Part 5

551 79 27
                                    

"ZAHRAAAA!!"

"RAAAA LO DIMANAAA"

"ZAHRA GUE UDAH CAPEK NIH NYARIIN LO. KELUAR DONG!" teriakan Dinda dibalas dengan jitakan combo di kepalanya.

"Din, kita serius nih nyariin Zahra. Coba lo telfon lagi deh, biar gue sama Elvis aja yang teriak-teriak." Dinda pun mencoba menelepon nomor Zahra satu per satu. Bayangin aja, kemana-mana Zahra bawa tiga hape sekaligus, dan salah satunya berfitur dual SIM. Nggak ribet apa nge-chargenya?

Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan area.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Nomor yang anda tuju salah.

"Lah? Kok salah? Ini beneran nomernya Zahra, kok! Bener, deh. Masa gue salah nyatet, sih? Gak mungkin. Orang dia sendiri yang nyatetin nomernya di hape gue! Ah, dasar operator, sukanya nyalahin orang aja. Padahal gue kan cewek, dimana-mana cewek tuh nggak pernah salah!" Dinda menghakimi operator – yang sebenarnya tidak bersalah.

"Lo mending diem aja deh, Din. Bantu teriak, kek, atau bantu doa. Pake nyalahin operator, lagi." lalu Dinda diam dan berdoa. 

Ya Allah, semoga Zahra masih hidup. Nanti siapa yang bertengkar sama Dinda kalo Zahra nggak ada? Maafin Dinda ya, Zah. Selama ini Dinda sering ngajak kamu berantem, ngerebutin Mingyu oppa. Ya Allah, selamatkanlah Zahra dari segala marabahaya. Semoga Dinda masih bisa ketemu Zahra dalam keadaan sehat wal afiat. Aamiin...

"ZAHRAAAA!! INI HANI, BALES DONG." Hani mulai lapar. Lapar? Ambil aja sn*ck*rs. Tapi sayangnya ini di hutan, ga ada yang jual.

"RAAAAA LO KEMANA SIH? ZAHRAAA WHERE ARE YOU??" dan Elvis mulai keminggris. Mereka bertiga terus berjalan membawa beban. Apalagi Elvis, yang bertanggung jawab atas peralatan camping-nya. Untung jalannya turun.

"WOY TOLONGIN!!"

"ZAHRAAAA??!" teriak Hani, Elvis dan Dinda bersamaan, pake nada kaget yang sama pula. Tumben kompak.

"Gue dibawah sini, oy! Oh em ji cepetan tolooong baju gue kesangkut gaesss!" si Zahra dalam keadaan genting begini masih teriak-teriak dengan nada alaynya. Sok gaul-rempong juga. Yang dimintai tolong segera berlari ke arah suara Zahra.

"Ya ampun, Ra... Lo kenapa bisa kesangkut disini? Lo semalem tidur disini? Sumpah gue prihatin, Ra. Lo gak kenapa-napa kan? Untung baju lo gak robek parah. Kok lo gak balik ke tenda aja sih semalem? Nomer lo empat-empatnya juga gak bisa dihubungi. Kemana aja sih? Untung lo masih hidup. Untung juga masih kita cariin, kita tolongin!" Hani menyerbu Zahra dengan serentetan pertanyaan dan pernyataan yang tidak penting – walaupun ada yang penting juga. Sementara itu Elvis dan Dinda membantu Zahra yang sudah compang-camping dan enggak banget lah pokoknya. Wajahnya juga sudah tercoreng-coreng entah karena tanah, lumpur, atau bahkan getah pohon. Pasti habis jatuh terjembab.

"Satu-satu dong, tanyanya. Gue capek banget nih. Oh iya, tolongin Reyhan dulu yuk! Wawancara guenya nanti-nanti aja lo. Gue lagi gak mood nih." Hani, Dinda dan Elvis semakin bingung. Mereka cuma bisa cengo sambil ngikutin Zahra. Kenapa pula ada Reyhan? Dia ngapain? Dimana? Kenapa? Kok harus ditolong?


**


Flashback on

A vs BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang