26. Catching Feelings ♥

762 40 1
                                    

Ini adalah minggu kedua musim dingin. Lautan salju yang lembut menyelubungi setiap permukaan tanah yang dulu dihuni oleh guguran daun.

Jalan- jalan yang licin membuat setiap orang yang melintas berhati-hati ketika melangkah.

Justin berjalan dengan hening yang selalu menyapanya.
Terselip kerinduan dalam kebingungannya. Namun, ia tetap memantapkan langkahnya menuju sebuah tempat dimana kedamaian akan menyapa dan ikut tinggal bersama.

Justin mengatupkan kedua tangannya, memandang salib yang menempel sempurna di puncak teratas. Dengan haru ia terus melafalkan runtutan doa, berharap malaikat menghantarkan paket doanya menuju tempat tertinggi, tempat dimana Sang Maha Pencipta menetap.
Ia terus berdoa sebagai satu-satunya penghuni gereja yang tersungkur di depan salib.

''Justin.........'' suara itu membawa Justin kembali kedalam dunianya.

Ia terperangah mendapati sosok itu disana. ''Kemana saja kau ? Aku terus mencarimu.''sahut Justin bersusulan.

Gadis itu tersenyum. ''Kurasa kau sudah mengetahui semuanya.''ujarnya.

''Tentu saja. Kemana saja kau selama ini Sofia ?''

Sofia tertegun.''Aku sudah bertemu dengan adikku.''

Mata Justin terbelalak. Berharap Sofia tahu dimana Arianna sekarang. ''Arianna ?''tebak Justin memperjelas.

Sofia mengangguk.
''Aku tidak tahu jika keadaannya menyedihkan seperti itu.''
Sofia terus bercerita.
Profesor Nelson telah menyelesaikan penelitian itu.
Ia membawa Arianna ke America untuk melakukan pengobatan tanpa adanya tekanan dan gangguan Justin. Profesor itu benar-benar ingin membuktikan perkataannya bahwa ia akan menyembuhkan Arianna, apapun yang terjadi.
Kedatangan Sofia saat ini hanya untuk mengurus beberapa dokumen penting milik Profesor Smith.

''Jadi kau juga sudah tahu nama asliku ?''tanya Sofia.

''Apa kau juga menggunakan identitas palsu ? Biar kutebak, namamu adalah Anne ? Angelica? Adelle ?''gurau Justin.

Sofia terbahak.''Alice.''sahutnya.

Justin tersenyum. Ia berharap, Arianna akan segera kembali, hingga saat itu ia berharap bahwa kata ''maaf'' masih berlaku.

''Menurutmu, apakah Arianna menyukaimu ? Ia menceritakan segala hal tentangmu.''ujar Sofia.

Sepersekian detik jantung Justin serasa ingin melompat dari tempatnya. Ia berdehem beberapa kali.

Tentu saja tidak, ia membenciku saat ini, batin Justin.

''Ah.. pertanyaanmu sedikit lucu !''kata Justin kikuk.

''Humm... Yah itu sangat lucu. Sayangnya, hal itu tidak lucu bagi dia.''

Ah, kenapa Sofia harus mengungkit hal sensitif seperti ini. Apa ia juga tahu jika aku telah mempermalukan Arianna di malam Halloween saat itu ? Batin Justin.

''Apakah kau menyukai Arianna ?''

Paaakkk.. seperti tertampar Justin sadar dari lamunannya.

Apakah ini sebuah gurauan lagi ? Bagaimana mungkin Justin menyukai Arianna?

Arianna adalah bayangan tergelap dari seorang Keyla. Pangeran dari Kerajaan Persia haruskah bersanding dengan seorang gadis yang tidak lebih cantik dari seekor itik ?

Come on, ini bukanlah fairytale. Ini dunia nyata, dimana penampilan fisik seseorang adalah daya tarik pertama yang memikat mata hingga turun ke hati.

Justin tertawa kecil, menyadari pertanyaan Sofia yang begitu konyol menurutnya.

''Aku tidak tahu, berapa banyak hal dan sejauh mana Arianna menceritakan semuanya padamu. Sejujurnya, aku hanya tertarik dengan dunianya, bukan dengan dirinya secara pribadi. Tapi, karena dia mengingatkanku pada seseorang. Itu saja.''jelas Justin meyakinkan Sofia, mungkin lebih tepat meyakinkan dirinya yang sejak awal sudah menggenggam asumsi ini. Ia tidak ingin goyah hanya karena pandangan Sofia semata.

¤¤¤♡♡¤¤¤

Justin frustasi mengingat perkataan Sofia terakhir kalinya. Ia menjambak asal rambut spikenya yang kini sudah berantakan.

Resah, gelisah, susah tidur. Semua itu memang bisa terjadi karena kafein, tapi gejala yang sama akan muncul jika seseorang sedang bimbang dan gugup.

''Benarkah ? Menurutku, ketika kau mulai tertarik dengan dunia seseorang, tanpa sadar kau telah jatuh cinta. Itulah mengapa terkadang cinta bertumbuh dalam diam.''

Justin semakin kesal dibuatnya. Mengapa masalah perasaan menjadi serumit ini ?

Justin menyentuh dada sebelah kirinya. Mengapa berdebar sekencang ini ?

Apakah karena aku gelisah ?, batin Justin. Jika memang aku menyukai Arianna, mengapa bayang-bayang Keyla masih ada ?

Ia mengambil kameranya dan bersiap untuk keluar memotret sesuatu. Mungkin ini bisa menjadi obat penenangnya dibandingkan pil-pil penenang ibunya dulu.

Apakah ini sebuah kebetulan atau sebuah takdir ? Langkah menuntun Justin ketempat ini lagi. Tempat dimana gadis itu menanam kenangan dengannya.

Justin menghembuskan nafas berat. Beberapa kenangan merawat diri dengan sangat baik, hingga Justin masih mengingat hal itu dengan jelas.

''Aku memang diciptakan untuk memiliki memori yang baik.''gumam Justin.

Ugly Duckling ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang