Part 3 - Bahagia Itu Sederhana

113 12 2
                                    

"Permisi." Kata suster saat membuka pintu kamar inap Rei.

"Eh, iya sus." Sahutku terkaget dan langsung turun dari tempat tidur Rei.

"Sekarang jadwal makannya Rei." Kata suster sambil membawa nampan berisi makanan dan obat.

"Biar saya aja sus yang suapin Rei." Sahutku sambil meminta nampan yang dibawa Suster.

"Oh ini silahkan, makanan dan obatnya harus dihabiskan ya. Ini obatnya sudah sesuai dosis."

"Makasih ya sus."

Suster berjalan menuju pintu dan keluar meninggalkan kami berdua.

"Yuk, makan dulu sayang." Kataku sambil memegang makanan untuk Rei.

"Gaenak pasti makanannya deh."

"Gapapa, yang penting kamu cepet sembuh dulu. Yuk makan." Kataku sambil memegang sendok untuk menyuapi Rei.

"Gamau ah sayang." Bantah Rei dengan memalingkan wajahnya.

"Pesawat datanggggg, aaaaa ayo buka mulutnya sayang." Rayuku supaya Rei mau menerima makanannya.

"Gamau sayangg, gaenak makanannya. Aku tetep gamau!" Bantah Rei dengan nada tinggi.

"Sayang, kok kamu gitu sih. Kamu buat aku tambah sedih. Aku sudah sedih melihat kamu kemarin tidak sadarkan diri, sekarang kamu gamau makan dan itu membuat aku sedih lagi." Dengan nada lemas aku mengatakannya.

"Hmm, maafin aku sayang. Yaudah aaaa mana makanannya." Kata Rei dan membuka mulutnya.

"Nah gitu dong." Kataku sambil menyuapi makanan.

Aku menyuapi makanan Rei sampai habis dan sesekali aku selipkan candaan yang membangkitkan semangat Rei untuk sembuh.

" Ayo sekarang minum obat yaa." Kataku sambil mengambil obat Rei.

"Pahit ah, gasuka." Bantah Rei.

"Apa aku aja nih yang minum obat kamu? Biar kamu gasuah rasain pahitnya obat ini. Okedeh aku minum." Kata ku dan mulai memasukkan obat ke mulutku.

"Ih jangan!" tahan Rei dengan memegang tangan kananku.

"Sini aku lah yang minum, kan aku yang sakit." Rei merebut obatnya dari tanganku.

"Nah gitu dong biar kamu cepet sembuh."sambil memberikan obat dan segelas air putih.

Setelah Rei makan dan meminum obatnya aku pamit pulang karena aku sudah bilang dengan kak Arya akan pulang siang hari dan saat ini sudah menunjukkan pukul 13.00. Saat berpamitan, Rei mengecup keningku dan berpesan kepadaku agar hati-hati di jalan.

Sesampainya di rumah, aku tidak menemukan kak Arya.

"Huh, dasar orang rese! Sebelumnya aja nyariin, giliran aku sudah pulang malah dia yang pergi." Batinku.

Aku berjalan menuju kamarku

'Ceklekk' suara pintu kamar yang aku buka.

Sesampainya di kamar, aku melempar tas ransel ku ke ranjang dan menghempaskan tubuhku sejenak di atas kasur. Lelah sekali dan badanku terasa pegal sekali. Beberapa puluh menit aku beristirahat sejenak, aku lalu mandi dan berkemas diri untuk melaksanakan ibadah salat dzuhur.

Setelah ibadah salat dzuhur, handphone yang tergeletak di atas kasur berdering. Ternyata Rei memanggil.

"Halo. Assalamualaiku. Ada apa sayang?"

"Waalaikumsalam. Kamu lagi ngapain? Lagi di mana? Nanti malam bisa kesini ga, ke kamar inap aku?"

"Aku baru saja menyelesaikan salat dzuhur, kamu jangan lupa untuk salat ya. Aku lagi di rumah. Bisa kok nanti aku kesana, sekitar jam 7 ya. Aku ingin menyelesaikan urusan rumah dulu." Sahutku.

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang