itu?" Amanda mengangguk yakin
"Dia pria yang baik hati, mengerti aku dan dia menerima keadaanku. Janhan lupa dia menyayangi kedua anakku. Apalah aku yang seorang janda beranak dua" Amanda terkekeh
"Apa kau tidak takut menjalin hubungan singkat?" Amanda mengangguk
"Awalnya aku takut, namun aku lihat keseriusan dimatanya. Dia tidak ingin bermain - main denganku makanya saat usia pacaran kita 3 bulan dia langsung melamarku" cerita Amanda
Ine tersenyum "Yang penting kamu bahagia. Siapa namanya? Dan tunjukkan fotonya!!" Amanda mengambil ponselnya dan menunjukkan foto pria pujaannya kepada Ine
"Namanya William" ujar Amanda. Ine tersenyum
"Tampan. Dan kalian terlihat mirip. Semoga saja kalian jodoh sampai mati ya?" ujar Ine. Amanda mengamini doa Ine.
"Lalu kamu kapan Ne?" tanya Amanda. Ine menatap bingung Amanda
"Kapan apa?" Amanda tertawa
"Meresmikan hubunganmu dengan Adam" goda Amanda. Ine bersemu merah
"Kami hanya bersahabat. Tidak lebih" ujar Ine memalingkan wajahnya
"Ayola Ine! Aku cukup sadar melihat kedekatanmu dengan Adam. Lagian di mata kalian menyiratkan cinta. Hanya saja masih belum mengakui satu sama lain" Amanda mencibir "Kalian ini ingin bersama dengan kedok sahabat. Siapa yang hendak kalian tipu?"
Ine mendesah pelan, percuma menyangkal toh hanya pada Amanda dia bisa jujur "Ya Man, aku memang menyukai Adam" jujur Ine dengan malu - malu
"Aku sudah tau" jawab Manda bangga. Ine menatapnya gemas
"Tapi Adam hanya menganggapku sahabat tidak lebih"
"Yakin? Apa kamu sudah pernah bertanya pada Adam tentang perasaannya padamu?" Ine terdiam
"Mana mungkin aku menanyakannya? Kau gila!"
Amanda tertawa keras "Kalau begitu jangan menyimpulkan sendiri donk! Sahabat bisa jadi cinta loh, semua orang memulai hubungan dari teman atau sahabat. Apalagi kamu dan Devan sangat dekat"
"Aku tidak ingin memanfaatkan hubunganku dengan Devan untuk mendekati Adam. Aku menyayangi Devan murni karena aku sayang. Bukan karena ingin dekat ayahnya" gerutu Ine.
"Yaahh kan hampir mendekatilah. Sudahlah, kalah kau memang menyukai Adam tunjukkan!"
"Gila! Aku yang nyatain cinta gitu?"
Amanda nampak berpikir "Bagaimana kalau kamu membuatnya yang menyatakan cinta lebih dulu" usul Amanda
"Caranya?"
"Begini...."
***
"Apa? Dengan Rian?" gertak Adam. Ine mengangguk santai
"Tidak bisa! Aku melarangmu!!"
"Kenapa? Lagian ini kan ada hubungannya dengan pekerjaan Adam. Dan kenapa kamu melarangku? Rian dokter yang baik dan juga.. Tampan" ujar Ine
"Aku tidak percaya pada sosok Rian! Dan apa kau bilang tadi? Tampan? Wajahnya sudah mirip rendang sapi!" sungut Adam.
"Sudahlah. Aku tak ingin berdebat denganmu. Aku akan berangkat siang ini"
"Eh Ine! Kau tidak aku ijinkan pergi!!"
Ine menatap sebal Adam "Apa aku harus mendapat ijin sahabatku akan kemana aku pergi?? Dan aku sudah dewasa, apa yang kau takutkan?"
"Aku.. Aku.. Apa kau tega meninggalkan Devan? Devan akan kesepian! Dia membutuhkanmu!" ujar Adam
"Apa hanya Devan yang membutuhkan aku?" desis Ine "Pasienku juga butuh aku" lanjutnya
"Tapi Ine.."
"Apa kau cemburu??" tebak Ine cepat. Adam terlihat kaget
"Tentu saja tidak!!" jawab Adam cepat "Maksudku.. Tentu saja aku mengkhawatirkan sahabatku.. Aku"
"Sudah ya Adam? Aku kan hanya sahabatmu. Jadi jangan melarangku. Ini profesiku. Aku pergi dulu. Salam buat Devan" Ine melangkah pergi dengan hati bergemuruh. Rasanya perih namun di coba untuk menahannya. Ini baru awal mulai kan? Dia akan membuat Adam jatuh cinta padanya.
Tbc atau End?? *Kan udah nemu pasangan masing - masing?*
KAMU SEDANG MEMBACA
Main Serong (END) 21+
RomanceAku seorang wanita cantik, muda dan berbakat. Banyak pria yang mengejar - ngejarku untuk menjadikan aku sebagai kekasihnya bahkan ada yang melamarku. Tapi sayang, aku hanya mencintai satu pria. Pria masa laluku yang selalu menjadi pelabuhan akhir ci...