17. First piece of puzzle

535 37 1
                                    

Haiii.. masih semangat gak ??
Okk,, capcusss !!

♡♡♡♥♡

    Aku memandang Aleya yang tengah berkutat dengan kapas dan obat di tangannya. Ia sedang mengobati luka dan memar di wajahku.

Argghh.. aku meringis saat obat itu merembes masuk dalam lukaku.
Ia sama sekali tidak berkutik dengan erangan dan desahan kecil yang keluar dari bibirku. Ia sangat fokus.

Ah, berada terlalu dekat dengannya membuat aku sedikit canggung. Padahal ini bukan yang pertama kalinya. Aku berusaha mengingat momen-momen itu. Sudahlah, aku terlihat seperti orang konyol. Memikirkan hal itu menambah kecanggungan yang aku rasakan.

Kupalingkan mataku dan menatap pigura kaca berbentuk pohon yang pernah kubaca saat pertamakali kesini.

DRUM....SYIITTTT...

Hei, terdengar seperti raungan mesin mobil yang berhenti. Sepertinya ada yang datang kemari.

Mataku dan Aleya saling bertukar pandang--terkejut, dengan sigap aku mengambil tasku dan segera berlari untuk bersembunyi.

Pasti itu orangtua Aleya. Dia bisa mendapat masalah besar. Aleya mendorongku ke ruang rahasia. Semoga aku aman disini.

Uh, disini sangat gelap dan berdebu. Aku harus menahan diri untuk tidak terbatuk-batuk.

‘’Daddy.... Welcome.’’seru Aleya bersemangat.

Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas dari ruangan ini. Aku terus menempelkan telingaku pada batu bata yang menjadi penghalang ini. Telingaku membeku saat menempel di dinding.

‘’Bagaimana keadaanmu ? Sesuatu terjadi ?’’jawab suara berat tersebut yang tidak lain adalah ayahnya.

Mungkin dia akan sedikit terkejut melihat wajah sembab anaknya. Suaranya sangat familiar, dimana aku pernah mendengarnya, aku tidak yakin.

‘’Tidak semuanya baik-baik saja. Apakah kau membelikan buku pesananku ?’’tanya Aleya.

‘’Tentu saja. Ini milikmu"

‘’Wah, thank you so much Daddy...” kata Aleya.

Terdengar suara bisingan dos-dos kantong dari luar. Tiba-tiba aku mendengar derapan langkah kaki yang semakin dekat dengan tempat dimana aku berada. Semakin dekat. Dan...............

‘’Apa yang terjadi dengan rak buku ini ?’’tanya Ayahnya.

Hampir saja. Aku pikir ia akan kemari. Aku lupa kalau rak buku itu dekat dengan ruang rahasia ini.

‘’Ah, penahannya sudah rusak. Kemarin rak buku itu terjatuh.’’jelas Aleya.

Ayolah Aleya, buat ayahmu segera pulang. Aku sudah tidak tahan berada di ruangan ini. Udara yang pengap membuat perutku teraduk-aduk, ingin muntah.

UHUK. Aku terbatuk. Lebih tepatnya aku menahan batukku.
Apa yang akan terjadi ? Jantungku berdegup kencang, beberapa detik aku berhenti bernafas. Aku sangat gugup. Semoga mereka tidak mendengarnya.

‘’Apakah kau mendengarnya ?’’sahut Ayahnya.

‘’Uhuk,,,,Uhuk..’’terdengar suara Aleya yang terbatuk.
Sepertinya ia menyadari kecerobohanku.

’’Mendengarkan apa Dad ? Uhm, sepertinya ruangan ini perlu dibersihkan.’’ujarnya menambahkan.

‘’Ah, tidak apa-apa. Ternyata batuk mengerikan itu berasal darimu.’’katanya sambil terbahak-bahak.

Aku bisa mendengar dengan jelas mereka tertawa bersama.
Tapi, dimana ibunya ? Mengapa sedari tadi aku tidak mendengarnya ?

Setelah Aleya mengantarkan Ayahnya ke depan untuk pulang, aku segera menyalakan lampu ruangan ini.

CLAP.

Akhirnya, aku bisa bernafas. Ini kesempatanku untuk menyelidiki ruangan ini. Aku segera bergegas menelusuri benda-benda tua yang berada didalam ruangan itu.

Berjalan pelan-pelan menyusuri setiap rak buku yang sudah rapuh dimakan rayap.
Aku mengalihkan pandanganku pada buku-buku tua yang tersusun rapi di sepanjang rak ini. Berdebu dan penuh dengan sarang laba-laba.

Tiba-tiba aku tersandung dan hampir saja membuat rak buku tua ini terjatuh.Aku berusaha mencengkram rak buku tersebut—berusaha menyeimbangkannya. Usahaku berhasil meskipun rak tersebut masih sedikit bergoyang-goyang, hinga,

BRUKKKK...

Jejeran buku terjatuh dari sana. Menimbulkan bunyi yang sedikit mengganggu. Segera ku kumpulkan buku-buku yang berserakan di karpet tua itu.

Mataku tertarik pada sebuah buku coklat tebal yang berukirkan sebuah nama di sisi kulitnya. Aku menariknya dengan perlahan diantara banyak buku yang saling menindih. Sesak.

Akhirnya ! Aku membersihkan permukaan buku tua itu, meniupnya sebentar untuk menghilangkan debu diatasnya.

Uhuk...Uhuk.. Buku ini sangat berdebu. Sudah berapa lama bersarang disana ? Namun tiba-tiba mataku terlonjak....

NELSON HORAN.

Yah itu nama yang terukir pada sampul ini. Aku membuka lembar demi lembar buku ini, namun buku ini kosong.

Nampak halaman bukunya telah dirobek. Nelson Horan ?
Itu adalah nama yang sering disebutkan Ibuku saat ia depresi.

Siapa dia ?
Apa hubungannya dengan Aleya ?
Aku segera menutup buku itu dan meletakannya kembali.

Rangkaian memori berputar dan beradu dikepalaku. Kepalaku berdenyut sakit. Semakin aku mencari tahu, aku semakin tidak mengerti apa yang terjadi.
Aku segera keluar dari ruangan itu dan tepat saat Aleya masuk.

‘’Justin, apakah kau.....’’

‘’Aku harus pulang.’’timpalku sedikit kasar. Emosiku sedang terombang-ambing saat ini.

Aku harus pulang, memastikan siapa Nelson Horan pada Ibuku. Bertanya pada gadis ini tidak akan menghasilkan apapun. Ada dinding yang membatasi diriku dengannya, seperti perkataannya tempo lalu.
Apakah Nelson Horan adalah ..... ?

♡♥♡♥♡

Aku menghambur masuk kedalam rumah dan mendapati ibuku sedang menonton televisi.

Aku memandangnya dengan lembut. Tanpa terasa pelupuk mataku sesak dengan air mata yang ingin segera bebas.

Haruskah aku bertanya pada Ibuku ? Nelson Horan. Mungkin itu akan membuatnya depresi dan melewati hal yang buruk lagi.

‘’Justin, sejak kapan kau disana ?’’kicau Ibu mengagetkanku.

Aku langsung menghambur kedalam pelukannya. Aku memeluknya erat, seraya berbisik ,’’I love you, Mom’’

‘’Love you too Justin. My little boy. Ada apa denganmu ? Wajahmu sedikit memar. Apa kau melewati hari yang buruk hari ini ?’’tanya Ibu tepat sasaran.

Aku semakin mengeratkan pelukanku padanya.

‘’Ibu benar. Aku lelah. Sangat lelah.’’tuturku padanya.

Ugly Duckling ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang