27. (end)

1.6K 55 11
                                        

Love in the spring season


London, 2020

Lima tahun berlalu dengan singkat.
Namun sangat lama untuk sebuah penantian.

Rangkaian warna yang bersemi menghias puncak pohon dan dasar tanah yang subur. Sejuta pemandangan menawan akan terlihat begitu hambar jika hati tengah tertutup dengan sebuah kerinduan.

Dengan pakaian putihnya Justin datang ke tempat ini lagi.
Setiap hari di sela waktu kosongnya, ia menyempatkan diri untuk kemari. Terkadang ia mengajak Ibunya untuk sekedar piknik dan bersenang-senang.

Fakta bahwa hatinya masih hambar tidak bisa ia pungkiri.

Ada sebersit kerinduan disana. Terkadang ia menuntut hatinya untuk jujur, namun gengsi dan egonya belum bisa mengalahkannya.

Perasaan ini semakin berat, karena ia tidak memilki tempat untuk berbagi.

Penyangkalan.

Itu yang dapat dilakukannya saat ini.

Justin duduk menyandarkan bahunya disebuah pohon beringin yang kokoh. Akar-akar beringin yang panjang bergelayut lemah dari dahan ke dahan. Ia sudah meninggalkan tempat ini sekitar dua minggu, ternyata suasananya berubah dengan cepat.

Bunga-bunga menutup habis pinggiran danau tempat biasanya ia duduk bermain dengan air. Kemudian Justin beranjak bangun dan melangkah ke rumah tua itu. Rumah yang sudah sangat lama tidak disinggahinya karena rumah itu tidak perpenghuni lagi.

Pagar tua yang terakhir kali ia lihat dulu, kini telah ambruk, membiarkan tumbuhan liar menjalar menutupi tempat itu dari dunia luar.

Kaki dan hatinya terus menarik ia kesana. Ia penasaran seindah apa tempat itu terakhir kali dilihatnya.

Apakah masih ada rusa-rusa yang berlari disana ? Apakah sungai itu masih mengalir dan beriak-riak ?
Apakah langit masih membiarkan gadis itu ada disana ?

Sesuai perkiraannya, tempat itu telah berubah. Sama seperti yang terjadi saat ini. Semuanya telah berubah.

Tempat ini lebih indah, ceria, dan menawan. Rusa-rusa itu tidak nampak lagi. Namun masih ada yang tersisa disana, hal yang tidak berubah hingga saat ini. Hal yang telah susah payah ia tolak.

Debaran itu, masih sama, dengan rasa yang sama.

''Aku merindukanmu.''ia mendesah sendu.

Apa kau benar-benar menghilang ?
Aku takut kehilangan senyummu yang hangat. Aku takut waktu dimana aku terkejut saat melihat wajahmu takkan terulang,
Aku takut saat aku datang lagi kau tidak ada disini,
Aku takut kau benar-benar menghilang seakan kau tidak pernah ada di hidupku.

Justin mendesah berat.

Mengapa begitu sesak ?

Kenapa harus aku yang menanggung kerinduan ini ?

Mengapa aku yang harus menyangkali perasaan ini ?

Kenyataan jika aku menyukainya bahkan lebih berat dari menyangkali perasaan ini.

Aku merasa lemah seperti wanita. Sialan !

Justin tak menyadari, ini adalah awal dari kejujuran hatinya yang telah lama ia pendam dengan rapi di salah satu ruang hatinya. Alasan nama Keyla masih ada karena, Keyla adalah cinta pertamanya.

''Justin...''

Suara itu, apakah aku bermimpi ? Mungkin ini adalah halusinasi, batin Justin. Mengapa ilusi sedamai ini ?

''Justin, apakah itu kau ?'' Justin berbalik dan mendapati sosok itu disana.

Wajah bak pahatan seniman terhebat ada disana. Siapa dia ? Apakah aku pernah melihatnya ?

¤¤¤♡¤¤¤

Kumpulan kupu-kupu musim semi berterbangan indah ditiap kuncup bunga yang mekar menerima terpaan hangat matahari senja.

Agin berhembus lembut membelah rintihan daun yang kunjung terlelap.

Dua pemuda itu disana. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mempersiapkan kata untuk merangkai cerita yang akan menemani mereka menghabiskan waktu bersama.

''Apakah kau membenciku ?''ucap Justin gugup.

''Aku sangat ingin membencimu. Tapi, itu malah menyakitiku.''sahut Arianna lebih gugup lagi.

Justin mendesah berat, mencoba untuk menatap sosok peri disampingnya saat ini. Dia bukan lagi seekor itik jelek, ia adalah seekor angsa cantik dengan bulu yang indah.

'' I gave you wound, but it hurts me more !''

Arianna tersenyum kecut.''Lupakanlah, luka itu sudah sembuh.''

''Tapi, tidak semudah itu.''balas Justin.

''Maaf....''

Akhirnya kata itu keluar dari tenggorokannya.

''Tidak perlu meminta maaf. Aku pantas mendapatkannya, karena Ayahku telah menghancurkan hidupmu. Aku rasa itu adalah hal yang harus aku terima saat memutuskan untuk mencintai Ayahku.''jelas Aleya membuat Justin menyesal lebih dalam lagi.

Kini Profesor Smith tengah melakukan proses penyerahan dirinya pada pihak kepolisian.
Ia membuktikan janjinya pada Justin untuk bertanggung jawab akan kesalahannya di masa lalu.

''Aku tidak ingin membuatmu terluka lagi, lagipula Ibuku telah melupakan masalah itu, aku akan membebaskan ayahmu.''jelas Justin.

''Menurutku itu tidak akan berguna, Ayahku tidak akan mendengarkanmu. Menyerahkan dirinya bukanlah semata-mata karena permintaanmu, tapi karena penyesalan yang terlalu berat untuk ia pikul.''

¤¤¤♡¤¤¤

Aleya tidur menerawang langit-langit kamar di apartemen Ayahnya. Kerinduannya terbalas sudah, ia telah bertemu dengan Justin. Bibirnya tertekuk ke atas saat mengingat kejadian tadi.

''Kau tau tempat ini tidak lagi sama..''kata Justin.

Aleya mengangguk. Benar, semuanya telah berubah.

''Dan, aa.a..''justin menggagu.

Aleya mengarahkan pandangannya ke Justin, refleks jarinya bertautan gugup.

'' Semua kenyataan ini membuat segalanya berubah.''lanjut Justin.

''I do love you, Arianna...''



Akhirnya cerita ini selesai di update :)

Ugly Duckling ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang