Part 20

211 18 19
                                    

WARNING! INI PART TERAKHIR

----------------

...

"Pengadilannya dimulai malam ini."

"Jam berapa?"

"Jam tujuh malam. Sabar ya Ra, lo masih nggak dibolehin ikut,"

"Gapapa, tapi gue mau usahain yang terbaik buat Reyhan. Kita masih punya waktu empat jam untuk mencari bukti. Kak, anterin gue cari-cari yuk... Hehe," beginilah Zahra, manggil 'kak' cuma kalo ada maunya.

"Lo mau cari kemana?" tanya Diandra.

"Ke sekitar rumah Reyhan, barangkali tetangganya ada yang lihat sesuatu,"

"Tapi Ra, tetangga satu blok Reyhan sudah bilang nggak ada orang yang mencurigakan waktu itu," kata Devi.

"Kalo gitu kita tanya tetangga blok lain. Oh iya, gue inget. Reyhan pernah bilang dia nggak terlalu dekat sama tetangga-tetangganya, tapi dia suka ke kampung belakang perumahannya buat numpang makan mi instan. Dia punya banyak kenalan disana. Mungkin orang-orang itu tahu sesuatu," kata Zahra penuh harap.

"Ya udah, tunggu apalagi? Yuk kesana!" Lidya ikut semangat melihat Zahra yang masih banyak berharap.

"Gue ajak Tante Tyas ya, biar kalo ada bukti langsung dicatat. Langsung ketemuan disana aja," Devi segera menelepon tantenya, dan mereka berempat berangkat.

[-]

Mereka berempat sampai di sebuah kampung yang sedikit kumuh, dan bertemu Tante Tyas disana. Kata warga kampung itu, ada satu warung dengan mi instan yang best seller. Yang paling terkenal dan enak katanya. Itu memudahkan pencarian mereka.

"Permisi bu, apa ibu kenal Reyhan?"

"Oooh, Nak Reyhan yang biasanya beli mi instan?" Zahra langsung berteriak, "Iya bu! Yang itu!"

"Ada apa ya ibu dan mbak-mbak ini kesini?" lalu Tante Tyas menjelaskan maksud kedatangan mereka. Ibu penjaga warung – yang bernama Yanti tetapi minta dipanggil 'Mak Yan' itu kaget mendengar penjelasan Tante Tyas.

"Ndak mungkin! Nak Reyhan itu baik, sopan, rajin salat, dan nggak pernah mabuk-mabukan. Nauzubillah.."

"Maka dari itu Mak, kita juga nggak percaya. Apa Reyhan pernah cerita sesuatu ke Mak Yan?"

"Ya sering, nduk. Biasanya Nak Reyhan cerita, dia kangen ibunya. Kadang juga cerita tentang bapak angkatnya, kadang tentang pacarnya," uhuk. Zahra tersedak.

"Pacarnya Mak? Saya dong? Namanya Zahra kan Mak?" tanya Zahra pede. Mak Yan hanya terkekeh pelan.

"Reyhan punya bapak angkat, Mak?" selidik Tante Tyas.

"Iya, ibunya dulu menikah dengan bapak angkatnya waktu Reyhan masih SD. Tapi keluarga mereka ada masalah, lalu ibunya meninggal. Nak Reyhan suka ke warung ini sejak SMP, katanya kabur dari bapaknya. Pernah waktu itu menginap beberapa malam di sini karena takut pulang. Katanya bapaknya suka mukul," Mak Yan bercerita dengan sedih, membuat Zahra dan lainnya juga sedih.

Jangan-jangan om-om yang mukulin Reyhan di hutan itu bapaknya, pikir Zahra.

"Mak, bapaknya Reyhan tinggal dimana?" tanya Zahra.

"Tinggal di rumah situ nduk, sama Nak Reyhan. Tapi katanya jarang pulang, sukanya mabuk-mabukan, ngerokok, berjudi,"

"NAH! JANGAN-JANGAN ORANG ITU YANG MEMBUNUH HANI!" Zahra, Lidya, Devi, Diandra, dan Tante Tyas memiliki pemikiran yang sama.

A vs BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang