Part 19 - Rina?

17 0 0
                                    

Kita memasuki Margonda City dan Rei memarkirkan mobilnya. Kita berdua keluar dari mobil dan berjalan ke pintu utama Mall, desiran angin cukup kencang terdengar seakan mengabari jika hujan akan turun.

"Kita mau kemana?"

"Hmm gimana kalo kita liat-liat parfum dulu di Centro?" Tanya Rei kepadaku dengan merangkul bahuku dan menundukkan sedikit kepalanya untuk melihat kea rah mataku.

"Hmm okeyy. Tapi kalo aku ada yang dimau beliin iya."

"Iya siap bosss!" Tegasnya sambil menggosok-gosokkan pelan tangannya di kepalaku. Sangat manja dan sangat hangat.

Kita memasuki wilayah Centro dan langsung kea rah parfum. Aku sesekali memegang parfum dan melihat-lihat. Sedangkan Rei masih sibuk mencoba tester parfum. Aku memang kurang tertarik dengan parfum dan perlahan aku berjalan mundur dan berbalik mengarah ke arah rak tas wanita. Aku berjalan pelan-pelan dan satu per satu aku lihat model dan bentuk tas tersebut tanpa menyentuhnya.
Akhirnya aku sampai di bagian baju wanita, dan tertarik dengan salah satu display yang ada. Aku memgangnya dan mengangkatnya ke atas dan memutarkan baju itu untuk melihat bagian belakangnya. Dan aku turunkan kembali dan meletakkan kembali di rak display.

Tak sengaja arah mataku melihat seorang wanita yang sedang berjalan di rak pakaian dalam. Wanita itu membelakangiku, tetapi tidak asing bagiku. Aku panasaran dan ingin menghampirinya. Baru selangkah kakiku berjalan, tiba-tiba Rei datang dan menepuk pundakku.

"Heii!"

"Eh ngagetin aja. Kamu udah beli parfumnya?"

"Nggak jadi aku, karena gak ada yang cocok aja. Mungkin next time kali yah kalo ada stok baru." Rei berjalan merangkul aku untuk keluar dari Centro.

"Ya kamu beli aja yang biasa kamu pake."

"Aku ga suka parfum yang monoton dan itu-itu aja. Lebih suka yang bervariatif aja."

"Aneh. Kayaknya parfum kamu dari dulu nggak pernah ganti deh."

"Hmmm, kamu haus gak?" Rei mengalihkan pembicaraan.

"Lumayan."

Akhirnya Rei mengajakku untuk bersantai di Starbucks. Dan kami hanya memesan minuman.

"Hot Caffee Latte ya mas."

"Aku caramel macchiato deh."  Minuman favoritku dalam menu Starbucks selain caffe latte.

Kita berdua memilih tempat duduk di sudut ruangan, karena aku ingin sedikit memiliki privasi dengan Rei.

"Aku bingung deh selama ini ya sama kamu." Ucapku memulai obrolan.

"Bingung kenapa sihhh?" Dia sibuk dengan tatapan ke layar handphone nya.

"Dengerin dulu dong."

"Hmm iya-iya. Kenapa?" Dia meletakkan handphonenya di atas meja.

Aku yang ingin menegaskan dan meluapkan keheranan ku tiba-tiba terhenti dengan pelayan starbucks yang mengantarkan pesanan kita berdua.

"Aku boleh gak sih nanya sama kamu. Oke ya aku seneng banget sekarang kamu jauh lebih baik. Lebih perhatian dan sedikit manjain aku. Tapi ya aku aneh aja kesukaan kamu sekarang berubah. Mulai dari parfum lah kamu jadi suka ganti-ganti. Padahal yang aku tau parfum kamu cuma itu-itu aja dan gapernah ganti."

"Hei orang bisa dong mempunyai minat yang bisa ganti. Semua orang pernah kok kayak gitu,"

"Hmm, iya tapikamu sekarang berasa beda aja gitu deh.

"Sebenernya, ada sesuatu yang mau aku omongin. Tapi aku pikir ini terlalu cepat."

"Jadi selama ini ada yang kamu sembunyikan dari aku?" Aku mengerutkan dahi dengan tatapan tajam ke mata Rei.

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang