MS 30

46.6K 1K 56
                                    

"Please jangan lagi" desah dokter Ine.

Dia dan seorang dokter spesialis anak berusaha memacu jantung anak itu. Berusaha mengembalikannya kedunia ini

"Ayolah, bertahan sayang" ujarnya lagi pada bayi mungil itu

"Oeeekkk...ekk..oeekk.." tangisan bayi itu nyaring bersamaan dengan detak jantungnya yang kembali

"Ah, terima kasih sayang" ujar dokter Ine kepada bayi mungil itu.

"Ine kita berhasil" ujar dokter Rudi. Spesialis anak yang membantu Ine mengembalikan bayi malang itu ke dunia. Ine memberikan intruksi pada para perawat untuk memberikan beberapa alat bantu pernapasan. Lalu mengelus lembut pipi bayi mungil itu.

Ine berjalan keluar ruang perawatan dan menemui anggota keluarga Qiery. Bukannya tidak tau, kehilangan Qiery beberapa saat lalu pasti memukul seluruh isi hati keluarganya. Jadi dia tidak akan membiarkan putranya menyusul ibunya.

"Ibu Natalie?" sapa Ine pada ibunda Qiery yang nampak termenung dengan air mata yang tak henti keluar dari matanya.

"Dokter, apa cucu saya..."

"Cucu ibu sudah membaik, kondisinya belum sepenuhnya stabil. Tapi akan saya pantau terus" Natalie hanya mengangguk dan kembali diam

"Ibu sudah makan? Lebih baik ibu makan dulu" ujar Ine yang prihatin melihat kondisi ibunda Qiery. Siapapun juga akan bersikap seperti ini bila kehilangan anaknya, apalagi anak semata wayangnya.

"Aku tidak lapar. Terima kasih" jawab Natalie datar. Ine menghela napas lalu berpamitan meninggalkan Natalie. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ada rasa kecewa dihatinya. Sepanjang perjalanannya menjadi seorang dokter spesialis kandungan sudah banyak pasien yang melahirkan anak - anaknya atas bantuannya. Dan semua berhasil meskipun sesulit apapun. Ine bahkan pernah menemukan kasus yang lebih parah dari penyakit Qiery namun dia berhasil menyelamatkan ibu dan anak itu. Baru sekali ini, dia kehilangan seorang pasien dan itu benar - benar membuatnya terpukul. Ada perasaan gagal menjadi seorang dokter

"Bapak Adam?" Ine melihat Adam yang terduduk di lantai di depan kamar mandi. Pandangan Adam menyiratkan duka mendalam. Kehilangan istri tercinta, sunggug menyakitkan

"Pak Adam?" sapa Ine pelan. Adam menoleh sekilas lalu kembali menatap kearah depan

"Sabarkan hati pak, berdoa yang terbaik. Maafkan saya karena saya-"

"Berhentilah meminta maaf dok! Saya percayakan nyawa istri saya, saya berharap anda bisa menyelamatkannya! Tapi kenapa anda membiarkan dia pergi?" kata - kata Adam seolah menghantam keras jiwa manusiawi Ine.

"Maafkan saya pak, saya dan tim dokter lainnya sudah berusaha kami-"

"Jika kalian berusaha mungkin saat ini detak jantung Qie masih berdetak!!" Adam bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan Ine.

Ine mendesah pelan melihat kepergian Adam. Ini sebenarnya bukan kesalahannya. Dia sudah berusaha sebaik mungkin menyelamatkan Qiery, namun takdir Tuhan siapa yang bisa tau? Dalam hati Ine, dia berjanji dia akan membantu Adam untuk bangkit melewati ini semua. Membantu Adam dan Sean mengurusi buah hati mereka sebagai bentuk permohonan maaf pada Adam dan keluarga Qiery.

***

Perawat membawa jenazah Qiery keluar dari ruang operasi. Sean masih berteriak histeris. Dia tentu tidak bisa menerima begitu saja kepergian wanita yang teramat dicintainya. Amanda berusaha menenangkannya.

"Mandaa!! Katakan pada Qiery bahwa dia harus bangunn!!! Katakan!!" teriak Sean saat perawat menutup wajah Qiery dengan kain dan membawanya keluar. Amanda hanya bisa menangis dan menepuk bahu Sean

Main Serong (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang