Part 11 - Focus

65 4 0
                                    

"Kamu kan kuat~ buktinya kamu dulu adalah sel telur terkuat yang dapat dibuahi."-Reinaldy Zhefran Abdullah.

Kata-kata Rei itulah yang terkadang membuatku berpikir "kenapa aku harus menyerah sedangkan saat pembuahan sebelum aku terbentuk, aku sangat kuat."

Bulan depan adalah bulan yang paling menentukan kelulusanku. Bulan yang dipenuhi oleh deretan upacara kelulusan alias deretan ujian yang menanti untuk diselesaikan.

"Kamu mau bimbel ga?" Tanya Papi saat aku melamun di ruang tengah.

"Hmm. Ga deh Pi. Uangnya disimpen aja. Aku udah cukup banyak dapat materi di sekolah ditambah juga pm setelah pulang sekolah sampai sore. Kalo bimbel nanti tambah capek, trus ga konsen juga." Jelasku menolak halus.

"Yaudah kalo itu mau kamu. Papi gamau maksain."

Dari aku menginjakkan kaki di SD sampai detik ini yang mendekati kelulusan SMA sama sekali tidak pernah mau jika ditawari untuk mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Ya, menurutku sih itu kurang penting juga. Karena buat apa mengeluarkan uang banyak untuk belajar, toh kita juga bisa belajar sendiri. Lagi pula juga itu membuang waktu, menyianyiakan waktu untuk hal yang sangat monoton.

'Derttt derttt' suara notifikasi dari BBM.

Reifan Sayang (Udah direname sekarang, hehe.) : Yang. Kamu weekend kemana?

Nabila Dhielty : Di rumah aja. Pacaran ama buku. Besok ujian sekolah.

Reifan Sayang : Mau juga dong di pacarin kamu. Heheiii.

Nabila Dhielty : Yaudah sini.

Reifan Sayang : Otw!

Nabila Dhielty : Lah gerceppp. Haha. Yaudah ditunggu.

40 menit berlalu, dia belum kunjung datang.
60 menit, mataku mulai mengantuk menunggunya di teras rumah.

'Tinn tinn' suara klakson motor Rei di depan gerbang rumah.

"Ih tumben lama." Kataku saat membuka gerbang rumah.

"Macet yangg."

"Kok tumben pake motor?"

"Biar cepet."

"Buktinya lama."

"Yaudah maaf, yaudah bukain lah yang lebar gerbangnya. Mau masuk nih."

"Udah kayak mobil aja. Segini juga udah muat." Kataku dengan nada meledek.

Rei masuk ke kamarku, bilangnya sih tadi mau dipacarin juga sama aku.

"Katanya pacaran ama buku?" Tanya Rei heran.

"Udah diberesin. Kamu sih kelamaan. Udah keburu mendidih nih otak aku." Aku menghempaskan tubuh di atas kasur.

"Yaudah sini belajar lagi." Rei mencari buku.

"Besok ujiannya apa sih?" Rei mengeluarkan semua buku mata pelajaranku.

"Sosiologi, PPkn, dan Bahasa Inggris."

"Gampang." Tuturnya meremehkan sambil mengambil buku yang diujikan.

"Gaya banget luu."

"Bodo." Mulutnya membentuk huruf o sebegitu bulatnya.

"Ugh ngeselin!" Aku memukul mulutnya.

"Bodo maat." Rei spontan mencium pipiku.

Kami berdua belajar bersama. Dia menjelaskan secara detail tentang materi-materi yang akan diujikan, mulai dari mata pelajaran Sosiologi sampai Bahasa Inggris.

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang