"Aku sayang kamu, Bil."
"Jangan lupa makan ya. Inget kamu punya anemia aku takut kamu kambuh lagi."
"Gausah ada yang ditutup tutupin."
"Aku mau kita selalu sama sama"
"Jangan berantem terus ah sama Kak Arya"
"Kita nanti tunangan resmi ya. Sekarang simbolis dulu."
"Kamu sayang kan sama aku?"
"Aku mulai cinta Bil sama kamu. Aku jadi takut buat kehilangan kamu"-Reifan Abdullah.
Oktober 2015
"Satu bulan kamu menghilang. Entah kemana. Aku lelah mencarimu. Mulai sekarang aku akan belajar mengiklashkan mu. Toh jikalau aku memang penting untuk kamu. Kamu pasti kembali untuk aku. Dan cinta kita akan bersatu lagi. Benar kan, Rei?
Seseorang pasti akan lelah pada waktunya jika semua keinginan dan kehendak yang dia inginkan tidak tercapai sepenuhnya. Ya, mungkin seseorang itu adalah aku.
Untuk apa mempertahankan seseorang jika seseorang itu ingin lepas dan tidak ingin berpegang erat dengan hati aku lagi? Apakah itu bukan egois dan keras kepala namanya?"
Celoteh Dita, sahabat karibku. Belahan jiwaku. Sebagian ragaku. (Hahai)
"Ngomong terus lu ah." Kataku sambil melirik tajam ke arahnya.
"Andai nih ya. Andai lu seperti perkataan gua tadi. Pasti kan..."
"Apa?"
"Lu gak akan segalau ini Nabila! Lu pasti sekarang udah kuliah. Jadi anak kuliahan. Kan keren" Sambungnya.
"Masih ada tahun depan bawel."
"Ya tapi kan terbuang sia sia waktu lu."
"Buat apa gua kuliah kalo gua gak bisa fokus nantinya?"
"Belajar fokus! Hidup lu bukan untuk dia terus. Lu masih ada kehidupan yang harus lu jalanin. Dan masa depan lu yang harus lu gapai. Katanya mau jadi anak ekonomi lu. Samaan deh tuh sama Rei!" Tegasnya.
"Kok lu bentak gue sih."
"Bukannya bentak. Gua cuma mau pikiran lu itu terbuka! Jangan cuma gara-gara cowo gak penting itu. Hidup lu jadi keteter gini."
"Dit. Lu gak ngerti kenapa gua segalau ini." Aku menunjukkan jari manis kanan ku yang disematkan cincin pertunangan oleh Rei.
"Ini?" Dita dengan cepat melepaskan cincin itu dari jari manis kananku.
"Ini tuh gak ada apa-apanya dibanding masa depan lu. Lu bisa beli 10x lipatnya harga cincin ini atau mungkin lebih." Sambungnya sambil menunjukkan cincin itu di depan wajahku.
Aku terdiam. Aku bagaikan diadili hakim atas kasus narkoba yang sangat memberatkan dan memojokkan aku.
"Gua tuh capek liat lu selalu keinget Rei terus. Apa-apa dia. Lagi sama gua ingetnya dia. Lagi sama Aldo pun begitu."
"Lu gak ngerti, Dit." Aku menangis menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.
Dita langsung memelukku. Menenangkanku.
"Gua tau. Tapi lu jangan terlarut begini terus. Gua sedih liat lu sedih terus. Gua mau lu bahagia tanpa dia. Masih banyak temen-temen lu kan? Ada gua. Ada Aldo. Ada Kak Arya. Mami dan Papi lu. Kita semua sayang sama lu dan gak mau melihat lu sedih terus."
"Tapi gua sayang sama Rei. Sayang banget. Dia itu pacar pertama gua. Apa-apa yang pertama pasti sama dia, Dit."
"Inget gak dulu lu pertama kali bisa nyelesaikan soal mtk yang sulit waktu di SMP sama siapa?" Tegasnya sambil mencoba membuka kedua telapak tanganku yang menutup wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Let You Go! [COMPLETED]
RandomSebuah cerita bertemakan cinta dan keromantisan yang dikemas dalam perjuangan seorang wanita remaja yang mempertahankan kekasihnya agar tidak pergi dan tetap di hatinya walau sejuta tantangan dan ribuan musibah datang menghampirinya. Nabila, pemeran...