Part 14 - Orang Ketiga

74 1 1
                                    

Mimpi buruk di awal April sudah berakhir dengan indahnya di bulan Agustus. Tapi mimpi buruk itu tidak berakhir untuk hidupku. Mungkin itu adalah mimpi burukku yang pertama.

Mimpi burukku itu hadir kembali beriringan dengan salah satu orang terpenting dalam hidupku.

Sudah 2 hari ini Rei lost contact. Entah kemana perginya. Aku mencoba menghubungi hpnya, tetapi tidak aktif. Aku coba hubungi lewat semua media sosialnya tetapi tidak bisa, bahkan BBM-nya pun undelived.

"Nabil." Teriak Aldo dari koridor sekolah ketika aku ingin masuk ke ruang tata usaha sekolah.

"Eh iya." Responku sedikit bingung mencari sumber suara.

"Kenapa?" Sambungku saat sudah berhadapan dengan Aldo.

"Ehm engga. Lo mau ambil ijazah ya?"

"Iya." Jawabku singkat dan langsung masuk ke ruang tata usaha.

Di dalam ruangan tata usaha aku berjumpa dengan salah satu staf yang mengurusi surat tanda tamat belajar para siswa.

"Pak saya mau ambil ijazah."

"Atas nama?" Kata Pak Hendra.

"Nabila Arizona Dhielty."

"Wah kamu itu ya yang dapat nilai terbaik. Kok baru diambil sekarang ijazahnya?" Tanyanya.

"Hah? Terbaik? Maksud bapak?" Tanyaku heran.

"Iya. Kamu peringkat 1 nilai rata-rata UN 2015 di sekolah ini." Katanya sambil mencari berkas yang kuminta.

"Bapak serius?"

"Ini kalo gapercaya bisa kamu lihat sendiri di surat tanda tamat belajar kamu." Pak Hendra memberikan berkas surat tanda tamat belajar milikku.

Wah benar saja. Nilaiku bagus-bagus semua. Alhamdulillah.

Bahasa Indonesia 8,60
Bahasa Inggris 9,80
Matematika 8,75
Ekonomi 9,00
Sosiologi 8,80
Geografi 9,00
Rata-rata 8,99

"Pak ini serius saya yang terbaik?" Tanyaku heran dengan Pak Hendra.

"Iya bener. Kamu terbaik. Peringkat 1. Loh memang kamu kemana selama ini? Belum mengetahui berita bagus ini."

"Saya sakit Pak, saat pengumuman saya tidak dapat informasi. Sempat koma selama 5 hari."

"Oh gitu ya. Ya ya ya. Tapi sudah sembuh kan sekarang?"

"Alhamdulillah sudah, Pak."

"Saya permisi dulu.Terima kasih banyak ya, Pak." Sambungku.

Setelah keluar pintu ruang tata usaha aku berjumpa lagi dengan Aldo yang sepertinya sengaja menungguku. Eitss, apa akunya aja ya yang ge-er(?)

"Loh Aldo kok lu masih di sini?" Tanyaku heran.

"Iya nunggu lu sengaja."

"Ohh gitu. Emang ada apa?"

"Hm gue mau nanya deh sama lu. Lu beneran sakit kanker?"

"Iya." Jawabku singkat.

"Trus udah sembuh?"

"Alhamdulillah udah. Cuma rambut aja yang belum tumbuh banyak."

"Lu botak? Lah itu ada rambut?" Tanya Aldo heran dengan menunjuk kepalaku.

"Iya ini gue pake wig norakk."

"Oh gituu. Pantes keliatannya kok kayak beda gitu. Rambut lu kan lurus nah itu keriting." Tuturnya.

"Oh iya lu pulang sama siapa?" Tanyanya.

"Hmm paling naik gojek kaliya. Gue gabawa mobil."

"Gue anter aja gimana? Daripada lu order gojek yakan kena angin angin nanti rambut lu terbang gimana?"

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang