Part 11

285 43 11
                                    


"Mbak, mbak. Sorry nih ya. Kalo teriak bisa dikecilin dikit gak suaranya? Maaf, kita keganggu."

"Lah, lo Zahra? Ini suaranya Zahra kan? Iya kan Han?"

"Dinda?"

"Loh loh, kok lo sama Hani bisa disini juga?!"

"Ya kita lagi nonton lah..." Zahra yang ngerasa udah seribu tahun ditinggal Hani dan Dinda langsung jalan ke kursi belakangnya terus cipika-cipiki.

"Mbak maaf ya, kalo kangen-kangenan nanti aja. Ini bioskop, tempat umum." Dan mereka pun ditegur ibu-ibu judes yang duduk disebelah Hani. Zahra pun kembali ke sebelah Reyhan.

[-]

Setelah filmnya selesai, mereka berlima keluar bioskop bareng.
"Ya ampun tadi filmnya seru banget! Gak nyesel deh gue nonton!"

"Iyalah gak nyesel, orang dibayarin Ferdi." Lalu Reyhan menoyor kepala Zahra.

"EH SAKIT" terjadilah toyor-toyoran dan teriak-teriakan antara Zahra dan Reyhan.

"Udah udah, lo berdua makin deket makin rusuh aja. Btw han, din, lo berdua kok tadi gaada di sekolah?" tanya Ferdi.

"Bolos dong." Jawab mereka kompak.

"Ah lo berdua ga asik masa bolos gak ajak-ajak!" Zahra makin kesal. Reyhan tak cukup, kini bertambah Hani dan Dinda yang merusak mood-nya.

"Ya sori, tadi malem gue nginep dirumah Hani. Paginya bangun eh udah jam 10 aja. Mending bolos sekalian deh daripada dihukum."

"Heh, bolos itu gak baik. Kasian ortu lo pada udah bayarin sekolah. Keseringan bolos berdampak kebodohan lho. Contoh dong gue, gapernah - eh jarang banget bolos, cuma pas kepepet aja. Walaupun gue tetep gak pinter-pinter amat." Seloroh Reyhan ditengah pembicaraan Zahra, Hani dan Dinda. Ceramahnya leh uga.

"Ah diem lo. Btw lo nginep dirumah Hani juga kenapa gak ajak gue? Lo juga Han, kenapa cuma ajak Dinda?"

"Lo sih kemaren dari playground langsung ngacir duluan. Mana ditelpon gakbisa. Dinda juga dadakan banget tidur dirumah gue. Ini aja dia pinjem baju gue," Zahra manggut-manggut. Alasan Hani bisa diterima.

"Oke... Btw gue ke toilet dulu ya. Kebelet nih hehe," kata Zahra.

"Iya... Kalo gitu kita tunggu di foodcourt ya." Zahra mengangguk, lalu berjalan ke toilet.

[-]

"Ah leganya akhirnya udah gak kebelet." Zahra berkaca sebentar lalu membenahi poninya dan mencuci tangan.

"Eh? Zahra?" Zahra menoleh.

"Loh? Kak Lidya? Kok disini juga?" Zahra gugup.

"Gue lagi belanja.. Emang gaboleh? Hehe. Lo ngapain disini?"

"Emmm... Habis nonton, Kak." Zahra rasanya ingin pergi, ingat kata-kata Dinda kemarin soal Lidya.

"Oh gitu... Eh btw gue kok pusing ya?" badan Lidya oleng, Zahra bingung. Dia ingin pergi secepatnya, tapi disini nggak ada orang lain. Kalo Lidya kenapa-kenapa siapa yang nolongin?

"Zahra tolong cariin hape gue di tas dong, terus cari kontak Bibi, makasih banget ya." Lidya yang kelihatannya pusing banget langsung duduk dan memejamkan mata. Zahra mau gak mau tetep ngelakuin apa yang disuruh.

"Ini kak, ditelpon?" Lidya hanya mengangguk lalu menerima hp-nya dari Zahra.

"Halo Bibi? Bi jemput aku di toilet lantai tiga deket bioskop ya.
Cuma pusing sih, tapi kayaknya telat minum obat.
Iya Bi cepetan." Klik.

A vs BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang