Part 18 - Reifaldy Zahran Abdullah

49 0 0
                                    

Ketika sebuah perpisahan ingin terjadi, dia kembali. Dia yang memutuskan pergi selama dua bulan dan dia juga yang mengakhirinya dengan sebuah pertemuan baru. Dia kembali, setelah pergi meninggalkan rumahku dengan emosinya. Dan sebuah pertengkaran yang kupicu disaat dia ingin menjelaskan dengan alasan yang dimilikinya.

Lelaki yang waktu itu datang ke rumahku, yang datang tanpa penyesalan dan permintaan maaf itu datang kembali ke kehidupanku. Yang aku prediksi dia tidak akan kembali lagi. Akhirnya dia kembali lagi dengan sebuah skenario baru dalam kehidupannya. Cuaca cukup dingin, suara yang cukup sunyi dan angin yang terdengar cepat seraya suara dedaunan yang bertebangan dan terjatuh ke atas tanah. Sebuah cahaya datang. Cahaya kecil yang datang dari kegelapan yang sangat teramat gelap. Cahaya bulan pun tidak hadir di dalamnya. Cahaya itu berwarna orange. Cahaya itu menghampiriku dengan cepat dan semakin membesar sampai akhirnya cahaya itu menembus ke wajahku.

"Astagfirullah" Aku terkejut dan terduduk di atas kasurku dengan pacuan jantung yang teramat cepat.

"Ternyata cuma mimpi." Gumamku dalam hati. Suara detik jam dinding terdengar lebih kencang dari biasanya. Rumah terasa sangat sepi dan sunyi. Tidak ada sedikit suara pun.

28 November 2015

Suara ketuk pintu kamar tiba-tiba terdengaar spontan. 'Tok tok tok' suara ketukan pintu tiga kali. "Siapa?" teriakku dari dalam kamar dengan posisi yang sama sebelumnya. Orang dibalik pintu itu terdiam dan kembali mengetuk pintu kamarku tanpa merespon pertanyaanku.

"Buka!" Jawabnya singkat dengan sedikit membentak. Aku langsung berjalan ke arah pintu dan membuka kunci pintu kamarku. Dan membukanya secara perlahan dan wajahku menyingkap pintu itu dengan pintu yang setengah terbuka.

Terlihat seseorang membelakangiku dengan postur badan tinggi memakai baju kemeja biru lengan panjang dan celana jeans berwarna hitam.

Dia akhirnya sadar pintu kamarku sudah terbuka dan dia berbalik ke arahku, dia adalah orang yang datang lagi pada waktu itu, siapa lagi kalau bukan Rei. Dia memegang setangkai bunga mawar merah dengan balutan plastik dan pita berwarna putih.

"Rei?" Tanyaku heran.
"Mau apa datang lagi?"

"Hmm. Boleh keluar sebentar gak? Aku tunggu di belakang rumah ya?" Dengan nada yang sangat kecil dan lembut. Tidak seperti biasanya.

"Yaudah sebentar ya aku mandi dulu. Kamu kalau mau minum minta tolong sama mba Dewi aja ya."

Dia terdiam dan langsung berjalan beranjak meninggalkan tempatnya dia berdiri tanpa berkata satu kata pun. Aku terheran dan langsung menutup pintu kembali masuk ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian.

Di saat hati tak berdaya
Ku kuat hanya karna cinta
Yang membara di dalam dada hanya Untukmu

Berjanji ku menjaga sampai mati
Walau berat jalannya, aku bahagia

Ku di sini berdiri karena cinta
Bertahan untuk bahagia, hanya untuk cinta
Ku di sini akan selalu menunggumu
Akan selalu menjagamu seumur hidupku
Semua karena cinta, semua karena cinta

Lagu yang kudengarkan saat sedang berdandan di depan cermin. Air mataku sudah tak terbendung lagi, dan tumpah keluar membasahi wajahku melalui kedua pipi.

"Apa yang kamu mau sih Rei! Aku tuh capek!" Ucapku di depan cermin.

Aku mematikan playlist dan berjalan keluar pintu kamar ku menghampiri lelaki itu ke taman belakang.

"Ada apa?" Kataku kepadanya. Dia terdiam dan langsung bangun memelukku. Tapi tanganku hanya terdiam tidak membalas pelukannya.

"Maafin aku ya, Nabil. Aku salah."

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang