Part 20 - I Still Loving You

16 1 0
                                    

"Aku gangerti apa yang terjadi antara mereka berdua. Kenapa tiba-tiba Reinaldy balikan lagi sama Rina? Trus Rina udah hamil. Kapan nikahnya? Kenapa bisa?" Pikirku dalam perjalanan arah pulang dengan Reifaldy, kembarannya Reinaldy.

"Untuk apa juga selama ini aku perjuangin cinta yang gak seharusnya diperjuangin? Bahkan untuk lelaki yang pada akhirnya tidak memilih aku? Dan apa arti dari sebuah kebersamaan yang udah terjalin sejauh ini? Untuk apa aku harus menerima cincin sewaktu dia ingin aku jadi pendamping hidupnya. Untuk apa? Apa semua ini hanya sekedar pengalihan saja? Entahlah hari ini aku sangat emosional dan sangat kecewa."

Selama perjalanan pulang suasana mobil pun hening, sangat hening. Tidak ada musik. Tidak ada obrolan, bahkan suara pun enggan hadir di perjalanan kita. Seakan-akan dunia tahu bahwa aku hanya mengharapkan keheningan dalam amarahku ini agar semua bisa tenang kembali. Tidak mudah, tapi semua pasti akan bisa terlewati dengan baik.

Aku tiba di rumah. Masih tidak ada suara bahkan sebuah kata yang keluar dari mulutku. Aku langsung membuka pintu mobil melangkahkan kaki kiriku menginjak tanah dan disambut dengan desiran angin yang cukup kencang, langit pun terlihat mendung seakan segera turun hujan. Aku sedikit berlari ke arah teras rumah karena gerimis kecil sudah turun membasahi bumi.

Aku berdiri di depan pintu dan melihat ke arah Reifaldy yang masih terdiam di dalam mobil. Mesin mobil tak lama dinyalakan, dan mobil Reifaldy perlahan mundur dan memberi klakson kepadaku sebagai pengganti kata perpisahan sore ini.

Aku segera masuk ke dalam rumah dan masuk ke kypkamar lalu mengunci pintu. Aku bersandar pada pintu yang sudah terkunci dan air mata ku menetes sekali lagi, atau mungkin ini akan menjadi tetesan air mata yang terakhir hadir karena emosi dan kecewa itu masih ada.

Aku langsung mandi dan membersihkan badan, air shower mungkin bisa menghapus semua air mata yang mengering di pipi dan wajahku. Tetapi tidak pada luka yang ada dan membekas di perasaan ini.

Mukaku cukup sembab dan sedikit bengkak pada area mata. Mungkin esok hari akan hilang jika malam ini tidak ada tangisan lagi.

Aku membuka handphoneku. Dan mencoba untuk WhatsApp Reifaldy.

Nabil : P

Reifaldy : Ya sayang?

Nabil : Gausah sayang sayang deh!

Reifaldy : Gak boleh?

Nabil : Enggak! Kok tadi kamu gak turun dari mobil sih? Padahal kan aku pengen ngajak kamu galau galauan.

Reifaldy : Ngapain? Aku tau kamu lagi mau sendiri jadi aku gamau ganggu.

Nabil : Sorry masalah yang tadi. Aku bukan nya gimana ya hmm.. Maksudnya gini. Kamu kan tau aku pacarnya Rei. Ya skrg sih bukan pacar ya aku juga gangerti. Cuma ya aku gabisa aja nerima kamu gitu aja sebagai penggantinya dia. Paham kan?

Reifaldy : Rei? Aku juga Rei.

Nabil : Hei? Plis deh masa iya harus aku perjelas?

Reifaldy : Iya aku ngerti. Kamu udah hampir 2 tahun sama dia. Aku juga ngerti perasaan kamu ke dia gimana. Jadi ya aku cuma hadir sebagai teman kamu aja kok, hehe. Tapi kalo lebih juga gapapa sih...

Nabil : Apaansihh kamu tuh yaa.. Sempet ya

Reifaldy : Sorry?

Nabil : Hmm iya. Aku mau tau sebenernya mereka itu statusnya apa? Aku emosi banget tadi jadi aku gak kepikir buat nanya gitu tadi.

Reifaldy : Iya gimana ya, sebenernya sih bukan kewajiban aku buat ngejelasin ini sama kamu.

Nabil : Yauda gapapa ngomong aja apapun itu juga aku bakal nerima kok.

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang