chapther 27

9.1K 584 8
                                    

Prilly pov

Aku sekarang berada di Taman di temani milla dan Dinda.

Aku memikirkan bagaimana ekspresi mama tiri ku waktu tau,kalau tanaman kesayangan nya gundul,uh pasti gemes banget.

Saking gemes nya sampai aku mau muntah,aku tertawa membayang kan ekpresi mama tiri ku.

"Prill loe kenapa?"suara milla membuyar kan lamunan ku tentang eksperi mama tiri ku.

"Gak gue gak papa"jawab ku santai.

"Boong loe prill gue tau nih kalau loe lagi senyum-senyum kaya gini pasti loe berhasil ngerjain nenek lampir itu kan"ucap Dinda tepat sasaran.

"Wah hebat loe  din tahu aja loe"aku berucap sambil  tertawa pelan.

"Loe mereka kerjain lagi"milla berucap dengan wajah penasaran yang ku balas hanya dengan anggukkan kepala.

"Loe ngerjain mereka gimana lagi,kayanya ide dalam otak loe gak abis-abis "aku tersenyum menanggapi ucapan Dinda.

"Yoi kalau masalah ngerjain nenek lampir mah stok ide gue gak ter batas"aku tersenyum bangga karna ucapan ku itu.

"Iyuh nyesel gue bilang kaya gitu,tapi prill serius deh loe ngerjain mereka kayak gimana lagi "Dinda memasang wajah muak sekaligus penasaran.

"Gue kan tadi di suruh tuh sama mama tiri gue buat motong rumput lah gue males tuh masa gue doang yang slalu disuruh gak pernah si carissa atau si angel,tadinya kan gue nolak tuh eh terus si nenek lampir ngancem mau bakar boneka doraemon gue.karna gue gak punya pilihan gue iya in aja tuh.

Terus gue kedepan eh kebetulan pak bejo lagi lewat gue nyuruh dia buat motong rumputnya tuh sekalian gundulin taneman kesayangan tuh nenek lampir,terus gue minta pak bejo minta bayaran sama mereka.udah itu doang gak parah kan"aku berucap santai sambil melirik Dinda dan milla yang menganga lebar.

"Gila prill keren banget loh"Dinda berteriak dengan heboh.

"Ya iya prilly gitu"aku menyombong kan diri sendiri.

"Nyesel gue ngomong gitu"Dinda mencibir dengan gumaman yang cukup untuk ku dengar.

"Gue denger"ucap ku datar yang di balas cengiran dari nya.

"Sekarang kita mau ngapain di sini"milla bertanya.

"Gak tau gue males pulang,kalau pun pulang pasti kena omelan nenek sihir"aku memasang muka lelah di hadapan mereka berdua.

"Oke,gausah pulang gimana kalau kita makan dulu? Gue denger sih di deket sini ada cafe yang makanan nya enak banget,gue mau coba soalnya gue belum pernah kesana"dinda berbicara heboh yang membuat aku dan milla memutar mata malas, kalau makan mah dinda nomor satu.

"ya udah prill mending turutin aja dari pada ngambek,kan dinda kalau ngambek ngacak-ngacak tempat sampah"aku melihat kearah dinda yang terlihat kesal karna ucapan milla.

"Ih asal aja loe kalau ngomong"dinda memandang milla dengan tajam yang di balas milla dengan tatapan tak kalah tajam.

"udah sih janhan berantem,sekarang baik kan ya jangan di buat panjang"aku menarik tangan milla dan dinda dan mempersatukan kedua tangan mereka.

"Ih baikkan"aku berucap kesal karna mereka sedari tadi hanya diam melihat tangan mereka yang menyatu,

"Oke din maafin gue ya,loe kan tau kalau gue tuh bencanda doang,elo nya aja yang di bawa baper"akhirnya milla lah yang meminta maaf  pertama,aku melirik Dinda.

Dinda menghembuskan napas pelan"iya mill gue kan emang slalu baper,jadi maafin gue juga karna gue gak bisa bedain becanda dan serius"aku tersenyum melihat mereka berdua,begini lah kalau diantara kami ada masalah pasti salah satu diantara kami menengahi,dengan memberikan solusi.

"Berpelukkan"ucap ku dengan manja yang di balas kekehan dari mereka berdua,aku,milla dan Dinda berpelukkan.

Aku merasa lebih nyaman ketika berada di dekat mereka dari pada di dalam rumah yang seperti neraka bagi ku karna kehadiran ketiga nenek lampir.

"Kan kalau gini kan enak di lihat nya,oke kita bertiga gak boleh berantem lagi ya,gue sayang banget sama kalian"aku mengerat kan pelukkan ku kepada mereka berdua.

"Gue juga sayang banget sama kalian"balas Dinda dan milla bersamaan.

"Oke udahan ah gue laper makan yuk"Dinda memberikan aku dan milla cengiran tak jelas nya.

"Ya udah yuk"aku berjalan di tengah-tengah mereka berdua dengan memegang erat tangan masing-masing.

"Kita mau naik apa kesana?"tanya ku sambil melirik ke arah mereka berdua bergantian.

"Tenang milla bawa mobil kok,yak kan" millaku melirik kearah milla yang di balas anggukkan oleh milla.

"Oh iya gue lupa tadi kan gue kesini gak bawa duit cuma bawa hp doang,teraktir gue yak"aku memasang muka puppy eyes di hadapan mereka berdua yang membuat mereka memutar bola matanya.

"Iya prilly apa sih yang enggak buat loe"ucap Dinda malas yang di balas sorakkan dari ku.

Aku dan kedua sahabat ku masuk kedalam mobil milla,milla yang mengendarai mobil Dinda duduk di sebelah milla,sedangkan ku duduk di belakang sendirian.

Selama di perjalanan menuju cafe kami tidak bisa berhenti untuk tidak tertawa karna ucapan Dinda yang kacau.

Tidak membutuhkan waktu lama kami sampai di cafe, aku keluar dari mobil di susul oleh milla dan Dinda.

Kami melangkah kan kaki menuju ke dalam cafe"prill itu bukannya si ali ya?"aku melihat kearah yang di tunjuk oleh Dinda.

Aku melihat ali dan kedua sahabat nya sedang mengobrol.

"Terus"kata ku malas.

"Yak samperin lah"aku tak mempedulikan ucapan Dinda,dan aku lebih memilih berjalan menuju meja yang kosong.

"Ih prilly kok gitu sama pacar"Dinda menarik tangan ku,agar aku berhenti.

"Terus gue harus gimana Dinda"aku menatap dia dengan kesal.

"Yak samperin lah"sekarang milla yang menambahkan.

Aku melirik kearah meja ali dan kedua  sahabatnya.ih masa iya aku harus nyamperin dia ih gak mau lah.

Si milla sama si Dinda ada-ada aja sih.

"Eh prill,mill,din gabung yuk"ucap adhtya yang tak sengaja melihat kearah kami sambil melambaikan tangannya kearah kita,bukan kearah kamera ya.

"Ayuk prill noh di panggil adhtya"aku memutar bola mata malas.

"Ih kelamaan deh"milla menarik tangan ku dan membawa ku menuju meja ali dan cs nya,aku memberontak tapi karna milla yang lebih kuat dari pada aku,akhirnya aku pasrah di tarik oleh dia.

••••••••••••••••••••••••••

Oke semuanya sampai di capther selanjutnya.

Dan jangan lupa vottmen ya.

Babah

Cinderella Masa Kini (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang