Part 7

477 62 19
                                    

"Han, Ra, make up gue udah kaya cewek-cewek Korea belom? Gue udah bela-belain beli liptint Etude House nih, sama BB Cream-nya juga. Gimana, gimana? Dinda udah cantik belom?" masih jam 7 pagi, dan Dinda udah dandan buat ke konser nanti jam 7 malem.

"Lo mau dateng ke pesta apa nonton konser?"

"Ya ke konser, lah. Mimpi gue selama seratus tahun akhirnya jadi nyata juga. Aaaaaa~ Mingyu oppa tunggu Dinda~~"

"Oh iya, gue kan juga mau ketemu Wonwoo oppa. Minta liptint-nya dong, Din... Hehe, biar Zahra cantik juga." Hani hanya geleng-geleng melihat dua sahabatnya yang dari tadi sibuk mematut diri di depan cermin. Mulai jam 5 pagi mereka bongkar-bongkar lemari Hani dan koper mereka sendiri untuk mencari baju yang cocok untuk ketemu 'calon suami'. Padahal mereka nginep dirumah Hani cuma dua malem, pake bawa koper segala. Semua peralatan make up, baju-baju pilihan, kamera, lightstick dan album, semuanya dibawa. Padahal nanti ke konser juga nggak dibawa semua.

"Ckck... Kita berangkat ke sana masih nanti jam 4, kalian udah heboh banget. Lagipula kita kan udah punya tiket, jadi nggak perlu antri disana dari pagi." Hani bahkan belum mandi, tidak seheboh kedua sahabatnya yang semangatnya overload buat nyambut Seventeen.

"Kita kan masih nyoba-nyoba, Han. Nanti make up-nya dihapus, terus jam 4 baru pake make up lagi. Lo harus coba deh, Han. Masa ketemu bias biasa-biasa aja? Btw kayaknya lo gak pernah neriakin nama bias gitu kayak kita. Bias lo siapa sih?"

"Yaaah, gue kan gak punya bias di Seventeen. Gue cuma suka liat MV-nya bareng lo pada. Lagian gue juga belom hafal sama muka membernya. Hehe,"

Jam 4 sore. Dinda dan Zahra sudah siap dengan teropongnya. Walaupun mereka nanti di paling depan, nggak lega kalo lihat oppa cuma kayak lidi gitu. Hani dan Ferdi cuma ngekor, bawa lightstick dari Dinda. Ternyata mereka salah berangkat jam 4 sore. Antrian di gate-nya sudah mengular, bahkan ada yang bilang antrian itu sejak jam 10 pagi. Dari jam 4 sore sampe 7 malem, Dinda dan Zahra sibuk menatap cermin, berharap-harap cemas, bermimpi nanti oppa dateng nyamperin mereka. Maklum, ini pertama kalinya mereka dateng ke konser. Sementara Hani dan Ferdi sudah lelah berdiri.

"MANSAE MANSAE MANSAE YEAH~!!" Dinda dan Zahra berteriak tak karuan mengikuti oppa mereka menyanyi. Mereka sudah lupa sama riasan Etude House mereka yang sejak tadi sudah luntur, dan penampilan yang enggak banget. Teropong diselotip di sekitar mata, lightstick di kedua tangan, rambut acak-acakan, dan sepatu yang sudah terlempar entah kemana.

"Fer, lo kenal mbak-mbak di depan kita gak? Kok kayaknya familiar," kata Hani pada Ferdi. Ini konser, bro. Ferdi mana dengar. Akhirnya Hani mengulangi kata-katanya tepat di telinga Ferdi. Yang diajak ngomong akhirnya noleh.

"Hah? Mana? Yang ngacung-ngacungin hape itu?" Ferdi menunjuk-nunjuk.

"Iya... Kayaknya dia kakak kelas, deh"

"OH IYA! Bener, itu kakak kelas. Kalo gak salah dia segeng sama Isyana. Eh, kakak kelas yang mirip Isyana. Kabarnya sih dia pernah mendirikan organisasi abal-abal di sekolah. Tapi ditolak sama Pak Rama." Ferdi mulai ngegosip. Hani hanya mengangguk-angguk.

Setelah konser berakhir, Dinda dan Zahra nangis-nangis sampe Seventeen-nya udah ke backstage dan penonton lain mulai keluar. Tiba-tiba mata Hani menangkap kakak kelas tadi masuk ke backstage.

"Anjhay itu kakak kelas ngapain ke backstage?!" teriak Hani histeris. Dinda, Zahra dan Ferdi langsung noleh ke pintu backstage.

"LOH LOH ITU SIAPAAA KOK BOLEH KETEMU OPPA?!" Zahra lebih histeris. Dinda butuh waktu agak lama untuk berpikir.

A vs BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang